บททั้งหมดของ GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT: บทที่ 41 - บทที่ 50

60

Bab 41. Bertemu Ayah

"Tunggu," ucap Ranti menghentikan permainannya. "Apa Ibu tidak merasa aneh dengan perubahan sikap Melani?"Eyang Harun terdiam, ia menatap Ranti lalu mencerna ucapan wanita itu beberapa saat kemudian."Semenjak kita melakukan penjebakan pada Nisa, kurasa dia terlihat berubah," sambung Ranti sambil meletakkan kartu-kartunya di atas meja. "Jangan bilang kalau dia telah menyesal."Eyang Harun menghela napas, turut menaruh kartu lalu bertopang dagu dengan kedua punggung tangannya."Melani memang sesekali waktu terlihat kasar dan tegas tapi bukan berarti dia tidak memiliki perasaan. Mungkin dia merasa kasihan tapi ... apa boleh buat, semua sudah terjadi begitu saja.""Aku khawatir dia melakukan hal-hal yang tidak wajar dan diluar kendali kita Bu." Ranti mencuramkan alis, diam beberapa saat nalurinya memintanya untuk bangkit dan berlari menuju ke luar rumah.Benar saja, wanita berambut pirang itu beranjak pergi dari teras rumah dengan terburu-buru dan Ranti dengan cepat memergokinya."Mau k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 42. Kabar Baik

"Nisa," desis Harun dengan mata melotot tak percaya. Diam beberapa saat, ia lantas berbalik badan dengan cepat untuk pergi dari hadapan Nisa."Ayah," teriak Nisa cukup keras. Perempuan itu bergerak dengan cepat, menangkap kaos sang ayah lalu mencengkeramnya kuat-kuat. "Ayah mau kemana, hah?! Jangan kabur lagi!"Harun kesulitan untuk pergi, semua orang memperhatikan dirinya termasuk rekan kerja sesama kuli panggul."Jangan pergi lagi Yah, kamu harus bertanggung jawab dengan keadaan ibu sekarang." Nisa masih berteriak hingga semua orang mulai berbisik-bisik tentang mereka."Ampun Nisa, maafin Ayah." Harun menangkupkan kedua tangan di dada, memohon pada Nisa dengan mata berkaca-kaca. "Kamu pasti malu punya ayah sepertiku. Maafin Ayah."Nisa melepas cengkeraman kaosnya, menatap lurus ke arah pria yang sudah lima tahun meninggalkan dia dan juga ibunya hidup terlunta-lunta."Kemana saja kau selama ini, hah?! Gara-gara Ayah, aku dan ibu harus menanggung penderitaan di kandang macan." Nisa me
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 43. Mujur

"Iya sih, memang rada aneh." Alex menimpali, berpikir sejenak karena merasakan hal janggal yang sama seperti yang dirasakan Bram."Berpikir positif sajalah. Mungkin Tuhan di atas sana melihat ketulusanmu makanya Ia memberikanmu jalan seperti ini kepadamu," ucap Alex seraya tersenyum ke arah Bram."Kapan lagi Tuan, ayo segera bebersih. Kita langsung saja menuju ke kantor polisi dan menghakimi dua gundul dan kerempeng itu dengan tangan kita," ucap Alex menggebu-gebu."Memangnya boleh main hakim sendiri di kantor polisi?!" Bram memutar bola mata, kembali melangkahkan kaki menuju ke arah motor butut yang selama ini menjadi teman suka duka saat ia bekerja."Ya kalo diperbolehkan sih, aku juga nggak nolak kok mukulin mereka. Siapa suruh beraninya cuma sama perempuan aja," ucap Alex mengekor di belakang Bram."Mauku juga begitu tapi negara kita kan negara hukum. Salah-salah malah kita sendiri yang masuk bui," tandas Bram lalu hendak menyalakan mesin motornya.Karena tidak kunjung nyala, Bram
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 44. Melarikan Diri

Mata Melani masih berkunang-kunang, rasa sakit serta perih kini menghiasi kepalanya. Mencoba meraba keadaan, Melani baru sadar jika ia tengah berada di rumah sakit sekarang."Nona sudah bangun?" Suster yang kebetulan masuk kini menyapa Melani dengan lembut. Wanita berbaju putih tersebut tersenyum, memberi kesan hangat bagi pasien seperti Melani."Sus, apa yang terjadi sama saya?" Melani menatap suster, ia menahan perih ketika memegangi kepalanya yang kini sudah diperban rapi."Kepala Nona terbentur tembok, ada jahitan di kepala Nona." Suster memberitahu, tentu saja dengan nada yang lembut dan menyejukkan."Apa?" Melani memekik kecil, ia lantas meraba kepalanya dengan mimik takut. "Apakah ... apakah rambut saya dibotakin Sus?""Untuk kelancaran selama menjahit, terpaksa kami mencukur sedikit rambut Anda Nona.""Apa?!" Melani tampak syok, perlahan ia meraba ujung kepalanya dan ... tiba-tiba saja dia menangis, merasakan sakit manakala pucuk kepalanya kini sudah botak dan diperban dengan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 45. Pertemuan Setelah Sekian Lama

"Memangnya kamu ada masalah apa sama anak saya?" tanya Harun dengan dahi berkerut. "Jika memang benar kamu suaminya, kamu pasti sudah tahu alamatnya bukan?!"Bram menelan ludah, ia mengusap dahinya yang berpeluh lalu menarik napas dalam-dalam."Benar Pak, saya ini suaminya. Jika Bapak tak percaya, saya bisa kok tunjukkan pada Bapak buku nikah saya," ucap Bram serius. "Masalahnya sama seperti yang saya katakan tadi, gara-gara ketiga bedebah itu Nisa merasa malu dan pergi dari saya."Harun terdiam, ia menatap Bram seolah menelisik. Menarik napas panjang, Harun hanya bisa manggut-manggut sambil memahami."Dia pergi dari hidup saya Pak, meski demikian saya tidak pernah berpikir untuk menceraikannya," imbuh Bram lagi. Sambil memasang wajah sedih, pria itu menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon di depan dada. "Tolong Pak, kasih tahu saya alamat Nisa yang sekarang. Saya harus menjelaskan semuanya sama dia.""Pasti ada alasan kenapa Nisa berbuat demikian," ucap Harun menimang-nimang.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 46. Kunjungan Polisi

"Ya, karena aku sama sekali tidak mengajukan gugatan cerai itu pada pengadilan," aku Bram dengan mimiknya yang serius.Nisa mendesah berat, ia mengalihkan pandangan yang lain. Tak segera bicara, ia justru melayani pembeli lain dan mengabaikan Bram."Kalung yang kauberikan juga masih ada di dompetku Nis," ucap Bram lagi. "Aku serius. Meskipun kau menyuruhku untuk menceraikanmu tapi nyatanya ... aku sama sekali tidak bisa berpindah hati darimu Nis.""Kenapa kau begitu gemar merepotkan diri sendiri Mas?" tandas Nisa setelah melayani pelanggan. "Kita ini tidak selevel, ada baiknya kau cari yang sesuai dengan derajatmu.""Derajat kita sudah sesuai Nis, mau apalagi?!" Bram masih tak kehilangan akal. "Kau penjual gorengan dan aku ... aku sekarang buruh bangunan. Adil kan? Sederajat?!"Nisa masih diam. Ia mengabaikan Bram sekali lagi. Ratih yang kala itu keluar dari dalam rumah sehabis sholat tampak termangu dengan keadaan itu. Ya, pria yang menikahi anaknya kini muncul kembali di warung angk
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 47. Ikut Terseret

"Ehm, Pak polisi, sebenarnya ada apa ini? Kenapa cucuku bisa datang bersama kalian," ucap Eyang Harun berbasa-basi. Sesekali menoleh ke arah Ranti yang berwajah pucat, Eyang Harun mencoba untuk mencairkan suasana yang tegang."Permisi Nyonya, apa benar ini kediaman Harun Wibowo?" Polisi tersebut tidak terkecoh, wajahnya yang serius sama sekali tidak mempan meskipun Eyang Harun mencoba untuk membaik-baikinya."Betul Pak tapi suami saya sudah lama meninggal," ucap Eyang Harun dengan suara sedikit bergetar.Dua polisi tersebut saling pandang, mereka mengangguk bersama-sama lalu salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan."Kami dari polres ingin menangkap Saudari Ranti, Sari, dan juga Nyonya Harun dengan tuduhan tindak kekerasan pada Nona Melani."Eyang Harun terdiam, ia menoleh sekilas ke arah Ranti. Wajahnya terlihat pucat dan tegang namun wanita tua tersebut masih berusaha untuk tidak terlihat gugup."Semua itu ... hanya salah paham saja Pak. Melani anak bungsu saya, tindak k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 48. Terungkap

Wajah Bram tampak tegang. Masih teringat bagaimana perlakuan pria tua itu pada dirinya beberapa bulan yang lalu. Jangankan uang seratus ribu, ia bahkan tidak menyisakan sedikit modal untuk Bram hidup.Keterlaluan memang tapi apa daya, berkat pria tua itu juga Bram merasa lebih bersyukur dan bisa mengendalikan hidupnya yang tak seimbang."Ehem," deham Satrio sebelum ia berbicara dengan anak semata wayangnya tersebut. "Bagaimana kabarmu?"Bram menelan ludah, masih ada rasa sakit hati walau tidak sebanyak yang dulu-dulu."Baik Pa," jawab Bram singkat. Pemuda itu masih kikuk, bingung mau mengatakan apa pada papanya itu."Syukurlah," ucap Satrio tak kalah singkat. Beberapa saat terdiam, ia kembali berdeham."Pulanglah ke rumah," ucapnya kemudian.Bram belum menjawab, pandangannya tertuju pada Nisa yang masih sibuk melayani pelanggan di warungnya. Bram menarik napas, ia memejamkan mata sejenak lalu menggeleng."Tidak bisa Pa," jawab Bram lirih. "Hatiku sudah tertinggal di Jawa.""Bo-doh! Ap
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 49. Undangan

Bram tidak menduga jika selama ini perjuangannya terus dipantau oleh sang papa. Mau terharu tapi rasa sakit hatinya kembali menghampiri. Ya, Bram tak mengatakan apa pun tapi hatinya bergejolak luar biasa."Beliau tetaplah ayah Anda, Tuan." Alex kembali berkata dengan suaranya yang pelan. "Tidak mungkin Tuan besar meninggalkan Anda begitu saja."Bram menghela napas, ia menatap Alex sejenak. Pria berkaos oblong warna hitam itu pun mengangguk."Awalnya aku juga tidak menyangka tapi itulah kenyataannya saat ini," ucap Alex. "Tuan Satrio tidak benar-benar melepaskan Anda, Tuan. Ia hanya ingin menggertak Anda dan menyadarkan Anda. Kukira dulu ia benar-benar marah tapi ... setelah menghubungiku beberapa waktu yang lalu, aku sadar bahwa Tuan Satrio hanya marah sesaat pada Anda.""Lantas aku harus bagaimana?" tanya Bram kemudian. "Tadi dia juga menelponku, memintaku untuk pulang ke Kalimantan bersama Nisa. Tapi ... aku ragu Nisa mau menyetujuinya."Alex menarik napas panjang, menatap lurus ked
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 50. Hubungan di ACC

"Kau ini bicara apa?!" tandas Bram tidak suka, pria itu lantas menjitak dahi Nisa hingga sang gadis memekik kesakitan."Udah kubilang percaya sama aku," ucapnya lagi. "Kita akan ke sana, membuktikan apa yang akan terjadi. Soal menyukai atau tidak, yang penting kita temui beliau terlebih dahulu."Nisa manggut-manggut, ia menggosok-gosok dahinya yang sakit tanpa berkomentar sama sekali. Bagaimana pun yang dikatakan Bram ada benarnya, ia memang harus kesana untuk mendapatkan kebenaran.Mengalihkan pandangan ke arah warung ibunya, wanita paruh baya itu telah menutup warungnya karena jam sudah menunjuk pukul sembilan malam."Nak Bram tidak pulang?" tanya Ratih seraya menghampiri, ia pun melirik sekilas ke arah Nisa. "Jangan sampai nanti diusir lagi sama Nisa."Bram terkekeh, ia menatap Nisa sejenak lalu menggeleng. "Kali ini mungkin nggak Bu soalnya aku juga nggak ada niatan untuk nginep. Aku ... akan menunggu dia sampai dia menyuruhku menginap dengan sendirinya Bu."Mendengar hal itu Rati
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status