บททั้งหมดของ GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT: บทที่ 31 - บทที่ 40

60

Bab 31. Pesan Penting

Nisa tak punya cara untuk menahan ibunya. Wanita paruh baya itu sudah telanjur kuat dengan pendiriannya. Bagaimana pun jika dipikir-pikir, yang dikatakan Ratih memang benar. Semua masalah ini harus ada titik terang, tidak boleh berlarut-larut hingga menyebabkan sesuatu yang tentunya akan membebani satu sama lain.Masuk ke dalam lift, Nisa dan ibunya hanya diam. Tentu saja kata maaf tidak cukup untuk menghapus kekecewaan yang telanjur mendiami hati Ratih. Sesungguhnya ia sangat senang memiliki menantu Bram, terlepas dia orang kaya atau tidak, Ratih merasa bahwa Bram adalah sosok yang pas untuk membimbing putrinya.Lamunan-lamunan indah itu mengabur begitu saja setelah lift sampai pada tujuannya. Ratih berjalan terlebih dahulu, dibelakangnya ada Nisa yang mengekor.Menghampiri kamar Bram, wanita itu menghela napas sejenak lalu memencet bel. Diabaikannya keberadaan Nisa yang terus berdiri di belakangnya."Bu, apa nggak sebaiknya kita bicara nanti saja? Ehm, Mas Bram ... Mas Bram sedang m
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 32. Meminta Pada Ibunya

"Wah, bagus itu." Bram berseru, wajahnya mendadak bersinar, "kita temui saja beliau. Aku juga ingin tahu seperti apa wajah ayahmu sekalian minta doa restu soal hubungan kita."Nisa menatap Bram, wajahnya masih sendu seperti tadi. Ratih menghela napas, ia bangkit berdiri dari duduknya."Nak Bram, kalo memang nggak jodoh jangan dipaksakan." Ratih berkata kemudian, "hubungan kalian dari awal sudah dipaksakan, Ibu yakin baik kamu maupun Nisa pasti tertekan. Lebih baik sudahi saja Nak, jangan berpura-pura lagi. Besok kami akan pergi dari hotel ini, kami tidak ingin menumpang terus sama kamu.""Tapi Bu, aku dan Nisa—""Sudah Nis, ayo kita pergi." Ratih menginstruksi Nisa untuk meninggalkan ruang kamar milik Bram. "Biarkan Nak Bram istirahat, maaf sudah mengganggu waktumu Nak. Permisi."Ratih lantas menggandeng tangan Nisa untuk pergi dari ruangan itu. Bram ingin mencegah namun sepertinya situasi tidak memungkinkan.Sementara itu Nisa pergi ke kamar ibunya. Ia bingung karena ada pesan yang m
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 33. Dijebak

Nisa membaca kembali pesan yang dikirim ayahnya siang itu. Ia mencoba mencari Berkah Resto, nama restoran yang akan menjadi tempat pertemuan mereka kali ini. Mungkin malu sama istri mudanya sehingga ayah Nisa memilih untuk merahasiakan hal ini dan meminta Nisa untuk datang sendiri.Tanpa merasa curiga atau apa pun, berbekal doa restu dari ibunya ia lantas pergi meninggalkan hotel dan bergegas menuju ke tempat yang sudah direncanakan.Dengan menggunakan ojek online, Nisa kini telah sampai di depan Berkah Resto. Menatap bangunan besar yang selalu ramai di depan sana, jantung Nisa berdegup cukup kencang.Setelah lima tahun berpisah, pertemuan kali ini dirasa sangat mendebarkan. Seperti apa wajah ayahnya sekarang? Apakah masih terlihat gagah sama seperti yang ada di foto atau ... justru sebaliknya, tua dan ringkih?Nisa merogoh ponsel dari tas selempang yang ia bawa. Sebuah pesan kembali mengalihkan perhatiannya dari keramaian resto.Saat ia membaca pesan tiba-tiba seseorang membekap mulu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 34. Syok

"Hahaha ... ide Eyang memang brilian," puji Sari sambil tertawa-tawa. Tangan gadis itu memegang ponsel dan melihat foto-foto yang sudah dikirim para preman bayaran beberapa saat yang lalu dengan wajah puas."Coba saja ini beneran, hmm ... kayak apa wajah Bram selanjutnya," ucap Sari mengimbuhi.Eyang Harun hanya tersenyum, ia masih duduk di kursi goyangnya dengan santai. Sejak semula ia sudah menduga bahwa rencananya kali ini pasti tidak akan gagal.Meminta Melani untuk menyewa preman bayaran, pada akhirnya nasib Nisa yang begitu beruntung akan jadi bumerang sekarang."Apakah kau sudah mengirim foto-foto itu pada Bram?" tanya Eyang Harun sambil menoleh ke arah Sari, memastikan jika rencana selanjutnya akan berhasil."Sudah Eyang, aku yakin wajah Bram pasti terbakar karena foto-foto ini." Sari kembali tertawa, tidak menyangka jika eyangnya memiliki ide segila ini."Siapa suruh jadi orang begitu sombong," ucap Ranti menimpali. Wanita itu datang dari dapur membawa beberapa cangkir minuma
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 35. Rumit

"Apa?" Nisa tampak kebingungan. Ia terpana dengan foto-foto dirinya yang sedang bertela-njang bulat dan disampingnya ada beberapa pria yang tengah tertidur juga tanpa bu-sana. Ia menggeleng sambil memegangi kepalanya yang masih pusing."Tidak, tidak mungkin." Nisa mendesis, matanya langsung berkaca-kaca. Dengan cepat ia memeriksa tubuhnya, beberapa detik kemudian ia menarik napas lega karena pakaiannya masih utuh dan tidak terbuka."Tidak mungkin Mas, tidak mungkin aku melakukan hal ini." Nisa langsung menangis sesenggukan, antara bingung, takut, dan juga kacau."Buktinya ada foto ini Nis," desak Bram terbakar api cemburu. "Apa aku perlu menggunduli rambutku dulu dan juga menumbuhkan kumisku agar sama seperti seleramu, hah?!""Mas, aku tidak mungkin melakukan hal tidak senonoh seperti ini," elak Nisa dengan cucuran air mata. Diam beberapa saat ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya beberapa saat yang lalu."Aku ... aku dijebak seseorang Mas," ungkap Nisa kemudian. "S
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 36. Dipersulit Papa

"Ada seseorang yang sengaja melakukan hal ini untuk mengadu domba," lanjut Bram dengan tatapan yakin."Ya, pergerakannya sangat cepat." Alex menganggukkan kepala lalu memandang ke arah sisi lain. "Aku yakin pasti ada seseorang yang membencimu dan juga Nisa."Bram dan Alex terdiam, larut dengan pemikiran mereka masing-masing. Alex lalu menoleh ke arah Bram, pria itu menatap tajam lagi serius."Apa?" tanya Bram mendadak salah tingkah manakala Alex menatapnya demikian."Ehm, apa kau tidak curiga dengan keluarga eyangnya Tuan?" Alex bertanya. "Sejauh ini, hubunganmu dengan Nisa hanya mereka yang tahu sedetail apa. Ditambah lagi beberapa hari yang lalu Tuan mengirimkan sampah piring pada mereka. Apa ... Apa tidak mungkin mereka membalas dendam atas semua ini?"Bram terdiam, ia mencerna ucapan Alex dengan penuh seksama. Sejauh ini mereka tidak memiliki masalah dengan siapa pun kecuali keluarga Eyang Harun. Terakhir kejadian, Bram memang mengirimkan banyak piring sebagai ajang balas dendam.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 37. Ijin Menyingkir

"Kau dan papa ... sangat berarti buatku," ujar Bram dengan mimik wajah sendu. Selama ini pribadi Bram yang cengengesan seolah mampu menutupi kesedihan demi kesedihan yang pria itu rasakan. Hanya baru kali ini Bram tidak bisa menutupinya lagi."Kau bicara apa," ucap Nisa pura-pura riang. "Kita hanya terikat kontrak. Empat bulan lagi masa kontrak kita akan habis. Sudah jangan baper, lambat laun kau juga akan terbiasa tanpa aku.""Justru itu, kau sedang bicara apa sekarang." Bram membalas dengan nada sedikit naik. "Siapa bilang aku akan menyetujui perpisahan diantara kita, hah?! Aku selamanya tidak akan pernah melepaskan kamu."Nisa terdiam, ia terpaku dengan ucapan Bram barusan. Andai saja pertemuan mereka adalah pertemuan yang normal-normal saja, mungkin hubungan mereka tidak akan serumit ini."Sudahlah, bagaimana pun papamu jauh lebih penting daripada aku." Nisa menepis, ia tidak ingin ge-er hanya gara-gara Bram memberinya ketulusan."Ehm, memangnya papamu marah kenapa? Apakah ada hub
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 38. Perkembangan

"Seperti itulah Pak, kebetulan kartu akses sudah diserahkan kepada saya," angguk sang resepsionis dengan hati-hati.Bram menggeleng, tidak percaya dengan keadaan yang terjadi sekarang. "Tidak, tidak mungkin. Dia tidak mungkin meninggalkan saya."Pria itu lantas berlari meninggalkan meja resepsionis. Dengan perasaan gusar dan tidak terima, ia pun pergi menuju ke kamar 103 tempat dimana Nisa tinggal bersebelahan dengan dirinya.Alex yang baru saja datang setelah memarkir mobil tampak kebingungan manakala melihat gelagat Bram yang begitu aneh. Pria itu bertanya ke arah resepsionis dan barulah tahu kenapa Bram bisa bersikap demikian.Sementara itu, sesampainya Bram di kamar 103 ia lantas memencet bel beberapa kali. Berharap apa yang ia dengar tidak benar. Namun setelah hampir lima menit dan tak ada jawaban, air mata Bram tiba-tiba luruh."Tidak, tidak mungkin kamu meninggalkan aku," gumam Bram lirih seraya memukul-mukul pintu.Pria itu menyeka air matanya sejenak, menatap amplop coklat ya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 39. Penasaran

"Jadi kata polisi, mereka sudah mengincar satu dari kedua orang yang ada dalam foto itu saat mereka berpatroli di pasar kemarin. Aku yakin tinggal menunggu waktu sama untuk menciduk mereka," ucap Alex dengan mimik serius.Bram terdiam, beberapa saat kemudian ia mendesah berat dan kembali menekuni nasi bungkusnya yang masih tersisa beberapa sendok nasi dan juga ikan pindang."Ah, lama sekali." Bram berkata kemudian, "mereka bekerja sangat lambat. Aku bahkan tidak puas dengan kinerja mereka.""Ya, wajar sih Tuan. Mereka bekerja kalo ada duit, kalo duitnya gede aku yakin mereka juga akan gerak cepat," tandas Alex tak menutupi kenyataan. Diam beberapa saat, diperhatikannya sang tuan yang begitu menikmati nasi bungkus.Ya, dulu Bram yang ia kenal sangat pilih-pilih makanan. Jika tidak spagetti, pasta, atau pizza, mana mungkin dia mau makan. Baru kali ini Alex bisa melihat tuannya tersebut makan dengan lahap walau hanya berbekal nasi putih dan daging pindang serta sambal."Tuan," ujar Alex
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 40. Rasa Menyesal

Jika Bram memilih tinggal dan hidup serba sederhana di rumahnya yang tidak besar namun milik sendiri, Nisa dan ibunya justru mengontrak di salah satu kontrakan kosong yang memiliki halaman cukup luas.Sangat bersyukur karena di kota besar seperti Jakarta ini masih ada rumah kontrakan yang kosong dan memiliki harga miring. Mungkin faktor keberuntungan yang membuat mereka tinggal tak jauh dari tempat mereka dulu dan memilih untuk hidup mulai dari nol lagi.Nisa yang memiliki pengalaman sebagai kasir memilih untuk melamar pekerjaan di sebuah swalayan kecil namun ramai. Ia diterima sehingga tidak menganggur cukup lama sedangkan ibunya—Ratih, ia memilih berjualan gorengan di depan rumah sambil melayani penjualan sayur segar yang kebetulan ia tanam langsung di pot di pekarangan rumah.Sungguh beruntung, karena dalam keadaan terjepit seperti ini mereka bisa mendapatkan apa saja sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa kesusahan."Kalo kerja hati-hati ya Nak, bekalnya sudah Ibu taruh di dalam kan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status