Beranda / Romansa / GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT / Bab 21. Pertemuan dengan Keluarga

Share

Bab 21. Pertemuan dengan Keluarga

Penulis: Dacytta-Peach
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 06:24:26

"Tentu saja setelah kau merubah penampilanmu," ucap Nisa dengan serius. Bram tertawa kala itu, tawa yang baru Nisa dengar setelah hampir dua hari mengamatinya dari jauh.

"Ya, aku tahu." Bram mengangguk, "keluargamu tentu saja akan mencemoohmu jika tahu calon suamimu berand-alan seperti ini."

Nisa menarik napas, ia mengambil sejumlah uang merah dari dalam dompetnya lalu menyerahkannya pada Bram.

"Ini uang untuk mencukur rambutmu, gunakan sisanya untuk membeli baju yang layak untuk kau pakai. Soal bertemu keluargaku ... nanti kita bicarakan lagi," ucap Nisa lantas beranjak berdiri.

Wanita itu mengambil surat perjanjian dan memasukkannya ke dalam tas tangan yang ia bawa.

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Ingat, kau sudah terikat kontrak denganku jadi ... beritikad baiklah dan jangan kabur dariku."

"Siap Tuan putri," ucap Bram lalu menghormat ke arah Nisa.

Wanita itu lantas pergi meninggalkan Bram, tanpa lupa mengucapkan salam ia bergegas menghindar dari keramaian taman bunga.

Sementara
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 22. Undangan Makan

    "Tidak ada malam pertama," tandas Nisa dengan mata sedikit melotot. "Kita hanya saling bekerjasama. Tidak ada agenda malam pertama dalam pernikahan kita.""Oh, mana bisa? Aku akan menikahimu secara sah tapi ... kenapa harus begitu?" Bram mengerutkan kening."Ya, memang harus begitu. Semuanya sudah aku atur dalam surat perjanjian. Jika kamu masih tak percaya, silakan baca ulang surat perjanjian yang aku kopi untukmu.""Eh? Apa iya?" Bram masih tak percaya, ia lantas menepuk jidat. "Waduh, rugi bandar nih!""Memangnya apa? Kamu mengharapkan hal itu, hah?! Mana boleh," ucap Nisa mencuramkan alis. Ia menggelengkan kepala sambil berdecap, "jangan bermimpi. Kita ini hanya pura-pura. Sudah, sebaiknya kamu pulang saja. Ingat sering-seringlah main ke rumah, agar mereka percaya bahwa kamu adalah calon suamiku yang sesungguhnya."***"Hai, hello, Nis? Kok ngelamun sih?!" Bram menjentikkan jari-jarinya di depan wajah Nisa beberapa kali.Gadis itu tersentak, ia segera menguasai diri setelah kata-k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 23. Terkena Api

    "Sebenarnya kami hanya ingin kalian kembali ke sini," ucap Bulik Ranti tanpa berani mendongakkan wajah. "Tanpa ada kalian, rumah ini rasanya seperti sepi.""Ah, masa?" Bram tak percaya. Dengan gaya selengekannya, ia bertopang dagu dan terus menatap bulik dari istrinya tersebut."Iya," ucap Ranti mengangguk. "Rumah ini terasa sepi, tidak ada lagi sosok yang rajin bersih-bersih, tidak ada lagi sosok yang tergesa-gesa setiap pagi. Semua itu ... semua itu mendadak hilang dari pandangan. Kami yakin, kami merasa kehilangan dirimu Nisa.""Oh, hanya karena itu ya." Bram manggut-manggut, "itu bukan karena rasa kehilangan Bulik. Aku tahu, kalian merasa rugi karena tidak ada lagi sosok yang bisa kalian bully. Nisa orangnya pendiam, nurutan, tentu saja kalian merasa kehilangan."Seluruh anggota keluarga terdiam, mendadak menahan kesal karena Bram selalu tahu apa yang ada dalam benak mereka sekarang."Istriku selalu rajin, selalu bersih-bersih, itulah kenapa kalian merasa kurang. Ya, kurang karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 24. Taring yang Sesungguhnya

    "Tuh 'kan, apa kubilang. Mereka itu tidak mungkin akan menerima kita dengan tulus," ucap Bram setelah diusir paksa oleh Ranti dan keluarganya.Pria itu masuk ke dalam mobil, memakai seatbelt dan terus bergumam tidak jelas. Begitu pun dengan Nisa, ia hanya diam dan turut mendengarkan omelan suaminya tersebut."Baru juga begitu, mereka langsung mengusir kita." Bram berdecap, merasa kesal dengan insiden yang terjadi barusan. Ya, saat ia sedang nikmat-nikmatnya makan lobster tiba-tiba diusir begitu saja."Itu terjadi karena kamu begitu rakus dengan lobster yang ada di nampan mereka Mas," ucap Nisa mulai bersuara. "Coba tadi kamu makannya elegan dan tidak terkesan rakus, mungkin mereka tidak akan sampai mengusir kita.""Oh, jadi hanya karena lobster ya?" Mata Bram melebar, sungguh tak percaya jika hanya gara-gara lobster ia harus menerima kesialan ini. "Alex, ayo jalan. Oh ya, jangan lupa setelah ini kamu balik lagi ke sini dan ambil Ducati-ku."Nisa hanya menggeleng, ia lantas melempar pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 25. Kecurigaan

    "Apa itu?" Bram terheran-heran manakala Alex datang membawa helm kesayangannya berikut satu kantong kresek berupa benda berbentuk kotak yang dibungkus dengan kain beludru warna merah."Buka saja Tuan," ucap Alex sambil meletakkan benda-benda tersebut di atas meja.Bram yang baru saja selesai mengikuti meeting di perusahaan papanya segera mematikan laptop. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia membuka kantong kresek tersebut dengan hati bertanya-tanya."Perhiasan?" ulang Bram masih juga tak paham. Ia mendongak, memandang bawahannya untuk menanyakan lebih lanjut perihal perhiasan beberapa kotak yang dibawa oleh Alex.Alex masih diam, ia menghempaskan bobot badannya di sofa lalu menyugar rambutnya sejenak."Sengaja saya merampas beberapa perhiasan mereka dengan dalih motor Anda lecet-lecet Tuan," ucap Alex mulai bercerita. "Pada awalnya mereka menyangkal tapi setelah saya menyebut kata polisi, mereka dengan serta merta memberikan perhiasan-perhiasan mereka dengan sukarela.""Apa?" Bram t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 26. Balasan Licik

    "Kasih tahu suamimu itu, kalo kaya ya udah kaya aja. Jangan sok-sokan menindas kaum lemah kayak kami. Emang salah kami sama dia apa? Kami punya salah sama kamu tapi kok dia-nya yang lebih ganas ketimbang kamu," omel Eyang Harun terbakar emosi.Hati Nisa terasa seperti dipukul dengan batu. Dugaannya benar, Eyang Harun pasti mempermasalahkan apa yang tengah ia alami tadi. Ya, orang seperti Eyang Harun sudah barang tentu tidak terima dengan permainan yang Alex dan Bram buat. Sebagai orang tua, tentu saja ia marah bukan main."Maaf Eyang, mungkin Mas Bram tidak bermaksud lebih sama Eyang." Nisa berkata pelan dan lembut, sesekali jari-jari tangannya meremas lutut karena merasa bersalah."Bilang sama dia, jangan pernah main ke rumah lagi. Orangnya aja yang kelihatan kaya tapi aslinya ... lebih pelit dari yang kami bayangkan." Eyang Harun melanjutkan kemarahannya. Beberapa saat kemudian ia lantas mematikan ponsel, tenggelam dengan kemarahan yang membakar."Eyang sepertinya sangat marah denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 27. Pangeran Kuda Putih

    "Memangnya kenapa? Minta diistimewakan?" lanjut Melani sambil berkacak pinggang. "Hellow ... jangan mimpi ya. Ibumu tuh di sini nggak ada guna sama sekali. Udah nyusahin masih juga bikin susah yang lainnya. Namanya kere ya tetep aja kere.""Cukup!" Nisa membentak, "kalian tidak perlu menghina kami seperti ini. Berapa sih harga piringnya hingga kalian tega memperlakukan ibuku seperti ini.""Berapa harganya kau bilang?" Ranti kali ini menyambung ucapan Melani dengan tatapan sinis. "Jangan belagu. Di Indonesia piring kayak gini nggak bakal ada. Jaga ucapanmu, kalo merasa kere ya udah, jangan belagu sok-sokan pengen ganti. Lagipula mana keluar lagi modelan yang kayak gini.""Sudah Nis, sudah. Jangan berdebat dengan mereka," pinta Ratih dengan suara lirih. Ia masih meringkuk di dalam dekapan Nisa, air mata masih bercucuran tiada henti.Nisa mengerutkan kening, ia mengambil jilbab ibunya lalu memakaikannya dengan hati-hati."Kita sudah banyak mengalah demi keluarga ini Bu, dalam keadaan sep

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 28. Pembalasan

    "Ya ... ya mau bagaimana lagi, namanya juga panik kan?!" Bram membela diri, sejenak menghapus rasa malu yang kini hinggap di wajahnya. "Alex bilang kamu dikeroyok makanya aku buru-buru pergi tadi. Aku benar-benar khawatir sama kamu makanya nggak sempat ganti baju apalagi sandal. Ke sini pun cuma bawa dompet sama ponsel.""Terus cek itu?""Soal cek, anak sultan sepertiku tidak bisa hidup tanpa kertas itu. Kemanapun aku pergi, aku selalu bawa ATM dan juga kertas cek dengan tanda tangan papaku. Sudahlah, yang penting kalian selamat. Jangan permasalahkan soal berak tadi, hmm ... kalian ini bikin malu aja," umpat Bram sambil membuang muka ke samping.Alex dan Nisa terdiam. Dalam keremangan lampu mobil, keduanya hanya menahan tawa takut kalau-kalau pria yang begitu menjaga harga dirinya tersebut merasa tersinggung dan direndahkan."Ehm, Nak Bram, Ibu makasih banget ya sama kamu. Tanpa kamu malam ini, Ibu tidak tahu harus berbuat apalagi." Ratih akhirnya bersuara. Dengan hatinya yang tulus,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 29. Tak Mau Pisah

    "Bu? Ah, syukurlah Ibu sudah siuman." Ranti menghela napas lega manakala ibunya perlahan meraih kesadarannya kembali."Dimana aku?" tanya Eyang Harun sambil mengamati sekitar, ia tampak bingung sesaat setelah ambruk di teras rumah."Kami dan mas kurir mengangkat Ibu dari teras rumah. Duh, berat sekali." Melani menjawab asal membuat wajah Eyang Harun tampak masam.Ia mengedarkan pandangan, menyadari jika saat ini ia tengah berada di atas sofa ruang tengah. Setelah tidak berkunang-kunang, wanita tua itu beringsut bangun dengan wajah masih terlihat syok."Kemana kurir itu? Apa sudah pergi?" tanyanya sambil mendongak ke arah Melani dan Ranti yang berdiri di sebelahnya."Sudah, baru saja." Melani menjawab sesaat setelah menatap ke arah luar. "Ibu berat sekali, masa kita yang bertiga harus minta bantuan Mas kurir buat angkatnya sih. Duh, Ibu makannya sedikit dibatasi dong. Jangan banyak makan di usia senja nanti kena kolesterol dan darah—"Melani menghentikan ocehannya manakala Ranti menyen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25

Bab terbaru

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 60. Kepulangan Yang Manis (Ending)

    Suasana di ruangan itu terasa berat, namun seiring dengan kata-kata Nisa, beban itu perlahan menguap. Setelah beberapa saat, mereka pun pamit, meninggalkan penjara dan orang-orang yang pernah mencelakakannya.*Dalam perjalanan pulang, Nisa meminta Bram untuk berhenti sebentar di bendungan yang tak jauh dari sana. Bendungan itu memiliki tempat khusus di hatinya. Dulu, sewaktu kecil, ia sering bermain di sini bersama teman-temannya, menikmati masa-masa yang penuh kebebasan dan tawa. Kini, setelah semua yang ia lewati, tempat ini memberinya ketenangan.Mereka duduk di tepi bendungan, melihat air yang berkilauan di bawah sinar matahari sore. Suara gemericik air yang mengalir membawa damai, seolah membersihkan sisa-sisa ketegangan yang tadi masih menggantung."Aku senang semuanya udah selesai," kata Nisa sambil menatap pemandangan di depannya.Bram tersenyum, melingkarkan lengannya di bahu Nisa. "Sekarang kita bisa fokus ke masa depan, tanpa ada beban."Nisa mengangguk, merasakan kedamaia

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 59. Menjenguk Keluarga

    Setelah seminggu berada di Kalimantan, Nisa dan Bram bersiap kembali ke Jawa. Mereka baru saja melewati minggu pertama sebagai pengantin baru, penuh kebahagiaan dan keintiman. Namun, di balik senyum Nisa, ada perasaan tak sabar yang menggelayut di hatinya.Ia merindukan rumah, lebih tepatnya, merindukan bertemu dengan orang tuanya, ayah dan ibunya yang sudah menanti kepulangannya. Baginya, tidak ada tempat yang lebih nyaman selain berada di dekat mereka, terutama setelah semua yang terjadi pada dirinya. Namun, perasaan lain yang tak kalah kuat adalah keinginan Nisa untuk segera bertemu dengan mereka—musuh-musuh dalam keluarganya. Eyang Harun, Ranti, Sari, dan yang paling dia ingat dengan tajam, Tante Melani.Mereka semua kini berada di penjara, setelah kasus besar yang menimpa keluarga mereka terbongkar. Nisa tak pernah membayangkan dirinya akan menghadapi mereka dalam situasi seperti ini.Dulu, ia selalu menjadi objek ejekan, terutama dari Melani yang tak henti-hentinya menghina Nis

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 58. Rencana Selanjutnya

    Malu rasanya saat harus keluar dari kamar dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ya, sudah bangun kesiangan, keduanya justru membuat satu keluarga harus menunda makan pagi demi menunggu mereka keluar.Nisa menahan rasa sungkan, ia keluar setelah berhasil melepaskan diri dari Bram lewat jendela kamar. Tentu saja adegan itu direkam bersama-sama seluruh keluarga mengingat kamar pengantin terlihat jelas dari ruang makan."Kau ... baik-baik saja, Nis?" tanya Harun saat melihat Nisa keluar dari jendela dengan mengendap-endap. "Ada apa dengan pintunya? Kenapa tidak lewat pintu saja?"Nisa menoleh ke arah ruang makan, wajahnya langsung memerah padam mengingat mata seluruh keluarga tertuju ke arahnya."Ehm, anu Pak, pintunya—""Sebaiknya kau segera membersihkan diri di kamar tamu. Di sana ada kamar mandi di dalam," potong Satrio tak kalah merasa malu. Ya, sudah jelas jika Nisa berbuat demikian karena ulah anaknya."Mari kita makan terlebih dahulu, biarkan mereka mengurusi kebutuhan mereka sendiri

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 57. Jangan Mengelak Lagi

    "Sah!" seru beberapa orang laki-laki di tempat itu dengan lantang. Seruan mereka menandakan bahwa hubungan yang saat ini terjalin sudah sah di mata hukum maupun agama.Kendati mereka sudah pernah ijab kabul, perasaan berdebar masih saja terasa di dalam dada. Saling berpandangan, Bram melempar senyum ke arah Nisa lalu mengikuti arahan sang penghulu untuk bertukar cincin bersama-sama.Setelah menyematkan cincin emas dua puluh empat karat seberat tiga gram di jari manis masing-masing, keduanya lantas berdoa untuk kesejahteraan bersama."Malam ini kau takkan bisa lolos lagi," bisik Bram setelah mereka berdoa dan berpindah tempat ke kursi pelaminan.Nisa hanya diam, pura-pura tak mendengar dengan wajah bersemu merah. Alih-alih menanggapi bisikan Bram yang terdengar mengerikan, ia sengaja mengabaikan dan justru tersenyum pada para tamu yang menyapa dirinya di depan kursi pelaminan."Selamat untuk kalian berdua ya. Semoga hubungan kalian sakinah mawadah warahmah hingga kakek-nenek," ucap seo

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 56. Akhirnya Kita Menikah

    "Maaf, Ayah terlalu terharu." Harun melepas pelukan putrinya lalu menyeka airmata yang jatuh di pipi. Ia mencoba tersenyum lalu menyapa Bram dan juga Alex yang berdiri tak jauh dari sisi putrinya."Hai, jumpa lagi dengan kamu," sapa Harun seraya mendekat ke arah Bram lalu menepuk bahunya. Pria paruh baya itu tersenyum tipis, "tak disangka kita jumpa lagi di tempat ini.""Iya Pak," angguk Bram sedikit enggan untuk berbasa-basi.Suasana sore menjelang malam itu terasa begitu syahdu. Warung gorengan yang ia buka pun lebih ramai daripada biasanya."Bu, saya beli gorengannya dong Bu. Udah habis nih di nampan," protes salah satu pelanggan pada Ratih yang sibuk menyongsong kebahagiaan di dalam keluarganya."Oh, iya, Pak. Tunggu sebentar ya," ucap Ratih menyadari perbuatannya. Wanita itu tersenyum lalu menatap Harun, Nisa, Bram, dan juga Alex secara bergantian."Kalian lanjut ngobrol di teras rumah ya, Ibu mau bikin gorengan dulu buat pelanggan." Ratih berpamitan, ia tersenyum tipis lalu mene

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 55. Gayung Bersambut

    Nisa tak menjawab, meski hatinya cukup berdesir saat Bram mengatakan demikian, ia tidak akan goyah dengan keputusan awal."Oh, ya, Pah, aku akan balik ke pulau Jawa untuk menuntaskan misi yang sudah Nisa beri. Misal nanti sudah complete dan tercapai, Papa bersedia ya menghadiri ijab kabul kami," ucap Bram mengalihkan pandangan ke arah Satrio yang masih sibuk dengan menu makan siangnya."Ijab kabul?" ulang Satrio mengerutkan kening. "Bukankah kalian ini sudah sah nikah?"Bram tersenyum, ia menoleh sekilas ke arah Nisa lalu kembali melabuhkan pandangan ke arah papanya."Nisa minta ijab kabul-nya diulang Pa. Katanya kalo aku berhasil menemukan ayahnya maka ia bersedia menjalankan tugasnya sebagai seorang istri," cerita Bram dengan riang membuat Nisa mendadak salah tingkah. "Tolong Pa, iyakan saja. Papa tahu 'kan rasanya jadi pria dewasa yang merindukan lautan asmara sekian lamanya."Satrio manggut-manggut, ia menunduk lagi sambil menikmati makanannya. "Lakukan saja, aku akan mendukungmu

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 54. Jodoh Takkan Ke mana

    "Kamu nggak bisa kembali segampang itu Mas," tandas Ratih dengan tatapan serius. "Aku ini bukan permen yang bila kamu ingin, kamu bisa memakaiku kembali kapanpun kamu mau."Harun terdiam, ia mengusap wajahnya dengan satu tangan. Ada perasaan menyesal yang kini terlihat di wajahnya."Meski aku belum mengajukan gugatan tapi ... kau pergi selama lima tahun Mas," ucap Ratih. "Selama itu kamu sama sekali tidak mengabarkan kami dan juga tidak memberi nafkah. Menurutmu, apa pantas kamu kembali dengan mudah?!"Harun masih diam, ia mencerna semua ucapan Ratih dengan seksama. Kali ini ia merasa malu karena sudah menelantarkan keluarganya sedemikian jauh."Aku minta maaf Rat," ucap Harun lirih sambil tertunduk. "Awalnya aku hanya ingin menghindari utang berikut bunganya tapi ... sepertinya kekhilafanku sudah telanjur jauh."Ratih mengalihkan pandangan ke sisi lain, tak ada ucapan yang ia katakan. Keduanya diam beberapa saat seolah-olah mencari jalan keluar atas apa yang sudah mereka bahas kali i

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 53. Rujuk

    Sementara itu Ratih yang sendirian di rumah tetap berusaha untuk menjalankan bisnis gorengan yang selama ini sudah ia rintis. Walau tidak ada Nisa, ia yakin bahwa ia mampu menjalankan warungnya dengan lancar tanpa ada gangguan dari siapa pun.Karena Ratih dan Nisa cukup ramah di lingkungan itu, sudah pasti mereka sangat dikenal warga sekitar. Tak hanya itu, kepribadian yang baik mengantarkan mereka hidup rukun dan juga saling tolong menolong satu sama lain.Sore itu, seperti biasa Ratih menggoreng beberapa jenis makanan di wajan besar yang sudah dipenuhi dengan minyak goreng panas. Satu per satu adonan pisang ia masukkan, beberapa orang yang jajan pun mulai merapat di warung kecil tersebut."Bu, beli gorengan dong." Seorang pria datang dengan memakai masker dan topi hitam. Ia juga memakai jaket kulit berwarna serupa."Iya Pak, gorengan apa?" tanya Ratih sambil menatap pria itu. Sayangnya ia tertunduk dan tertutup topi sehingga Ratih sendiri tidak begitu memperhatikannya."Pisang sama

  • GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 52. Persyaratan

    "Dasar bocah tengik!" Satrio menghardik sambil menoyor kepala Bram sedikit lebih keras. Pria itu datang tiba-tiba, membuat Bram mengaduh kesakitan lalu melepaskan tubuh Nisa hingga terhuyung mundur."Tak seharusnya kamu melakukan hal ini di ruang makan," tukasnya lagi sambil berjalan menuju ke salah satu kursi di ruang makan. "Tahan dirimu untuk beberapa jam lagi. Dasar anak muda!"Bram mengusap kepalanya sementara itu Nisa hanya tertunduk dengan wajah merona merah."Ayo duduk, mau tunggu siapa lagi, hah?!" Satrio menginstruksi, meminta keduanya agar berkumpul di meja makan.Bram dan Nisa lantas menghampiri Satrio dan duduk di sampingnya. Beberapa pelayan mendatangi mereka dan mulai melayani apa saja yang menjadi kebutuhan mereka."Jadi ... apa rencana kalian setelah ini?" tanya Satrio seraya memotong steak daging sapi kualitas premium di piringnya."Pulang—""Liburan—"Nisa dan Bram saling pandang, mereka mengucapkan kata-kata hampir bersamaan. Hal itu membuat Satrio mendongak lalu m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status