All Chapters of Pengantin Dari Sebuah Tragedi: Chapter 31 - Chapter 40

57 Chapters

Setelah Malam Panjang

Sinar matahari yang menyelinap melalui celah gorden menyentuh kulit Zanitha, membangunkannya perlahan dari tidur yang dalam dan lelap setelah semalaman digempur tanpa ampun oleh Ananta.Begitu matanya terbuka, ia segera menyadari sesuatu—tubuhnya terasa nyeri luar biasa. Setiap inci tubuhnya seperti habis dihantam badai, terutama di bagian intinya yang terasa perih dan ngilu sekaligus.Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, ia menyadari satu hal lagi ternyata masih berada dalam dekapan Ananta.Pria itu tidur dengan tenang di belakangnya, satu lengannya melingkari pinggangnya erat sementara satu tangannya lagi ada di bawah leher Zanitha seolah memastikan bahwa Zanitha tidak bisa pergi ke mana pun.Dadanya yang bidang dan hangat bersentuhan langsung dengan punggungnya, membuat Zanitha merasakan kehangatan yang menjalar dari kulit ke kulit.“Oh Tuhan… apa yang sudah kulakukan semalam?” Zanitha membatin sembari memejamkan mata erat.Kilasan kejadian tadi mal
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Jalan-jalan Di Zurich

Setelah berkendara selama beberapa menit dalam keheningan, akhirnya Ananta menghentikan mobil di sebuah kawasan yang tampak klasik dengan bangunan-bangunan tua khas Eropa yang berdiri kokoh.Udara sore di Zurich terasa sejuk, angin berembus lembut membawa aroma kopi dari kafe-kafe kecil di sepanjang jalan berbatu yang tertata rapi.Langit biru cerah dengan semburat oranye dari matahari yang mulai condong ke barat memberikan kesan hangat di tengah kesejukan musim semi.Zanitha turun dari mobil dengan hati berdebar, matanya berbinar melihat suasana sekitar. “Kita di mana?” tanyanya sambil melirik ke arah Ananta yang dengan santai memasukkan tangannya ke dalam saku celana linen-nya.“Altstadt,” jawab Ananta singkat, menutup pintu mobil dan berjalan mendahuluinya.Zanitha mengerjap, lalu mengerutkan kening. “Altstadt? Kota tua Zurich?” Dia mengejar langkah Ananta yang panjang dan sigap.Ananta mengangguk, lalu meliriknya sekilas. “Kamu bilang ingin jalan-jalan. Zurich punya banyak t
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Jarak Yang Diciptakan Ananta

Langit Zurich sudah gelap ketika mobil mereka akhirnya memasuki halaman mansion.Lampu-lampu eksterior menerangi jalan masuk, memberikan kilauan hangat di antara pepohonan yang berjajar rapi.Zanitha turun dari mobil lebih dulu, menoleh ke belakang saat melihat Ananta masih duduk di kursinya, tangannya memijit pelipis dengan gerakan lambat.Pria itu tampak… lelah.Zanitha mengernyit, tapi tidak mengatakan apa-apa.Mereka sudah menghabiskan waktu yang cukup lama di luar dan meskipun pria itu tidak menunjukkan ekspresi berlebihan, Zanitha tahu bahwa Ananta menikmati jalan-jalan mereka.Bahkan, pria itu tidak menunjukkan wajah sekaku biasanya.“Ayo masuk,” kata Ananta akhirnya, tanpa menoleh ke arah Zanitha.Wanita itu mengangguk kecil dan melangkah lebih dulu ke dalam mansion.Sesampainya di kamar, Zanitha segera mengganti pakaian dengan piyama satin lembut berwarna merah muda. Rambutnya digerai begitu saja, terasa ringan setelah seharian dia ikat saat berada di luar rumah.Ke
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Perhatian Ananta

Setelah Ananta pergi ke kantor, Zanitha memutuskan untuk berjalan-jalan di taman yang luas di halaman mansion.Udara sejuk dan aroma bunga yang bermekaran menyambut langkahnya. Burung-burung berkicau riang di antara pepohonan tinggi, sementara dedaunan yang berguguran tertiup angin menciptakan suasana damai.Di sudut taman, seorang tukang kebun sedang merawat tanaman dengan penuh perhatian. Pria tua itu menyadari kehadiran Zanitha dan tersenyum ramah.“Selamat pagi, Nyonya.”Zanitha membalas senyumannya. “Pagi. Tamannya indah sekali.”Tukang kebun itu mengangguk bangga. “Tuan Ananta sangat memperhatikan taman ini, beliau selalu ingin segalanya terlihat sempurna.”Mendengar itu, Zanitha terdiam sejenak. Ananta dan kesempurnaannya—tidak heran kalau pria itu selalu menuntut segalanya berada dalam kendalinya.Setelah berbasa-basi sebentar, Zanitha melanjutkan langkahnya. Ia berjalan ke halaman samping yang jarang dikunjungi sebelumnya.Di sana, hamparan bunga lavender bergoyang le
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Mengabaikan Ananta

Suasana makan malam di mansion terasa jauh lebih hening dari biasanya.Zanitha duduk di kursinya dengan tenang, menyendok makanannya tanpa ekspresi, sementara di seberangnya, Ananta menikmati steak dengan gerakan perlahan sesekali mencuri pandang ke arah istrinya.Biasanya, meskipun hubungan mereka sering diwarnai adu argumen, Zanitha akan berbicara atau setidaknya menanyakan sesuatu kepada Ananta—walaupun hanya basa-basi karena Zanitha sama sekali bukan perempuan tipe pendiam.Tapi malam ini berbeda.Wanita itu tidak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan tatapannya tak sekalipun terangkat untuk melihat sang suami tampan di depannya.Ananta yang semula santai mulai merasa gelisah.Tentu saja dia tahu alasan kenapa Zanitha mendiamkannya.Ananta menyuapkan potongan steak terakhirnya ke mulut, lalu meletakkan pisau dan garpunya dengan perlahan.“Kata Klaus tadi kamu jatuh di taman.” Ananta membuka topik pembicaraan, dia ingin mendengar cerita langsung dari Zanitha kenapa bisa berakh
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Frustrasi Ananta Dan Cemburunya

Sejak pagi, suasana hati Ananta sudah buruk.Duduk di kursi CEO di kantor Shipping Helvion Group, ia menatap layar MacBook dengan ekspresi datar.Seharusnya Ananta fokus pada laporan keuangan yang sedang dipresentasikan oleh manajernya, tapi pikirannya justru melayang ke mansion di mana Zanitha berada.Seharusnya ia lega karena wanita itu akhirnya berhenti mengganggunya. Seharusnya ia senang karena Zanitha tidak lagi mencari-cari perhatiannya.Tapi nyatanya?Setiap detik Ananta justru menunggu reaksi dari wanita itu.Setiap kali ponselnya bergetar, Ananta berharap itu pesan dari Zanitha—meskipun hanya satu kata singkat atau permintaan absurd.Tapi sejak pagi tadi, ponselnya tetap sepi.Tidak ada pesan.Tidak ada panggilan.Tidak ada perhatian.Ananta mendengus pelan, menyandarkan punggung ke kursinya.“Jadi … bagaimana Tuan? Apakah saya bisa lanjutkan ke laporan berikutnya?” Sang manager bertanya untuk yang kedua kalinya karena tidak ada jawaban dari Ananta padahal tatapan
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Akting Ananta

Langit Zurich sudah mulai gelap ketika mobil Ananta memasuki halaman mansion dengan kecepatan stabil. Cahaya lampu jalan yang temaram memantulkan bayangannya di kaca mobil, tetapi pria itu tetap diam dengan rahang mengeras.Di samping kemudi, Taylor-sang sekretaris, menoleh ke belakang membaca ekspresi tajam majikannya yang sedang menahan emosi.Tanpa banyak bicara, begitu mobil berhenti di depan pintu utama mansion, Ananta langsung turun. Langkahnya lebar dan penuh wibawa, tubuhnya tegak, dan sorot matanya menyiratkan ketenangan yang mencekam.Ia berjalan lurus melewati koridor menuju taman samping tempat Klaus melaporkan bahwa Elias sedang menikmati teh bersama Zanitha.Ketika pria itu sampai di taman, ia menemukan pemandangan yang langsung memanaskan darahnya.Zanitha duduk di salah satu kursi besi berbantal empuk tampak begitu anggun menggunakan dress lengan panjang motif floral, sementara Elias duduk di hadapannya dengan ekspresi santai, mengenakan kemeja linen yang terlihat
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Hukuman Untuk Zanitha

Ananta membawa Zanitha ke kamar dengan langkah lebar dan penuh amarah. Bahunya tegang, rahangnya mengeras, dan sorot matanya menggelap.Zanitha masih meronta di dalam gendongan pria itu, tangannya menghantam punggung Ananta dengan sia-sia. “Ananta, turunkan aku!” teriaknya. “Kamu enggak bisa seenaknya kaya gini!”Ananta tidak menjawab. Dengan satu gerakan kuat, ia membuka pintu kamar dan menutupnya dengan keras, lalu melangkah menuju ranjang besar mereka.Tanpa aba-aba, ia meletakkan Zanitha di kasur dengan sedikit dorongan yang membuat tubuh wanita itu terhempas ke permukaan kasur yang empuk. Napasnya memburu, dadanya naik-turun seiring dengan emosi yang bergejolak dalam dirinya.Zanitha bangkit, bersiap untuk melawan, tapi Ananta lebih cepat. Ia menindih tubuh wanita itu, kedua tangannya menahan pergelangan tangan Zanitha di atas kepala.“Kamu pikir aku akan membiarkanmu bersenang-senang dengan Elias?” suara Ananta terdengar dalam dan dingin, menggema di d
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Balasan Zanitha

“Bukan kamu yang menentukan dengan siapa aku jatuh cinta, tapi Tuhan … kalau aku jatuh cinta sama kamu dan harus merelakanmu karena kamu enggak pernah mencintai aku maka akan aku lakukan, karena aku mencintai kamu.”Kalimat Zanitha itu terngiang terus di benak Ananta hingga kini nafas dan debaran jantungnya telah kembali teratur.Sedangkan Zanitha masih ada dalam pelukannya dengan tubuh mereka yang sama-sama polos.“Apa mungkin kalau aku enggak perlu menceraikan Zanitha? Setelah nanti dia mengandung dan melahirkan anakku, anak itu juga butuh ibu yang harus mengurus, merawat dan mendidiknya.” Sisi hati Ananta yang baik bicara.“Kamu akan kerepotan hidup dengan perempuan keras kepala dan pembangkang seperti Zanitha, lebih baik seperti dulu tanpa ikatan dengan perempuan mana pun.” Sisi hati Ananta yang kelam berkata demikian.Ananta menunduk memeriksa Zanitha apakah sudah tertidur namun perlahan istrinya mendongak sehingga mata mereka bertemu dengan wajah yang
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Gara-gara Lapar Tengah malam

Ananta berdiri di ambang pintu dapur, menatap sosok istrinya yang duduk di meja di tengah ruangan, menikmati semangkuk besar es krim dan potongan buah dengan santai.Untuk beberapa detik, Ananta hanya diam. Jantungnya yang tadi berpacu kencang kini mulai melambat, perasaannya campur aduk antara lega, marah, dan sedikit ingin tertawa melihat betapa lucunya alasan Zanitha ‘menghilang’ tengah malam seperti ini.Sekuriti sampai sibuk mencarinya di luar, meminta Klaus mengecek seluruh CCTV di seluruh penjuru mansion, bahkan meminta Taylor bersiap menghubungi polisi—hanya untuk menemukan istrinya yang ternyata sedang duduk di dapur, menikmati camilan malamnya seolah tidak terjadi apa-apa.Zanitha tampaknya terlalu asyik dengan es krimnya sampai tidak menyadari kehadiran Ananta. Wanita itu menyeruput sendok ice cream dengan mata berbinar, lalu mendesah puas. “Ah… ini enak sekali,” gumamnya pelan.Ananta menghela napas panjang, lalu bersedekap, bersandar di kusen pintu. “Jadi ini yang mem
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status