Semua Bab Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan : Bab 31 - Bab 40

54 Bab

031.

Galih setengah berdiri di atas kaki Aisyah, kemudian membuka celana panjangnya dan tampak underwear ketat yang memperlihatkan tonjolan besar di tengahnya, membuat bagian bawah pria itu terlihat sangat seksi dan jantan. Tanpa rasa malu Galih membukanya di hadapan istrinya itu. Glek! Bola mata Aisyah membulat seketika. ‘Gede banget!!!’ Batinnya. Gadis itu terlihat syok melihat batang milik Galih yang sudah menegang berurat dengan ukuran sangat besar dan panjang. ‘Gimana cara masuknya, apa muat?? Ya Tuhan pasti sakit!!” Aisyah berbicara dalam hati. Tiba-tiba keberanian yang ada tadi sedikit demi sedikit memudar menjadi rasa takut. Galih tiba-tiba melepas lingerie yang masih menutupi tubuh bagian bawah Aisyah. Sehingga tampak sudah dengan jelas tubuh polos Aisyah seluruhnya. Gadis itupun terkejut bukan main. Nafas Galih tak beraturan. Jakunnya masih naik-turun, sedang Matanya benar-benar sudah di selimuti kabut gairah yang menggebu-gebu saat melihat bagian paling inti Aisyah ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

032.

“Gimana semalam, Syah? Apa semuanya lancar?” Bisik Renita saat berpapasan dengan Aisyah. Kini mereka sedang menuju ke ruang makan. Wajah Aisyah memerah menahan malu, “Em... Mama bisa saja.” “Mama nggak sabar punya cucu, Syah.” “Doakan ya, Ma. Semoga secepatnya Allah kasih rezeki yang Mama inginkan...” Ujar Aisyah membuat Renita mengangguk. “Itu sudah pasti. Mama selalu mendoakan kebaikan kalian.” Setelah memastikan perut kenyang usai sarapan, Renita yang tidak memiliki agenda kesibukan hari ini, berinisiatif mengajak menantunya untuk menikmati waktu berdua. Perempuan paruh baya itu berpikir, ia harus lebih dekat dengan menantunya itu. “Syah, ayo kita pergi ke mall.” Ajak Renita. Aisyah yang baru saja mendudukkan diri di atas sofa, spontan menoleh pada sang ibu mertua. Keningnya berkerut sebentar, tetapi ia segera menarik kedua sudut bibir. “Ada yang mau Mama beli?” Tanyanya sopan. “Banyak. Mama yakin kamu juga perlu beli banyak barang. Contohnya kayak baju, make up, sama ski
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

033.

Dari sikap Galih selama ini, lelaki itu memang sudah banyak berkorban untuk dirinya. Semua hutang Herman di lunasi. Galih memberikan mahar fantastis pada Aisyah ketika pernikahan mereka. Selain itu, Galih juga memperlakukan Fadil dengan sangat baik dan memastikan kebutuhan adik semata wayang Aisyah terpenuhi dari segala sisi.Apa iya Galih setulus itu padanya karena rasa cinta? Bagaimana bisa lelaki yang menjadi suaminya itu bersikap seperti manusia yang tengah di mabuk kepayang pada dirinya, padahal mereka berdua tidak pernah saling bertemu sebelum kejadian di rumah Herman?Pertanyaan itu masih tersimpan baik. Aisyah tak tahan ingin bertanya, tetapi ia yakin, hanya Galih yang tahu jawabannya. Maka dari itu, Aisyah menahan diri untuk tak lagi melayangkan pertanyaan, apalagi saat ini, mereka sudah sampai di tempat tujuan.Renita memarkirkan mobil di basement dan mengajak Aisyah keluar. Mereka masuk melalui lift dan menjadikan lantai satu sebagai destinasi pertama yang harus di jelajahi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

034.

“Tadi kamu bilang apa? Menantu saya maling? Hey, jangankan satu tas, satu toko saja saya mempu membelikannya untuk menantu saya!” Renita begitu berang, sehingga ia tak peduli dengan keadaan sekitar.Malah bagus kalau ada banyak mata memandang, agar semua orang di toko tahu ada perempuan bermulut sampah dengan sikap yang sangat tidak sopan dan menyebalkan. Syahnaz pantas mendapatkan perlakuan buruk sebagai timbal balik, begitulah pikir Renita.Sementara Syahnaz sudah mundur dua langkah. Alarm dalam dirinya berkata, kalau ia memang harus menjauh dari perempuan paruh baya yang menyebut kalau dirinya adalah mertua Aisyah.‘Dia pasti bohong! Suami Aisyah itu preman, mana mungkin dia punya orang tua seglamor ini! Aku yakin, si ibu yang berdiri di depanku, memang sengaja mau melindungi Aisyah dan pura-pura jadi mertuanya!” Syahnaz masih meyakini itu dalam hati.Sungguh, dirinya tak akan percaya begitu saja jika tidak ada bukti yang benar-benar menjelaskan langsung. Siapa pun bisa mengaku-nga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

035.

°°°°°Aisyah dan Renita sudah duduk di area food court. Mereka telah memesan beberapa menu untuk makan siang. Sembari menunggu, Renita menatap menantunya dengan intens, membuat Aisyah merasa canggung di tatap seperti itu oleh sang mertua.“Kamu gak mau cerita sama Mama, siapa perempuan kurang ajar tadi, Syah?” Tanya Renita, “Mama masih geram, karena dia sudah bersikap lancang sama kamu. Coba ceritakan sama Mama, siapa perempuan itu dan apa hubungannya sama kamu?” Renita ingin mengetahui siapa sebenarnya Syahnaz.Sebenarnya ia sudah sangat penasaran, tetapi menahan diri untuk tidak bertanya, karena berpikir Aisyah akan bercerita dengan sendirinya. Namun, menantunya itu malah menutup mulut. Jika tidak di pancing, Aisyah tidak akan bicara.Aisyah terdiam sejenak, menatap Renita dengan serius, “Em... Dia sepupuku, Ma. Syahnaz namanya, anak Paman Herman dan Tante Rina.” Jelas Aisyah pada akhirnya.Renita mengernyit heran, “Sepupu? Tapi kok sikapnya sangat kasar, Syah? Dia sampai menuduh k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

036.

“Emang kurang ajar! Sejak kapan Aisyah berani bicara seperti itu?” Umpat Indri, geram. Indri yang sudah pulang ke rumah langsung melemparkan tasnya kemana saja. Kejadian di pusat perbelanjaan tadi membuat emosinya memuncak dan tidak bisa di redam dengan mudah. Bahkan ketika Rian baru saja pulang usai menuntaskan pekerjaannya, Indri masih saja mengomel. Sehingga Rian bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. “Kenapa sih, Ma? Anak pulang bukannya di sambut malah ngomel-ngomel?” Tanya Rian. “Mama kesel sama mantan pacar kamu itu!” Indri mengadu dengan napas yang terengah. “Aisyah? Kenapa lagi, Ma? Dia udah nikah sama orang lain dan kenapa Mama masih kesel sama dia?” Ucap Rian sembari menyimpan id card-nya sebagai pegawai bank ternama dengan baik di dalam laci. “Ya karena itu!” Jawab Indri. “Aisyah jadi makin kurang ajar semenjak nikah dan jadi menantu Bu Renita! Dia makin besar kepala! Mulutnya itu mencerminkan kalau dia bukan perempuan berpendidikan tinggi. Untung kamu gak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

037.

Sungguh, Syahnaz menolak untuk percaya. Bagaimana mungkin seorang preman bisa berdiri di atas panggung dan menjadi pusat perhatian semua tamu undangan? Terlebih Galih mengaku bahwa dirinya adalah pemilik cafe yang baru saja grand opening itu? Penampilan pria itu kali ini juga berbeda, jauh dari seperti biasanya. Galih memakai setelan kemeja formal, yang menambah wibawa lelaki itu. “Apa yang di katakan si Galih itu pasti bohong, mana mungkin dia yang miskin dan melarat punya usaha sebagus dan semewah ini? Kalau pun cafe ini memang miliknya, pasti ada udang di balik batu. Misalnya pencucian uang dari para pejabat. Bisa aja kan?” Gumam Syahnaz dalam hati. Gadis itu tak bisa menerima kenyataan, jika sekarang Aisyah terlihat sangat cantik dan di puji oleh banyak orang. Meski hati Syahnaz terasa panas dan di penuhin kebencian yang begitu kuat, tetapi Syahnaz tetap bertahan di sudut kafe dengan salah seorang temannya. Syahnaz akan terus memantau dan mencari tahu kebenarannya, berharap j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

038.

Gadis itu benar-benar tidak membuang kesempatan. Mumpung di traktir, maka ia akan makan sepuasnya. “Habis ini... Kita langsung pulang nih?” Tanya Susan. Melihat ke arah pintu masuk yang berdekatan dengan tempat duduknya, ia menjadi malas untuk berjalan ke sana. Syahnaz mengangguk. “Tapi kamu keluar aja duluan, aku mau bayar ke kasir dulu... Terus kekamar mandi!” Ucap Syahnaz. Susan mengacungkan jempolnya. “Oke deh!” Jawabnya tersenyum. Dengan langkah terseok karena kekenyangan, Susan menyeret langkah kakinya ke luar kafe. Sementara Syahnaz memang benar berjalan ke kasir, tetapi bukan untuk membayar semua makanannya dengan Susan. “Mbak, saya ini saudaranya Aisyah...” Jelas Syahnaz to the point. Beberapa karyawan yang berada di meja kasir saling menatap satu sama lain kemudian menoleh pada Syahnaz. “Jadi saya gak akan bayar pesanan tadi!” Ucap Syahnaz, tanpa rasa malu. “Maaf, Mbak. Tidak bisa seperti itu!” Jawab kasir dengan sopan. Dalam hati ia tak percaya dengan apa yang b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

039.

Syahnaz keluar dari cafe dengan emosi yang memuncak. Ingin rasanya ia mencakar-cakar wajah Aisyah. Demi apa pun, Syahnaz tak terima di perlakukan seperti tadi. “Brengsek kamu Syah! Gara-gara kamu, aku harus mengambil tabungan biaya nikahan aku nanti!” Umpat Syahnaz, kesal bukan main. Dari pada di tahan dengan masalah sepele seperti tadi yang ia lakukan, Syahnaz akhirnya mengalah dengan membayar semua makanan yang sudah mereka pesan melalui via debit. Untung saja dirinya membawa kartu debit yang isinya hanya tinggal sedikit itu. Bahkan harusnya uang itu menjadi simpanan Syahnaz untuk menambahi biaya pernikahannya nanti. Syahnaz merekam dengan jelas bagaimana wajah Aisyah dan Galih yang terlihat mengejek dirinya. Hal itulah yang membuat Syahnaz akhirnya rela mengeluarkan uang demi menutupi malunya. “Naz, kok kamu lama banget sih? Aku sampe bosen nungguin kamu di sini,” Ucap Susan dengan wajah merengut. Bagaimana tidak? Gadis itu menunggu Syahnaz hampir setengah jam. Tentu saja Sya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

040.

Dering demi dering terlewati begitu saja, tapi panggilannya sama sekali tak mendapatkan jawaban. “Sialan si Aisyah ini! Dia pasti menghindar dan tau kalau kamu sudah cerita semuanya sama Bapak dan Ibu!” Herman mengumpat mendapatkan pengabaian dari keponakannya sendiri. Herman berpikiran, bahwa Aisyah memang sengaja menghindar karena takut padanya. “Dia pasti takut, Pak!” Tebak Rina asal-asalan. Sebagai seorang istri dan ibu, Rina sama sekali tidak bisa menjadi penengah dan meredakan amarah anak serta suaminya. Perempuan paruh baya itu malah mendesak Herma untuk kembali menghubungi Aisyah. “Pokoknya terus telfon Aisyah, Pak! Ibu mau masalah ini cepat terselesaikan!” Desak Rina lagi. Herman mengangguk lagi, lelaki paruh baya itu kembali menghubungi nomor ponsel Aisyah. Namun sayang, panggilannya belum juga ada jawaban. Wajah Herman memerah padam dan sekarang tangannya terkepal kuat. Kalau sampai Aisyah tidak menjawab panggilannya yang kedua, maka jangan salahkan Herman untuk mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status