All Chapters of Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan : Chapter 11 - Chapter 20

52 Chapters

011. Pusat Perbelanjaan...

Mobil yang mereka tumpangi kini tiba di pusat perbelanjaan.“Kok kita ke sini, Mas?” Tanya Aisyah, terheran.“Iya, kita belanja dulu! Di rumah masih kosong, gak ada stok bahan makanan, sekalian juga buat beli baju kamu dan Fadil!” Jawab Galih.“Waah... Asyik...” Ujar Fadil, kegirangan.Aisyah menoleh ke arah Fadil, menggeleng pelan. “Di sini pasti mahal-mahal, Dil. Kita gak usah beli apa-apa, beli bahan untuk makan kita saja!” Tolak Aisyah, cepat.Galih menatap lekat manik Aisyah, “Hey... Kalian tinggal memilih apa yang kalian butuhkan! Tak perlu sungkan!” Ujar Galih cepat.“Tapi, Mas_” Ucapan Aisyah terhenti, Galih menempelkan telunjuknya di bibir istrinya itu.“Nurut aja apa kata suami!” Pinta Galih, kemudian turun lebih dulu dari mobil.Aisyah diam mematung, memegang bibirnya yang baru saja di sentuh oleh jari Galih.“Ayo, turun!” Titah Galih pada Aisyah dan Fadil.Aisyah masih terdiam, ia pun turun dengan perasaan yang sulit di artikan.“Beli apa aja yang kamu mau, Dil!” Tawar Gal
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

012. Kediaman Galih!

‘Gak! Ini gak mungkin!.’ Batin Rian, tak percaya, sebab mereka baru putus tiga hari yang lalu. Ada rasa panas dan tak ikhlas, saat menyaksikan wanita yang selama ini ia puja di gandeng oleh pria lain di depan matanya sendiri. Meskipun pria itu sendiri yang memutuskan hubungan mereka, tapi jauh dari lubuk hatinya yang dalam, Rian masih sangat mencintai Aisyah. Rian hanya terjerat dalam situasi, di karenakan orang tuanya tak merestui hubungan pria itu dengan Aisyah, bahkan sudah disiapkan jodoh untuk dirinya. Mila, gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya, yang terbilang lebih segalanya dari Aisyah. Mil seorang wanita berhijab, berpendidikan dan berasal dari keluarga kaya. Namun, lagi-lagi hati tak bisa di bohongi. Perasaan Rian rupanya masih terpaut pada gadis sederhana seperti Aisyah. “Mas? Dari tadi aku nyariin kamu ternyata ada di sini!” ucap seorang wanita dengan hijab berwarna cream. “Mila, kita pulang sekarang aja ya.” Pinta Rian. “Iya, Mas. Aku juga udah selesai belanjanya
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

013. Menyesal!

“Kita bahas soal itu besok aja ya. Soalnya, ini malam pertama kita...” Bisik Galih pada Aisyah yang seketika meremang.“Eh!” Aisyah sontak termundur.“Kenapa, Syah?” Tanya Galih, mengernyit heran.“Eem, A-aku... Aku mau mandi dulu!” Jawab Aisyah, cepat-cepat bangkit dari tempat tidur.Galih menghela napas panjang, “Oh, oke baiklah...” Ucapnya.‘Dasar preman mesum! Katanya di suruh istirahat, tapi malah...’ Aisyah bergidik ngeri. Ia belum siap jika harus melepas kegadisannya sekarang.“Katanya mau mandi?” Tegur Galih.Sedari tadi Aisyah hanya berdiam diri di samping ranjang.“Eh, iya ini mau ambil handuk dulu!” Jawab Aisyah cepat.“Handuknya sudah ada di walk in closed!” Aisyah pun berjalan cepat menuju kamar mandi, tapi bukannya ke pintu kamar mandi, wanita itu malah menuju ke pintu keluar.“Hei, Aisyah? Kamu mau ke mana?” Tanya Galih.Aisyah tergelak sinis, “Ya ampun... Udah di beritahu kalau aku mau mandi kan? Yang sabar sedikit, kenapa sih? Buru-buru amat!” Ketus Aisyah, kesal, ju
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

014.

“Kamu tidur aja, Syah! Besok Mama sama Papa mau ke sini, ketemu sama kamu.” Titah Galih lembut.Aisyah mendadak di liputi rasa tegang. Apakah orang tua Galih akan menerimanya?“Mereka tau kalau kamu nikah sama aku?” Tanyanya, penasaran.Galih mengangguk pelan, “Tentu saja, Aisyah! Maaf ya, tadi mereka gak sempat datang karena acaranya dadakan. Tapi tenang aja, nanti kita resepsi besar-besaran, mengundang banyak orang juga.” Jawab Galih meyakinkan Aisyah.Galih memang sudah memberitahu orang tuanya, jika dirinya akan segera menikah. Tapi, orang tuanya Galih sedang ada urusan yang tak bisa di tinggal.“Eh, gak usah, Mas. Gak apa-apa kok. Seperti ini saja sudah cukup.” Ucap Aisyah, merasa tak enak hati karena sudah sering kali merepotkan suaminya.Galih mengeryit heran, “Kenapa? Apa kamu gak mau mengundang teman-teman kamu dan mengumumkan pernikahan kita ini??” Tanya Galih, menatap lekat wajah Aisyah yang tampak kebingungan.“Em... Bukan begitu, Mas. Sebenarnya aku gak punya banyak teman
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

015.

Suara alarm berdering di ponsel Aisyah. Wanita itu perlahan membuka matanya, mematikan alarm yang baru saja berbunyi. Seketika matanya mengerjap, merasa asing dengan kamarnya saat ini.Aisyah menghela napas panjang, ingatannya kembali pada momen satu hari yang lalu. Semua masih terasa abu-abu, pernikahannya yang dadakan dengan lelaki misterius ini membuat Aisyah merasa tak tenang.Namun, satu hal yang membuat Aisyah sedikit luluh, yaitu Galih adalah laki-laki yang baik. Dari sisi luar penampilannya urak-urakan seperti preman. Tapi di sisi terdalam, Galih memiliki sisi lembut yang berhasil membuat Aisyah merasa nyaman.Setiap orang pasti mengharapkan sebuah pernikahan yang sakinah mawadah warahmah, begitu pula dengan Aisyah. Meski sebelumnya ia sama sekali tak mengenali Galih, tapi sungguh hatinya berharap bahwa pernikahan ini bisa menjadi pernikahan pertama dan terakhir dalam hidupnya.Aisyah menoleh ke arah samping. Guling masih berada di tengah-tengah mereka, Galih masih tertidur pu
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

016.

“Pagi, Syah...” Sapanya kembali pada sang istri. “Um... Aromanya enak sekali, pasti sangat lezat rasanya.” Ucap Galih, membuat Aisyah tersipu malu. “Maaf, Mas. Aku gak tau apa makanan kesukaan kamu, jadi aku cuma masak nasi goreng seafood.” Ucap Aisyah sembari menundukkan pandangan. “Apapun yang kamu masak, aku pasti suka.” Jawab Galih. Aisyah tersenyum sumringah, bahagia. “Terima kasih, kalau begitu aku panggil Fadil dulu, kita sarapan bareng!” “Biar aku yang manggil, kamu ganti baju aja dulu!” Titah Galih, bergegas menuju ke kamar Fadil. Aisyah pun juga berjalan menuju kamar, akan mengganti baju terlebih dahulu. Setelah beberapa lama, akhirnya mereka semua berkumpul di meja makan. Suasana meja makan di pagi hari ini sungguh terasa indah. Kenikmatan makanan buatan Aisyah, berkali-kali membuat Galih terus-terusan memujinya. “Masakan kamu enak banget, Syah! Kamu pandai mengolah bahan makanan. Bahkan, jika di banding dengan nasi goreng yang di jual di kedai, ini jauh lebih ena
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

017.

“Selamat pagi mantan yang tau diri!” Sapa Galih, seraya menarik ke atas sudut bibirnya.Rian terkejut, kenapa malah pria ini yang datang?Rian menatap tajam pada Galih, “Kamu?!” Tanyanya terheran.Galih menyunggingkan senyum, “Kenapa? Berharap banget ya... Istri aku yang datang??”Rian mendecak, “Istri? Ck, jangan mimpi kamu! Mana buktinya kalau kalian sudah menikah?!” Tanya Rian, dengan tangan yang di kepalkan kuat.“Tenang... Aku bukan lelaki pecundang sepertimu! Yang suka menggantung dan menyakiti perasaan perempuan!” Ucap Galih, sembari mengeluarkan ponselnya. Pria itu kemudian memperlihatkan satu foto yang ia miliki pada saat akad nikah kemarin.Mata Rian seketika memancarkan aura kemarahan yang luar biasa. Jakunnya naik turun seiring dengan dada yang yang bergemuruh hebat.“Jangan bilang kau ingin mengatakan kalau foto ini hanyalah palsu?” Tanya Galih, tersenyum mengejek ke arah Rian.Rian memukul meja dengan keras, “Kurang ajar!! Gak mungkin selera Aisyah laki-laki seperti kamu
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

018.

Galih tampak santai melawan serangan dari mereka. Bahkan, dengan mudahnya, Galih berhasil menumbangkan mereka satu persatu. “Sudah? Segitu saja kemampuan kalian? Ciih... Belajar lagi ya dek ya... Biar gak malu-maluin.” Ledek Galih terkekeh.Setelah tak ada lagi yang menyerang, pria itu bergegas kembali ke motornya. Entah siapa yang menyuruh para geng motor itu?°°°°“Dasar tidak becus! Masa satu lawan sembilan kalian kalah!” Umpat Juragan Bram pada seluruh anggota geng motor yang menyerang Galih tadi.Mereka hanya menunduk takut. Tak berani untuk sekedar menjawab ucapan juragan Bram. Lelaki paruh baya itu benar-benar murka saat ini. Hutang yang sengaja ia iming-iming kan pada Herman, hanya sekedar strategi agar bisa menikahi Aisyah dengan cepat. Namun, nyatanya Galih malah menjadi pahlawan kesiangan dengan membayarkan hutang Herman. Sementara itu, di rumah, Herman sedang berdebat dengan Rina. “Kamu minta sajalah uang pada Aisyah, Pak. Mahar lima puluh juta kemarin itu seharusnya m
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

019.

“Ma-Mama??” Tanyanya tergugup, memastikan. “Ayo sini, duduklah. Anggap kami seperti orang tua kamu sendiri ya...” Titah Renita, menepuk-nepuk sofa yang ada di sampingnya, meminta Aisyah untuk duduk di sofa itu. Hati Aisyah bergetar, masih tak percaya bahwa ada mertua sebaik orang tua Galih. Selama ini, ia selalu mendengar cerita buruk jika membahas tentang mertua. Apalagi jika sang menantu berasal dari keluarga miskin dan tak berpendidikan. Ya, Aisyah pernah merasakan hinaan itu dari ibu mantan kekasihnya dulu, Rian. Renita bangkit, menghampiri Aisyah, dan ingin memeluk menantunya itu. Tetapi Aisyah buru-buru menggeleng. Renita mengernyit heran, “Kenapa, sayang?” Tanyanya, bingung. Aisyah tersenyum, “Badan Aisyah lengket, Ma.” Jawabnya. Renita terkekeh, “Ya ampun... Mama sampai lupa kalau kamu baru saja pulang dari kerja. Ya sudah sana kamu mandi dulu! Setelah itu kita akan makan di luar!” Titah Renita, meminta Aisyah bersiap-siap. Aisyah hanya mengangguk. Gadis itu pergi da
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

020.

“Tante Indri??”Pekik Aisyah, setelah melihat sosok perempuan yang tengah berbincang dengan Ayah mertuanya itu.“Siapa Indri, Aisyah?” Tanya Renita pada menantunya.“Em... I-Itu sepertinya... Mama temanku Ma.” Jawab Aisyah sedikit gugup, dan juga takut. Wajah ibu mertuanya seketika berubah jadi masam.Galih yang belum pernah bertemu Indri pun tak mengenali bahwa perempuan itu adalah ibu dari Rian, mantan kekasih istrinya.“Ish, ganjen sekali perempuan itu!” Kesal Renita, ia pun bergegas menghampiri suaminya dengan dada yang bergemuruh.“Waduh, gawat!!” Ucap Galih, panik. Buru-buru ia ikuti mamanya itu.Sementara Aisyah diam mematung, bingung. Jika ia ikut ke sana, sudah pasti Indri akan mengolok-oloknya. Tetapi ia juga tak mungkin berdiam diri sendirian di sana.“Papa!!” Panggil Renita setengah berteriak.Wijaya menoleh, begitupun dengan Indri.“Eh, Mama. Kenalin Ma... Ini Indri, teman Papa dulu waktu masih kuliah.” Ujar Wijaya, memperkenalkan wanita itu pada istrinya.Indri tersenyum
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status