Semua Bab Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan : Bab 21 - Bab 30

52 Bab

021.

“Memangnya mereka itu siapa, Ma?” Tanya Rian, mulai penasaran. “Dia dulu teman kuliah Mama, sukses banget sekarang. Cafe ini aja milik anaknya yang sekarang jadi suami Aisyah itu.” Jawab Indri. Rian terperanjat. Ternyata suami Aisyah yang penampilannya seperti preman itu, pemilik cafe ini?? “Mama serius?” Tanya Rian, memastikan. “Iya... Maka dari itu, mereka kok mau ya punya menantu dari keluarga miskin seperti si Aisyah itu?!” Ujar Indri, tak terima Aisyah di nikahi orang berada. Rian menghela napas berat, seberat fakta yang baru saja ia ketahui. “Mama... Sudahlah! Jangan hina Aisyah terus!” Rian mulai tak terima. “Lho, emang faktanya seperti itu kan?” Rian geleng-geleng kepala, “Ya sudah... Gak usah di bahas lagi, kita cari tempat duduk aja dulu.” Ajak Rian. Indri dan Rian ke cafe itu karena ada janji pertemuan dengan salah satu vendor yang akan menyiapkan pesta pertunangan Rian dan Mila. Indri benar-benar merancang semuanya secara detail. °°° Kini, Renita beserta keluarg
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

022.

“Ini sih yang buat Galih kangen Mama dan Papa, hahaha... Ternyata sampai sekarang kalian masih saja ribut soal kesetiaan...” Ucap Galih sembari terkekeh.“Ini juga pelajaran buat kamu, Galih! Jangan friendly dengan wanita selain istri kamu, meskipun sesama teman kerja! Istri itu sukanya overthinking, awalnya cuma mimpi, eh besoknya tiba-tiba nemu bukti. Iya kan Syah?” Ujar Renita sembari menatap ke arah Aisyah yang tertegun.“I-Iya, Ma.” Jawab Aisyah, tak berani memperpanjang cerita itu.“Mama tenang saja! Galih bukan laki-laki seperti itu!” Ucap Galih, menegaskan.Wijaya mencibir, “Gimana kamu mau friendly, Gal? Mama kamu dulu saja ngatain kamu laki-laki gak normal?!” Ketus Wijaya, seketika membuat Galih melotot.“Kok bisa Mama ngatain aku seperti itu?” Tanya Galih, penasaran.Renita nyengir, “Hehe, abisnya kamu menolak semua wanita yang di jodohkan denganmu!” Ungkap Renita.“Hem... Tapi sekarang, Mama udah percaya kan?”“Belum!” Jawab Renita cepat, membuat Galih mengeryit heran.“Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

023.

Tak tahan melihat istrinya menangis, Galih pun menarik tubuh Aisyah dan membawanya ke dalam pelukannya. “Baiklah... Ini tangisan terakhir. Setelah itu berbahagialah bersamaku.” Ungkap Galih, sembari membelai lembut kepala Aisyah. Aisyah semakin sesenggukan, terharu. Betapa beruntungnya ia mendapatkan suami seperti Galih. Drrt... Drrt... Aisyah melepas pelukannya, mengusap air matanya. Ponselnya berdering, ada panggilan dari seseorang di ponsel tersebut. Aisyah buru-buru mengambil ponsel tersebut, ingin tahu siapa yang menelepon saat ini. Aisyah mengernyit, “Paman.” Gumam Aisyah, menoleh ke arah Galih. Galih mengangguk sebagai tanda meminta Aisyah mengangkat teleponnya. “Halo, Paman?” Ucap Aisyah saat panggilan terhubung. [Halo, Syah. Kamu tinggal di mana sekarang?] Tanya Herman membuat Aisyah mengernyit heran. Tumben peduli, begitulah pikirnya. “Aisyah sekarang tinggal di rumahnya Mas Galih.” Jawab Aisyah. [Oh ya... Kalau boleh tau, rumah Galih di mana, Syah? Rencana Paman
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

024.

Pagi ini di kediaman Rina, di awali dengan keributan Syahnaz yang menolak sarapan dengan nasi yang di beli di warung tetangganya. Karena kehidupannya di kota, gadis itu biasanya makan makanan dari sebuah restaurant. “Kalau kamu gak mau makan, ya sudah! Biar Ibu saja yang makan!” Ucap Rina, kesal pada putrinya. “Ih, Ibu jahat banget sama anak sendiri, giliran sama Aisyah aja di masakin yang enak-enak.” Protes Syahnaz. “Ibu masakin Aisyah? Yang ada Aisyah yang masakin Ibu, Naz! Coba deh sana kamu masak yang enak, yang sesuai selera kamu, nanti biar Ibu ikut makan.” Titah Rina membuat putrinya itu melotot kesal. “Enak saja Ibu samakan aku dengan Aisyah! Bisa rusak semua kuku-kuku cantikku ini. Bayar perawatan mahal masa iya cuma buat masak-masak di dapur.” Sahut Syahnaz membuat Rina merasa dongkol. “Ya sudah, kalau gitu makan saja seadanya! Repot banget kamu ini, Aisyah aja gak pernah ngrepotin.” Ungkap Rina, tanpa sadar memuji keponakannya itu. “ Ibu mulai lagi... Terus aja bandin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

025.

“Dasar preman songong! Najis banget kelakuannya.” Umpat Syahnaz, kesal. Karyawan Galih mengusap dada saat mendengar umpatan gadis itu. Ingin rasanya ia mengatakan bahwa lelaki yang baru saja di maki itu bosnya di sini. Namun, sejak awal Galih sudah mengatakan bahwa dia tak ingin sembarang orang tahu siapa pemilik kedai ini. Sementara itu, Galih sudah tiba di parkiran. “Sudah, Mas?” Tanya Aisyah saat Galih kembali ke mobil. Galih memang sengaja menyuruh Aisyah untuk menunggu di mobil saja. Karena urusannya di kedai hanya sebentar saja. Namun, sepertinya hal itu juga memberi keberuntungan sendiri. Andai Aisyah ikut turun, sudah pasti ia bertemu dengan sepupunya itu. “Sudah. Di dalam ada sepupu kamu itu.” Jawab Galih membuat Aisyah mengernyit. “Syahnaz??” Tebak Aisyah, Galih hanya mengangguk. Aisyah menghela napas panjang. “Dia ketemu kamu, Mas?” Lagi-lagi, Galih hanya mengangguk singkat. . “Dia gak bicara sembarangan kan, Mas?” Tanya Aisyah, ingin tahu. “Nggak penting kok, a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

026.

“Kamu mau mempermainkan kami, hah?!” Sentak Rina, tak terima. “Lho, bukannya orang yang kasih sumbangan itu seikhlasnya aja ya? Gak harus di beri nominal!” Jawab Aisyah santai. Sedang Galih tersenyum melihat keberanian istrinya tersebut. “Enak saja! Gak bisa gitu, Aisyah!! Setidaknya beri kami setengah dari mahar kamu untuk biaya acaranya nanti!! Syahnaz itu kan wanita berpendidikan, jadi dia harus bikin pesta yang mewah!” Ucap Rina, menjunjung tinggi putrinya. “Memangnya kamu, yang cuma nikah pakai acara sederhana saja?!” Sambung Rina lagi. Dada Aisyah seketika bergemuruh. Namun, dengan sekuat tenaga gadis itu berusaha menahan emosinya. “Oh, ya sudah... Kalau begitu aku ambil saja uangnya kembali! Toh Syahnaz pasti kan udah punya banyak uang untuk acaranya sendiri, dia kan berpendidikan dan punya pekerjaan yang bagus. Kenapa harus aku yang repot-repot memberi uang untuk acaranya?” Ungkap Aisyah, gadis itu hendak mengambil kembali uang yang ia letakkan tadi di meja. Namun, dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

027.

“Ngomong-ngomong, Syah. Motor yang tadi, mau kamu apakan?” Tanya Galih memecah keheningan. Aisyah menoleh, memutus sejenak pikirannya tentang Herman dan Rina yang amat serakah dan tidak tahu diri itu. “Motornya di simpan di gudang aja, Mas!” Jawabnya pelan. Sejenak ia menoleh ke belakang, tepatnya pada mobil pick up yang mengangkut motornya. “Motornya keluaran lama. Kalau di jual, aku gak yakin, soalnya harganya mungkin gak akan seberapa. Tapi motor itu adalah saksi perjalanan hidupku selama ini. Aku berusaha mengumpulkan uang buat beli motor itu.” Ungkap Aisyah. Galih tersenyum samar mendengarnya. Pria itu cukup bangga, karena sang istri menghargai apa pun yang dimilikinya, termasuk soal motor yang bisa dikatakan sudah butut itu. “Kalau aku lagi jenuh atau stres, aku suka keliling kota pakai motor itu, Mas. Motor itu udah jadi teman perjalanan aku, dan motor itu sangat berharga. Jadi, aku nggak rela kalau motor itu sampai jatuh ke tangan Paman Herman!” Ucap Aisyah, mengungkapkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

028.

“Mas udah ketemu pemiliknya?” Galih menggeleng, “Belum, Syah. Aku ke sini tapi belum dapat informasi apa pun soal lahan ini.” Aisyah mengernyit, bingung. Ia tidak paham mengapa suaminya tertarik, padahal belum tahu apa pun? Bagaimana kalau harga lahan di sini lebih mahal? “Terus gimana, Mas?” Tanya Aisyah. “Saya akan cari tau dulu siapa pemiliknya. Kamu di mobil aja, di sini panas.” Galih meminta Aisyah untuk masuk kembali ke mobil, cuaca di tempat mereka sekarang sangat panas. Aisyah manut. la masuk dan memilih menunggu di dalam mobil ketika Galih menghubungi seseorang. Lelaki itu meminta pada orang suruhannya, untuk mencari siapa pemilik lahan yang tengah ia incar. Setelah beberapa saat, Galih kembali masuk ke dalam mobil, “Kita tunggu aja di sini, paling lama satu jam.” Ucapnya, Aisyah hanya mengangguk. Mereka menunggu di dalam mobil, tetapi kurang dari satu jam, Galih sudah mengetahui di mana alamat si pemilik lahan itu. Rupanya rumah orang tersebut, tak jauh dari tempat me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

029.

Warna dan model seragam sudah di sepakati. Rumah juga sudah dalam keadaan sejuk karena tidak ada lagi perdebatan. Semuanya berjalan begitu lancar selama makan malam. Aisyah sempat menemani mertuanya menonton televisi, sebelum pamit undur diri ke kamar karena sudah merasa ngantuk. Namun, langkahnya di tahan oleh Renita yang memberikan sebuah paper bag pada sang menantu. “Ini buat kamu. Dan harus di pake kalau udah masuk kamar!” Ucap Renita yang langsung berbalik pergi, padahal menantunya belum mengucapkan terima kasih. Aisyah tercengang, apa isi paper bag yang di berikan oleh ibu mertuanya itu? Karena wanita itu merasa penasaran, ia pun bergegas menuju ke kamar. Ingin segera membuka dan melihat isi dari paper bag yang kini ada di tangannya. Setelah tiba di kamar, Aisyah membuka paper bag tersebut, mengeluarkan isinya. Seketika matanya melebar, terkejut bukan main. “I-ini ... Lingerie?” Lirih Aisyah, kaget. Aisyah Menelan ludah, paham kalau baju tersebut, adalah baju yang di guna
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

030.

“A-aku_arrghhh!!!” Aisyah mendesah manja karena leher jenjang putih mulusnya di hisap kuat oleh Galih. Pria itu tak hanya melakukan di satu tempat namun tak memberi space sedikitpun di area itu untuk luput dari hisapannya. Geli, nyeri namun nikmat! Itu yang Aisyah rasakan. Matanya terpejam menikmati hisapan dan gigitan kecil Galih di lehernya, kedua tangannya yang tadi di kalungkan di leher Galih turun ke punggung lebar dan kekar itu, meraba-raba dan mengelus lembut, sesekali meremas kuat baju Galih akibat sensasi nikmat hisapan pria itu hingga Galih pun ikut merasakan sentuhan hangat tangan Aisyah yang semakin menaikkan tegangan tinggi pada bagian inti bawahnya. Kedua tangan Galih semakin turun ke pinggul Aisyah, perlahan semakin mendekat ke bagian yang diam-diam paling sering Galih curi-curi pandang. Ya, bokong padat dan berisi itu selama ini sering mengganggu akal sehat Galih saat di dekat Aisyah. Sejujurnya sudah lama ia ingin sekali meremas bokong montok itu, namun ia tidak puny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status