Hujan deras saat aku makan malam bersama keluarga besar, aku, ibu, Om Dimas, dan Farid. Ralph dan Dave sudah pulang pada sore hari sebelum ibu datang, disusul oleh Om Dimas dan Farid, jadi mereka belum sempat bertemu.“Gimana sekolah? Sudah mulai betah?” tanya Om Dimas sambil menyendokan nasi ke piringnya.“Hmmm.... Lumayan, Om.”“Ya, baru sebulan. Yang namanya adaptasi pasti perlu proses kok.” Pria tampan klinis yang berhasil memberikan kami tunjangan hidup tersenyum ramah menatapku. Satu-satunya orang yang paling ramah denganku di rumah ini.“Iya, bang. Apalagi Agas bukan anak yang gampang bersosialisasi,” imbuh ibuku, menyembunyikan rasa kesal yang bisa kulihat dari wajahnya ketika menyeruput kuah soto.Om Dimas mengangguk sambil tersenyum lembut, “Makanya Om nyekolahin kamu sama Farid. Biar kamu ada temen.”Sekilas aku langsung mendengar Farid menggerutu dengan pernyataan ayah kandungnya.Aku menahan napas sejenak, mencoba menyembunyikan perasaan sedihku. “Iya, Om,” jawabku ringka
Huling Na-update : 2025-01-18 Magbasa pa