Beranda / Romansa / Setitik Nila / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Setitik Nila: Bab 31 - Bab 40

75 Bab

SN ~ 31

“Sibuk?” Djiwa bertanya setelah mengetuk pintu ruang kerja Atika yang terbuka. Wanita itu sedang serius menatap laptop, dengan kacamata yang tergantung di pangkal hidung. “Meeting?”Atika mengibaskan tangan. “Cuma balasin chat grup. Kenapa?”“Aku mau bicara sebentar,” ucap Djiwa masih berdiri di bibir pintu. “Papa di mana?”Atika melepas kacamatanya. Jika Djiwa ingin bicara dengan dirinya dan Irsyad, itu artinya ada hal penting yang akan disampaikan.“Sama burungnya di belakang,” ucap Atika kemudian beranjak pelan. “Kita bicara di sini? Atau di belakang?”"Di sini.” Djiwa mengarahkan telunjuknya ke arah belakang, bersiap melangkah. “Biar aku panggil—”“Biar Mama aja,” potong Atika, segera melewati Djiwa dengan langkah cepat. “Tunggulah di dalam. Mama sekalian ambil air di dapur.”Atika tidak menoleh lagi, tetapi langkahnya berubah lebih pelan begitu berbelok ke dapur dan menuju teras belakang. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh rasa penasaran.Masalah apa yang ingin disamp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

SN ~ 32

“Saya jemput jam lima sabtu nanti,” ucap Djiwa sembari berjalan memasuki lobi bersama Nila. “Jadi, kamu bisa siap-siap sebelum itu.”“Jam lima itu masih terlalu sore.”“Saya harus bicara dengan ibumu dulu, kan?”“Ohh ... iya juga,” jawab Nila semakin serba salah.Namun, Nila bertanya-tanya, kenapa ia tidak langsung menolak ajakan Djiwa?Padahal, hal itu bisa dengan mudah Nila lakukan. Tidak perlu pergi makan malam dan masalah selesai. Nila, menolak Djiwa.Seharusnya itulah yang terjadi, bukan sebaliknya. Nila justru tidak menolak diajak makan malam dan terjebak dengan perasaan yang membingungkan.“Tapi, Pak ...” Nila mengusap tengkuknya. Mulai merasa skeptis dengan makan malam tersebut, karena khawatir dengan respons orang tua Djiwa. “Gimana kalau orang tua Bapak tahu, kalau saya ... saya—”“Mereka sudah tahu semuanya,” potong Djiwa sambil menekan tombol lift, lalu menunggu di samping Nila. “Jadi, nggak usah pikirkan masalah itu. Kamu diterima dengan tangan terbuka.”Nila reflek menye
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

SN ~ 33

“Mama!” Nila keluar kamar dengan gelisah. Berdiri di depan televisi, menghalangi pandangan Kirana yang sedang menonton. “Coba lihat,” pintanya lalu memutar tubuh dengan perlahan sambil merentangkan kedua tangan. “Beneran, ya! Bajunya cocok? Nggak norak, nggak berlebihan?”Kirana mengangguk, menyimpan tawa yang sebenarnya hendak menyembur ketika melihat tingkah putrinya.“Perfect!” ucapnya dengan mengacungkan kedua ibu jari ke arah Nila. “Sekarang minggir dari sana, Mama mau nonton.”“Kalau rambutku?” tanya Nila kembali berputar di depan sang mama. “Kalau aku ikat separuh gini, nggak papa, kan? Atau dicepol aja, kayak ke kantor?”“Begitu aja.”“Make up-ku?” Nila berjalan cepat menghampiri Kirana, lalu duduk di sebelahnya. “Lipstiknya nggak ngejreng, kan? Terus, eyeliner-nya juga nggak ketebelan, kan?”Kirana menoleh dengan mulut yang ternganga untuk beberapa saat. “Sempurna!”“Aih, Mama aku serius!” Nila kembali berdiri. “Harusnya, aku ambil baju yang modelnya sama kayak Mila tadi. Kay
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

SN ~ 34

“Kamu pinjam pak Darius tanpa sepengetahuan dan izin Papa siang tadi.” Gavin langsung melempar protes, ketika Mila baru membuka pintu kamar.“Aku sudah minta izin mau ke mall,” ucap Mila tetap memasang wajah ngambeknya di depan Gavin.“Papa sedang bicara tentang pak Darius.”“Kan, ada pak Tejo yang gantiin,” protes Mila sambil mengerucutkan bibir. “Kalau aku nungguin pak Tejo nyampe, yang ada temanku nunggunya makin lama.”“Tapi kamu nggak bisa seenaknya begitu, Mila.”“Papa mau marah?” tanya Mila bernada kesal.“Papa nggak marah,” ucap Gavin menurunkan intonasi bicaranya. “Papa cuma ... jangan diulangi lagi. Paham?”“Paham.” Mila baru mau menutup pintu kamarnya, tetapi tangan Gavin mencegahnya. “Apa lagi, Pa?”“Kamu pergi ke mall dengan Nila dan ibunya.”“Nggak.” Mila menggeleng untuk mempertahankan kebohongannya. Kenapa papanya tiba-tiba bertanya seperti itu? “Aku pergi sama teman.”“Mila, pak Darius tahu dengan bu Kirana,” ucap Gavin yang juga menggeleng setelah mendengar kebohongan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

SN ~ 35

“Kenapa jadi Mama yang gugup?” Atika mondar mandir di ruang tamu. Tidak sabar menunggu Djiwa yang akan membawa calon menantunya datang malam ini.“Duduk, Ma,” ujar Irsyad kembali memberi titah yang sama.Berbeda dengan istrinya yang tampak tegang, Irsyad justru lebih santai. Ia duduk bersandar di sofa, sambil melihat isi dari media sosialnya.“Mama bingung, kenapa Djiwa nggak mau ngasih tahu nama sama identitasnya?” Atika berhenti sebentar, lalu kembali mondar mandir di depan sang suami. “Apa kita kenal? Sebentar, siapa teman kantornya yang kita tahu?”“Papa cuma kenal Rachel, anak resepsioni yang selalu nyambut Papa kalau ke sana,” terang Irsyad masih sibuk dengan ponselnya. “Tapi, Rachel sudah nikah karena Papa tahu dia pernah hamil.”Atika berdecak. “Kalau perempuan cantik aja, ingatannya lancar.”Irsyad memilih diam, daripada harus menerima sindiran lebih panjang lagi dari istrinya. Beruntung, ia mendengar suara pagar yang terbuka, jadi masalah tidak akan semakin panjang.“Itu Dji
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

SN ~ 36

“Ke rumah besok pagi, karena ada yang mau Mama omongin,” titah Atika dengan suara pelan, agar Nila yang sedang berada di dapur tidak mendengarnya.“Ada masalah?” tanya Djiwa tidak jadi berdiri dari tempatnya untuk menyusul Nila.“Pokoknya Mama mau bicara, besok,” ujar Atika tidak ingin dibantah.“Oke.” Karena Atika tidak mau membahasnya malam ini, maka Djiwa akhirnya beranjak pergi. Menghampiri Nila yang berada di dapur seorang diri. “Bisa pakenya?”“Bisa.” Nila meletakkan piring dan gelas kotor ke dalam mesin pencuci piring. “Waktu masih tinggal di apartemen yang lama, kami punya dishwasher. Mereknya sama.”“Apartemen lama?” tanya Djiwa sambil mengambil sabun khusus cuci piring yang berada di bawah wastafel, lalu menyerahkannya pada Nila. “Jadi, sebelum tinggal di tempat yang sekarang, kamu pernah tinggal di apartemen lain?”“Iya,” ujar Nila memasukkan sabun tersebut ke tempatnya, lalu menutup pintu mesin dan menyalakannya. “Apartemen yang lama kamarnya tiga, karena ada kakek sama nen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

SN ~ 37

“Sore minggu depan, ya.” Kirana harus memikirkan beberapa hal lebih dulu, perihal pertemuan dua keluarga yang diusulkan oleh orang tua Djiwa. “Kamu sudah yakin mau nikah sama pak Djiwa.”“Jangan manggil pak lagi, Ma,” pinta Nila segera meluruskn. “Bu Atika mintanya gitu. Tapi sabtu, bukan hari minggunya.”“Tapi kamu sudah yakin?” tanya Kirana sambil mengangkat telur dadar yang baru selesai ia goreng. Meniriskannya lebih dulu di oil pot. “Maksud Mama, kamu baru putus sama Arif, tapi sekarang justru mau nikah sama Djiwa.”“Yaaa ... mas Djiwa baik,” ucap Nila sambil memotong-motong puding buah yang dibawa Djiwa kemarin sore. “Di kantor juga nggak banyak macam. Orangnya lurus-lurus aja.”Seingat Nila memang seperti itu. Ia hampir tidak pernah mendengar gosip aneh mengenai Djiwa terkait perempuan.“Siap lahir batin?” tanya Kirana sambil kembali menuang kocokan telur ke dalam wajan panas dan suara desisnya langsung memenuhi dapur kecil itu.“Emm... siap, sih,” jawab Nila sambil mengunyah ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

SN ~ 38

“Pagi, La,” sapa Djiwa lebih dulu dan berhenti di sudut meja gadis itu.“Pagi, Pak Djiwa,” balas Nila tetap mempertahankan sikap formalnya, senyum kecil di wajahnya tak mampu menyembunyikan rasa bahagia yang menyelinap.“Jadi, kalau kalau di kantor panggilannya balik ke setelan awal.” Djiwa menahan senyum agar tetap terlihat formal seperti biasa. Ternyata, menjalin hubungan diam-diam seperti sekarang memiliki tantangan tersendiri.“Iya,” jawab Nila sambil meringis kecil. “Biar orang-orang nggak bikin gosip.”“Oke, nggak papa.” Telunjuk Djiwa mengetuk sudut meja Nila sambil melihat ke sekitar. Hanya untuk melihat, siapa saja yang pagi ini sudah ada di lantai redaksi. “Gimana ibumu? Sabtu sore jadi, kan?”“Jadi.”“Oke ...” Djiwa melepas napas lega. Semua rencana hampir menuju sempurna. Tinggal menunggu sabtu sore datang, kemudian langkah selanjutnya bisa dijalankan. Yakni, mempersiapkan acara pernikahan mereka. “Karena pertemuannya sore, bisa paginya ikut saya sebentar? Kita naik motor
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

SN ~ 39

“Kenapa kamu masuk dari depan, Mbak?” tanya Mila berbelok menghampiri Nila, yang masuk dari pintu utama lobi. Tidak langsung pergi menuju lift.“Aku naik ojek.”“Motormu kenapa?” Mila melihat ke sekitar, memastikan Djiwa tidak berada di lobi.“Lagi capek bawa motor,” ujar Nila beralasan. Ia berbelok ke meja resepsionis, karena Rachel baru melambai dengan tangan memegang setumpuk amplop.“Kalau gitu nanti pulang sama aku aja, ya,” ujar Mila mengikuti langkah Nila. Ia bisa sekalian mampir ke apartemen gadis itu dan bertemu Kirana.Nila tersenyum dan menggeleng. “Aku ... sebenarnya aku sudah ada janji sama teman. Makanya nggak bawa motor.”“Teman apa teman?” Rachel berceletuk dengan nada menggoda.“Dijemput pacar barumu, ya, Mbak?” sahut Mila menimpali. “Atau balikan sama yang kemarin?”“Astaga, kalian ini apa nggak punya kerjaan?” Nila geleng-geleng sambil melihat surat yang diserahkan Rachel, satu per satu dengan cepat. “Pagi-pagi sudah—”“Pagi.”“Pagi, Pak Gavin,” sapa Rachel lebih du
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

SN ~ 40

“Jaaadi, kenapa kami tiba-tiba diundang makan siang di hari kerja yang sibuk seperti sekarang?” Atika melihat buku menu, tetapi segera menutupnya. Ia lebih memilih menatap pelayan yang berdiri di sampingnya, lalu bertanya, “Mbak, apa yang paling mahal di sini?”“Serius, Ma?” tanya Irsyad melihat sang istri dan masih memegang buku menunya.“Serius dong,” jawab Atika lalu menatap sinis pada Gavin, tetapi dalam mode bercanda. “Dia belum ngajak kita makan-makan sejak jadi dirut di Warta. Betul, kan, Vin?”“Terserahmulah, Tik.” Gavin tidak mau ambil pusing dengan urusan menu yang akan dipesan Atika. “Pesanlah dulu. Setelah itu ada yang mau aku bicarakan sama kalian.”Tidak mau didera rasa penasaran yang berlarut-larut, Atika pun segera memesan menu makanan untuknya dan Irsyad sekaligus.“Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Atika setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi menjauh. “Sampai-sampai kami berdua diundang makan siang di sini?”“Sudah dapat izin dari Mila untuk nikah?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status