Home / Romansa / Setitik Nila / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Setitik Nila: Chapter 11 - Chapter 20

75 Chapters

SN ~ 11

“Nila, bangun.” Sudah tiga kali Djiwa memanggil nama gadis itu, tetapi Nila tidak juga kunjung bergerak sedikit pun. Gadis itu masih terlelap, meskipun posisi tidurnya terlihat jauh dari kata nyaman. “Nila.”Karena tidak kunjung bangun dengan teguran, maka Djiwa menepuk-nepuk bahu Nila. “La, bangun, La. Kita sudah sampai.”Nila menggumam pelan. Kelopak matanya mulai bergerak sebelum akhirnya terbuka perlahan. Wajahnya yang sedikit bingung menoleh ke arah Djiwa, seolah mencoba mengingat di mana ia berada. “Sampai?” tanyanya dengan suara serak.“Iya, sudah sampai,” jawab Djiwa sambil menunjuk ke luar jendela mobil. “Tower A1.”Melihat tulisan Tower A1 yang berdiri tegak di atas pelataran lobi apartemen, Nila pun melepas sabuk pengaman lalu menegakkan tubuh dengan perlahan. Menguap sebentar sembari menutup mulut dan terdiam, menghela panjang.“Makasih, ya, Pak,” ucap Nila sambil menegakkan sandaran jok. “Saya jadi nggak enak sama pak Gavin.”“Kamu bisa telpon sugar daddy-mu itu kalau ngg
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

SN ~ 12

“Pagi, Pak Gavin,” sapa Djiwa saat melihat pria itu berdiri di depan lift bersama seorang gadis.“Pagi, Dji,” balas Gavin lalu sedikit melangkah mundur. “Kenalkan, ini putri saya, Kamila. Dia magang di sini untuk tiga bulan ke depan, di bagian keuangan.”Kamila tersenyum ramah dan lebih dulu mengulurkan tangan pada Djiwa dengan percaya diri. “Kamila Nadeem. Panggil aja Mila.”“Djiwa,” balasnya sambil menjabat Kamila dengan formal dan tidak berniat bertanya lebih. Ia sudah tahu Kamila adalah putri Gavin, tetapi ini kali pertama Djiwa bertemu dengan gadis itu secara langsung.“Nila baik-baik aja kemarin?” tanya Gavin bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.Djiwa menarik napas panjang. Mempersilakan Gavin dan putrinya masuk ke lift lebih dulu. “Baik.”“Waktu saya keluar restoran, kalian berdua sudah nggak ada,” ucap Gavin lagi. “Kalian pergi berdua?” selidiknya.“Saya antar dia pulang, karena khawatir dia kenapa-napa di jalan dengan kondisi seperti itu.”Gavin mengangguk pelan. Bisa me
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

SN ~ 13

“Maaf, kalau waktunya kurang tepat, tapi bisa kita bicara sebentar.”Kirana membuang napas pelan, mencoba mengatur debaran jantung yang terasa sangat menyakitkan. Bukan secara fisik, tetapi lebih pada emosi yang menghantamnya secara tiba-tiba. Perasaan sesak itu mulai menggerogoti dan menghimpit menekan dada.“Kirana?”“Bu.” Yani menyentuh lengan Kirana. Menyadarkan wanita itu dari lamunan dan keterdiamannya. “Ibu nggak papa?”Kirana menoleh, menatap Yani dengan emosi yang sulit dijelaskan. Napasnya pelan, seolah tengah berusaha mengendalikan sesuatu yang hampir saja meledak. Kirana harus mengendalikan diri, agar tidak menunjukkan betapa rapuhnya ia saat ini.“Nggak papa,” ucap Kirana pada akhirnya. “Tolong tinggalkan kami sebentar, Yan.”Meskipun masih dilanda kebingungan, tetapi Yani tidak membantah. Ia berbalik pergi dan memilih berada di balkon kecil di samping dapur sambil membawa camilannya.“Tetap di situ dan jangan masuk,” pinta Kirana menguatkan diri. “Nggak ada hal penting y
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

SN ~ 14

“Mau apa kamu?” Djiwa hampir saja bertabrakan dengan Nila, ketika ia terburu keluar ruangan. Gadis itu sepertinya berencana menemui Djiwa, sehingga mereka bertemu tepat di bibir pintu.“Pak Gavin minta ketemu di White Cafe,” jawab Nila cepat.“Tinggal datang dan temui.” Djiwa bergeser, lalu melangkah tergesa meninggalkan gadis itu.Nila mencebik. Segera berbalik dan menyusul Djiwa yang berjalan ke arah koridor lift. “Bapak mau ke mana? Bukannya baru datang?”“Laptop saya tertinggal di mobil.” Djiwa berdiri di depan lift yang kebetulan langsung terbuka. Ia membiarkan karyawan lain keluar lebih dulu, barulah ia masuk dan menekan tombol menuju lantai lobi.Nila buru-buru masuk dan berdiri menghadap Djiwa. “Kenapa, ya, Pak Gavin—”“Nila, tolong jangan lagi membahas masalah pribadimu dengan saya,” potong Djiwa tegas. “Mulai sekarang, yang kita bahas hanya masalah pekerjaan. Mengerti?”“Maaf.” Nila menunduk dan mundur dengan wajah yang mulai memanas. Terdiam dan menunggu sampai lift berhent
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

SN ~ 15

“Nila.” Kirana mengetuk pintu kamar Nila, karena putrinya tidak kunjung keluar kamar. Matahari sudah terasa menyengat, tetapi tidak ada tanda-tanda Nila akan pergi bekerja. “Nila, Mama masuk.”Tidak mendengar jawaban dari putrinya, Kirana pun membuka pintu kamar dengan perlahan. Ia sedikit terkejut, karena melihat Nila masih berada di tempat tidur dan menutup tubuh dengan selimut.Semalam, Nila memang terlihat lesu ketika pulang dari kantor. Gadis itu hanya meletakkan sebuah paper bag di meja makan dan mengatakan itu adalah pemberian Djiwa. Setelahnya, Nila masuk ke kamar dan beristirahat tanpa banyak bicara.“La, kamu sakit?” tanya Kirana menghampiri dan duduk di tepi tempat tidur. Menyentuh dahi Nila yang masih memejamkan mata, tetapi tidak merasakan perubahan suhu sama sekali.Nila yang berbaring miring itu menggumam tanpa membuka mata. “Sakit kepala.”“Mama bikinin teh anget dulu,” ucap Kirana sembari mengusap puncak kepala putrinya. “Habis itu Mama pesenin bubur di bawah.”Nila m
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

SN ~ 16

“Kita bisa tes DNA, biar semuanya jelas.”Nila membaca pesan yang dikirimkan Gavin dan terdiam. Pikirannya melayang, mengingat kembali pertemuan mereka tadi malam.Ada bagian dari dirinya yang ingin percaya bahwa Gavin berkata jujur. Terlebih lagi, Kirana sempat mencari tahu tentang Gavin, meskipun mamanya melakukan dengan cara yang sangat halus, nyaris tak kentara.Andai saja Gavin tidak mengatakan bahwa dia adalah ayahnya, mungkin percakapan singkat di lift bersama Kirana hanya akan berlalu tanpa meninggalkan jejak di pikirannya.Jika Gavin benar ayah kandungnya, mengapa selama ini Kirana harus berbohong sedemikian rupa?Jangan-jangan, Gavin dan Kirana menjalin hubungan tanpa restu. Nekat melakukan sesuatu di luar batas agar bisa menikah, tetapi berujung sia-sia.“Pak.” Nila buru-buru menyapa Djiwa, sebelum pria itu masuk ke ruangannya. “Maaf, izin tanya.”Djiwa berhenti tepat di depan pintu ruang kerjanya yang terbuka. Menaikkan kedua alisnya, “tanya aja, nggak usah minta izin.”“I
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

SN ~ 17

“Kenapa belum pulang?” Djiwa berhenti tepat di ujung meja Nila dan melihat jam tangannya. Sejak tadi, ia berada di Master Control Room dan baru kembali ke ruangannya. “Sudah setengah tujuh.”“Tiga kali pesan taksi, tiga kali cancel,” jawab Nila sembari menatap ponselnya yang tergeletak di meja. Arif juga tidak bisa menjemput, karena terjebak macet dan akan memakan waktu lama jika harus pergi ke kantor Nila. “Habis hujan, Pak. Jalanan macet.”“Nggak bawa motor?”“Nggak, Pak,” jawab Nila singkat dan enggan bercerita semua kejadian di balik itu. Untuk sementara, ia tidak mau memikirkan masalah yang kini sedang menghimpitnya.“Tunggu 10 menit lagi,” ujar Djiwa sambil berlalu menuju ruangannya. “Kalau belum dapat juga, nanti saya antar. Kita searah.”“Nggak u—”“10 menit,” potong Djiwa sudah memasuki ruangannya.Nila mencebik. Kembali membuka aplikasi transportasi online di ponselnya dan berusaha mencari taksi yang bisa menjemputnya. Namun, ternyata usahanya sia-sia. Tidak ada sopir yang b
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

SN ~ 18

“Kamu balikan sama Arif?” tanya Kirana dengan banyak hal yang berkecamuk di kepala.Sejak Gavin datang, Kirana tidak bisa tidur dengan tenang. Terlebih ketika putrinya saat ini bekerja di kantor yang sama dengan pria itu. Sebenarnya, ada yang ingin Kirana tanyakan perihal Gavin pada Nila, tetapi ia khawatir putrinya akan curiga.“Nggak.” Nila berusaha terus meyakinkan diri, agar tidak luluh dengan semua perhatian Arif.“Sebenarnya kalian putus itu karena apa?” selidik Kirana setelah melihat hubungan keduanya masih baik-baik saja. “Apa Arif selingkuh?”“Mas Arif nggak kayak gitu,” bela Nila sambil membersihkan sisi bagian bawah sepatu ketsnya. Sepatu itu akan ia kenakan untuk bekerja, tetapi sisa lumpur dari hujan semalam masih menempel di sana, membuatnya sedikit kotor. Ia enggan menggunakan sepatu pantofel yang baru dibelinya, karena merasa tidak bebas bergerak ke sana kemari. Seringkali membuat tumit serta ujung jemarinya sakit, jika digunakan untuk berjalan terlalu lama.“Terus ken
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

SN ~ 19

“Mbak Nila, ada tamu di bawah atas nama Julian. Katanya sudah ada janji.”“Oia, tolong suruh tunggu sebentar,” pinta Nila pada resepsionis yang menghubunginya via telepon. Ia menebak, jika tamu tersebut adalah orang suruhan Gavin. “Makasih, Mbak Rachel.”Setelah menutup panggilannya, Nila segera mengeluarkan beberapa helai rambut yang telah dibungkus rapi dalam plastik dari tasnya. Sebelum berangkat bekerja pagi tadi, ia memang sudah menyiapkan semuanya agar tidak perlu repot lagi ketika berada di kantor.“Tolong fotokopi surat ini tiga rangkap sekarang, karena mau saya bawa sebentar lagi,” pinta Djiwa berhenti sebentar untuk meletakkan selembar kertas di meja Nila, lalu kembali berjalan ke ruangannya. “Satu buat arsip kamu. Pake kertas berkop.”Nila hanya bisa mencebik dari balik punggung Djiwa. Tidak melontarkan sepatah kata pun, karena sudah terbiasa dengan sikap Djiwa yang seperti itu. Dengan segera, ia pergi menuju mesin fotokopi yang berada di sudut ruang dan melakukan perintah
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

SN ~ 20

“Pak Djiwa cuma becanda,” ucap Nila sambil menerima ponselnya dari Arif dan memasukkannya ke dalam tas. Ia melirik sekilas pada Gavin, yang masih berbicara serius dengan Rachel. Berharap, hasil tes DNA mereka lekas keluar, sehingga Nila bisa mengambil langkah selanjutnya. “Nggak usah diambil hati. Dia emang suka ngeselin.”Tatapan Arif tertuju pada Gavin. Melihat pria itu dengan seksama, lalu menggeleng. Ia tahu benar siapa Nila, jadi tidak mungkin ucapan Djiwa barusan benar adanya.Justru, Arif menganggap Djiwa ingin membuat hubungannya dengan Nila menjadi renggang kembali. Dengan begini, ia semakin yakin jika Djiwa memiliki perasaan pada Nila.Karena itulah, Arif merasa harus segera menjadikan Nila kekasihnya kembali, lalu menikahinya. Ia ingin membawa Nila keluar dari Warta dan menjauhkan gadis itu dari Djiwa. Pria yang belakangan ini terlalu sering hadir dalam kehidupan Nila. Arif tidak ingin ada kesempatan sedikit pun bagi Djiwa untuk mendekati Nila.“Ayo pulang,” ajak Arif refle
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
123456
...
8
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status