Home / Romansa / Setitik Nila / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Setitik Nila: Chapter 21 - Chapter 30

75 Chapters

SN ~ 21

Setelah berdebat dengan Arif malam itu, Nila memutuskan untuk kembali memblokir nomor pria itu. Tidak hanya nomor lama Arif yang ia blokir, tetapi nomor baru pria itu pun ikut kena imbasnya.Nila hanya ingin menenangkan diri dari masalah percintaan yang membelit hati. Saat ini, fokus Nila tertuju pada urusan tes DNA dirinya dan Gavin. Karena itulah, meski patah hati yang dideritanya begitu menyakitkan, Nila tidak terlalu terpuruk dengan itu semua. Masih ada hal penting yang mengusik hati dan pikirannya, yakni masalah yang ada di dalam keluarganya.“Kenapa belum pulang?” tanya Djiwa meletakkan tas spunbond berwarna biru di meja Nila dan menatap layar komputer yang masih menyala. “Ini hampir jam tujuh.”“Bapak ... ke kantor?” Nila mendongak dan menatap bingung. “Bukannya baru pulang dari Palembang?”“Saya langsung ke sini karena ada yang harus diselesaikan,” ujar Djiwa sambil mengeluarkan dua bungkus makanan yang dikemas rapi dalam plastik vakum dari tas spunbondnya. Ia meletakkannya di
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

SN ~ 22

“Mama masak apa?” tanya Nila sembari berjalan ke meja makan dengan langkah gontai. Duduk di kursi, lalu bersandar menatap Kirana yang berada di belakang kompor.“Ini, manasin cuko pempek dari pak Djiwa semalam,” ucap Kirana berbalik sejenak dan menunjuk tudung saji di meja makan. “Pempeknya sudah di meja.”Nila menghela berat. Ia menunggu mamanya selesai dengan kesibukannya dan hanya diam tanpa minat di tempatnya. Setelah Kirana selesai, lalu duduk dan meletakkan cuko yang masih panas, barulah Nila berniat membicarakan semuanya.“Aku mau ngomong serius,” ujar Nila kemudian menaikkan kedua kakinya di kursi untuk bersila.Kirana mengangguk pelan. Melihat ekspresi Nila dan nada bicara putrinya, Kirana mulai merasa tidak tenang. Firasatnya mengatakan, Nila akan kembali bertanya perihal masa lalu yang sudah terkubur dalam-dalam. Tidak hanya itu, Kirana juga khawatir jika Gavin ternyata nekat bicara dengan Nila.“Mau bicara apa?” tanya Kirana bersiap mendengarkan.“Papaku.”Benar dugaan Kir
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

SN ~ 23

“Ha—”“Jangan ikut campur dengan urusan pribadi saya!” hardik Nila saat mendengar suara Djiwa.Dibawa masuk ke lift secara paksa oleh Djiwa, membuat Nila ingin berteriak untuk melampiaskan semua amarahnya. Namun, Nila masih sadar diri dengan posisinya saat ini. Selain itu, ia juga masih menghormati pria itu sebagai atasannya. Djiwa hanya menjalankan perintah, agar suasana tidak semakin memanas dan memancing huru hara.“Halo, Pak Beni.” Djiwa bergeser ke hadapan Nila. Menatap datar, dengan ponsel yang menempel di telinga. “Maaf, saya nggak jadi pulang. Tapi tolong masuk ke lobi dan ambil koper saya di resepsionis. Antarkan ke rumah mama, nanti saya ambil di sana. Terima kasih.”Melihat Djiwa ternyata tidak berbicara dengannya, melainkan sedang menelepon seseorang, Nila menunduk. Rasa malu yang teramat sangat kini membanjiri dirinya, karena telah menghardik atasannya.“Maaf,” cicit Nila lalu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.“Urusan pribadi jangan dibawa ke kantor.” Djiwa berbalik, me
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

SN ~ 24

Langkah Gavin memelan, ketika mendapati Mila masih berada di ruang tengah. Biasanya, gadis itu tidak pernah tidur selarut ini dan tidak juga pernah menunggunya pulang dari kantor.Ini semua pasti karena kejadian tadi pagi. Gavin belum sempat menjelaskan perihal apa pun, karena kesibukannya yang terlampau padat.“Kenapa belum tidur?” tanya Gavin menghampiri putrinya lalu duduk di sofa tunggal.“Nila,” ucap Mila tidak ingin menunggu sampai besok untuk mendapatkan penjelasan dari Gavin. “Aku nggak pernah ngelarang kalau Papa mau nikah lagi, tapi, aku nggak setuju kalau perempuan itu Nila.”“Kamu sudah salah paham.” Sebenarnya, Gavin ingin menjelaskan dengan menunjukkan surat hasil tes DNA pada Mila agar lebih meyakinkan. Namun, surat itu masih ada di tangan Nila. Bahkan, Gavin sendiri belum sempat mengetahui isi di dalamnya.Akan tetapi, dari reaksi Nila kemarin malam dan pagi tadi, Gavin sudah bisa menyimpulkan jika gadis itu adalah putrinya. Dari amarah Nila, sepertinya gadis itu sudah
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

SN ~ 25

“Pak ...” Nila buru-buru menyamakan langkah dengan Djiwa. “Maaf, tapi Bapak nggak marah, kan? Saya, saya cuma kebawa perasaan karena ingat omongannya bu Deswita.”Ada hal-hal yang tidak ditutupi Nila dari Djiwa, karena pria itu sudah mengetahuinya. Terlebih dengan permasalahan Nila dengan keluarga Arif.“Lupakan,” ucap Djiwa enggan memperpanjang percakapannya perihal cinta. “Dan jangan lagi membahas masalah di luar pekerjaan.”“I-iya, Pak.”Nila bergegas mengeluarkan ponselnya yang berdering dan melihat nama Gavin di sana. Ia ingin menolak, tetapi khawatir jika Gavin menghubunginya karena masalah pekerjaan.Sungguh serba salah.“Pagi, Pak,” sapa Nila memelankan langkah di belakang Djiwa.“Pagi, La. Sudah di kantor?”“Sudah, baru datang,” jawab Nila kemudian berhenti di sudut mejanya dan meletakkan tas di sana. “Ada apa, ya, Pak?”“Kapan kita bisa bicara?”“Nggak ada yang harus dibicarakan kecuali masalah pekerjaan,” tegas Nila tanpa basa-basi. Ia telah memutuskan untuk menjalani hidup
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

SN ~ 26

“Tokoku mau tutup, jadi cepat!” ujar Kirana ketus. Bersedekap, membuang wajah. Enggan melihat Gavin yang berdiri di depannya. “Mau bicara apa!”Melihat Kirana bertingkah seperti anak kecil yang sedang ngambek, Gavin hanya bisa tersenyum. Namun, senyum itu tidak ia tunjukkan pada Kirana, agar amarah wanita itu tidak semakin memuncak.“Apa nggak ada tempat duduk?” tanya Gavin berusaha mencairkan suasana.“Duduk aja di lantai.”Gavin menatap ke sekeliling ruang. Meskipun terasa penuh dan sesak, tetapi kardus-kardus yang berisi stok barang dagangan Kirana tertata cukup rapi.Namun, Gavin tidak kunjung melihat ada kursi plastik di lantai tersebut. Mungkin karena itulah, Kirana menyuruhnya untuk duduk di lantai.“Kirana.”“Buruan!” Kirana melirik tajam pada Gavin. “Sudah kubilang, tokoku mau tutup dan aku mau pulang istirahat.”“Oke.” Gavin menarik napas panjang. “Aku datang, untuk minta maaf. Aku tahu, kamu pasti sulit memaafkan semua salahku di masa lalu. Tapi, paling nggak izinkan aku ..
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

SN ~ 27

“Pak Djiwa apa-apaan?” Nila memberi senyum pada Rachel yang masih berada di meja resepsionis, sambil terus berjalan menuju pintu utama lobi. Cara pandang Rachel terlihat berbeda. Wanita itu tampak bingung, penasaran, atau mungkin curiga melihat Djiwa berjalan sambil memegang lengannya. “Nggak enak dilihat orang.”Detik itu juga, Djiwa melepas tangannya dari lengan Nila. Namun, tetap berjalan di samping gadis itu dan mengarahkan Nila keluar gedung.“Kenapa kamu masih terlibat dengan pak Gavin dan anaknya?” tanya Djiwa kembali meraih tangan Nila dan membelokkan gadis itu ke arah kiri.“Saya cuma ada di tempat dan waktu yang salah,” jawab Nila seketika berhenti melangkah. “Motor saya di basement, Pak.”“Mobil saya parkir di depan, bukan di basement.”“Kan, saya mau pulang.”“Saya terlanjur bilang, mau ajak kamu makan,” balas Djiwa kembali meraih lengan Nila dan membawa gadis itu berjalan menuju mobilnya terparkir.“Tapi saya nggak mau makan.” Bibir Nila mengerucut. Bingung dengan sikap D
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

SN ~ 28

“Aku punya anak lain, selain Mila.”Irsyad diam. Mengerjap berulang kali sembari mencerna ucapan Gavin. Namun, semakin dipikirkan, Irsyad semakin bingung menelaahnya.“Kamu sudah nikah lagi dan istri barumu melahir ... kan?” tanya Irsyad ragu, sekaligus ingin kepastian.“Bukan.” Gavin berdiri dari kursi besi di teras rumah Irsyad. Berjalan mondar mandir di depan pria itu, sambil menjelaskan sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu. Pun dengan tes DNA yang sudah dilakukan dan penolakan yang diterimanya.Namun, Gavin tidak menyebutkan nama Nila, maupun Kirana.“Wow!” Irsyad tidak menduga jika Gavin memiliki masa lalu seperti itu. “Jadi, perempuan itu nggak pernah menggugurkan bayinya dan kamu baru tahu sekarang?”“Betul!” Gavin masih mondar-mandir, tetapi langkahnya kini melambat. Ia sedang menimbang-nimbang rencana dan keputusan yang berputar di kepalanya. “Dan tahu yang bikin aku semakin ...” Gavin berhenti dan menyentuh dadanya. “Sakit.”“Apa?”“Anakku harus putus dengan pacarnya, ka
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

SN ~ 29

“Jangan mentang-mentang Papa dirut di sini, Papa bisa manggil aku seenaknya ke sini.” Mila menutup pintu lalu menghampiri meja Gavin.“Justru karena Papa dirut di sini, Papa bisa manggil kamu kapan pun Papa mau,” balas Gavin lalu mempersilakan putrinya duduk di sofa, karena ia sedang berjalan ke sana. “Kamu nggak mau bicara kalau di rumah dan memilih ‘sembunyi’ di kamar.”Bibir Mila mengerucut. Menghentakkan kakinya saat berbalik dan berjalan menghampiri papanya. Duduk pada sofa panjang yang sama dan memberi jarak.“Tapi ini jam makan siang,” keluh Mila masih memajukan bibir. “Aku laper.”“Papa tahu kamu masih marah, tapi ada yang harus Papa sampaikan.” Gavin mulai serius dan sedikit memangkas jaraknya dengan Mila.“Apa lagi sekarang?” Mila mulai curiga, jika Gavin kembali menyembunyikan sesuatu yang besar. “Papa punya anak lain lagi.”“Nggak Mila,” sanggah Gavin cepat. Apa pemikiran Mila padanya sampai seburuk itu?“Terus apa?”“Papa ...” Gavin berusaha tersenyum, tetapi sangat sulit
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

SN ~ 30

Nila terbatuk. Tersedak jeruk hangat yang baru diminumnya, setelah mendengar ucapan Djiwa. Yang lebih membuatnya tidak habis pikir ialah, pria itu tetap bertahan dengan ekspresi seriusnya.Tidak ada tatapan atau senyum hangat penuh cinta, yang bisa membuat Nila percaya dengan perkataan pria itu. “Bapak becanda?” tanya Nila meletakkan kembali gelasnya.Djiwa menggeleng pelan dan tegas. “Saya serius.”“Bapak mau nikah sama saya?”“Ya.”Nila berdehem. Bahkan sengaja batuk, untuk melegakan tenggorokannya. Situasi yang terjadi benar-benar di luar dugaan. “Saya bukan mau nolak Bapak,” ucapnya canggung, serba salah, dan salah tingkah. “Tapi, Bapak tahu sendiri kalau saya sudah memutuskan untuk nggak nikah. Lagian, nikah itu butuh cinta. Dan kita?”“Cinta bisa datang karena terbiasa,” ujar Djiwa tetap tenang dan belum menyentuh makanannya sama sekali. “Dan cinta juga bisa pudar karena terlalu sering diabaikan. Pernikahan memang butuh cinta, tapi, cinta saja nggak akan cukup untuk mempertahan
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more
PREV
1234568
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status