“Pak ...” Nila buru-buru menyamakan langkah dengan Djiwa. “Maaf, tapi Bapak nggak marah, kan? Saya, saya cuma kebawa perasaan karena ingat omongannya bu Deswita.”Ada hal-hal yang tidak ditutupi Nila dari Djiwa, karena pria itu sudah mengetahuinya. Terlebih dengan permasalahan Nila dengan keluarga Arif.“Lupakan,” ucap Djiwa enggan memperpanjang percakapannya perihal cinta. “Dan jangan lagi membahas masalah di luar pekerjaan.”“I-iya, Pak.”Nila bergegas mengeluarkan ponselnya yang berdering dan melihat nama Gavin di sana. Ia ingin menolak, tetapi khawatir jika Gavin menghubunginya karena masalah pekerjaan.Sungguh serba salah.“Pagi, Pak,” sapa Nila memelankan langkah di belakang Djiwa.“Pagi, La. Sudah di kantor?”“Sudah, baru datang,” jawab Nila kemudian berhenti di sudut mejanya dan meletakkan tas di sana. “Ada apa, ya, Pak?”“Kapan kita bisa bicara?”“Nggak ada yang harus dibicarakan kecuali masalah pekerjaan,” tegas Nila tanpa basa-basi. Ia telah memutuskan untuk menjalani hidup
Last Updated : 2025-02-16 Read more