Home / Romansa / Gadis Yang Kunodai / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gadis Yang Kunodai: Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

Depresi Lagi

Pagi hari selesai Salat Subuh Sarah berjalan ke kamar Tiara dengan menaiki mesin lift besi kotak itu menuju kamar Tiara, karena mereka sudah janjian akan jalan-jalan ke taman komplek dekat rumah tentunya atas ijin Bu Lili juga Dea. "Pagi, Non. Wah sudah siap?'' tanyanya senang. "Sudah dong, Mbak Sarah. Kan kita mau jalan-jalan.""Oke. Sudah Salat?""Sudah.""Oke kita jalan yuk.""Hu um."Mereka berdua berjalan menikmati mentari pagi, kebetulan hari minggu jadi Tiara libur sekolah. Mereka melangkah melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju taman komplek. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi, membuai mereka, tangan Sarah mengandeng Tiara, hingga tak mereka sadari sudah sampai di taman komplek perumahan mewah itu. "Kita sudah sampai, Non."Tiara mengangguk pelan, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Eumm pagi ini sejuk aku suka udara pagi Mbak.""Suka?""Banget. Terima kasih sudah mengajak jalan-jalan, Mbak," ucapnya sambil tersenyum"Sa
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Menggenggam Tangnnya

"Mbak Sarah kenapa?" tanya Tiara. "Ngak apa-apa Non. Hanya masuk angin sedikit.""Mau berhenti dulu atau bagaimana?" tanya Devan. "Ngak usah saya tidak apa-apa, Den.""Minumlah!" Devan memberikan minuman pada Sarah. "Terima kasih."Devan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan keluar ia berjalan membelikan roti juga teh hangat untuk Sarah. Sarah pindah ke belakang dan Dea yang sekarang pindah ke depan. Devan memberitan roti juga teh hangat untuk Sarah. Tak sengaja Devan menyentuh tangan Sarah. Tangan wanita itu terasa dingin dan gemetar dalam genggaman Devan. Baru kali ini Devan merasa sangat khawatir dan cemas. "Minumlah ini akan menghangatkan tubuhmu."Sarah mengangguk pelan. Dia menarik genggaman Devan.***Tiga puluh puluh menit kemudian mereka memasuki gerbang Villa elite kediaman Pak Adiyasa. Mobil masuk ke halaman sebuah Vila mewah berlantai dua. Devan turun dari mobil, semua mengikuti. Berjalan masuk ke arah bangunan megah itu. Di depan pintu penjagaan seseorang menyapa
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Khawatir

Sampai disana wanita petugas medis yang siaga lantas memeriksa Sarah. "Tidak apa-apa, kok, Pak. Sepertinya dia hanya shok saja. Tunggu, sebentar lagi pasti sadar. Bajunya basah di ganti saja.""Terima kasih," ucap Devan lega.Setelah wanita perawat keluar, Devan ikut keluar. Sementara Dea dan Tiara mengambil baju ganti yang dibelikan Devan. Lalu Dea memakaikan kaos dan rok. Selesai Devan ikut masuk. "Bagaimana masih belom siuman?""Belom Mas.""Ini salah aku, bagaimana ini?""Sabar ya sebentar lagi Mbak Sarah bangun."Devan menaruh minyak kayuh putih ditangan kemudian memgusapkan ke tengkuk leher juga hidung Sarah. Di sana, Sarah yang terbaring lemas samar-samar merasakan usapan hangat pada tubuhnya itu. Saat membuka mata Sarah melihat wajah Devan yang cemas. Sarah kaget dan kebingungan ketika tubuhnya sudah berganti pakaian, bahkan diruangan itu hanya ada dirinya dan Devan. Ia meraba seluruh badan dan rambut basahnya. Dan ingat kalau tadi sempat tidak sadarkan diri setelah menolon
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Canggung

Sarah terkejut menatap ke arah Devan tanpa kedip. "Anda ada ... apa, Den?"Hening menyelimuti mereka. "Sarah maaf. Aku tahu kamu belom tidur. Makanya aku bawakan ini makanlah." Tunjuk Devan membawakan satu mangkuk bubur juga susu hangat. Hening, Sarah masih menunduk sementara Devan menatap ke arah dalam kamar. "Kamu demam. Ada kompres itu?" tanyanya yang langsung memegang kening Sarah yang masih demam. "Ini sudah malam, Den. Pergilah." Usir Sarah takut. "Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan bubur ini." Ancamnya. Sarah berdecak malas. "Ya. Nanti aku makan Den."Devan tersenyum. "Tidak aku harus memastikan kamu memakannya, sekarang."Lagi-pagi Sarah berdecak malas. Dibuat jengkel oleh ulah Devan. "Astaga, apa maksudnya ini?" tanya Sarah bingung. Devan memaksa. "Makan." "Mulutku pahit, Den." "Aku suapi."Belum sempat Sarah menjawab Devan menarik tangan Sarah menuju kursi membuat Sarah ketakutan. "Ada apa dengan lelaki itu malam-malam gak jelas kelakuannya. Jangan-jangan?" B
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Terima Kasih, Den.

Devan masuk ke kamar membawa nampan berisi piring dengan potongan roti isi dan segelas susu. Dia sudah terlihat rapi dalam balutan kaos putih dan celana jeans. Sedangkan Sarah sudah selesai mandi air hangat dan Solat Subuh. "Sudah bangun. Ini sarapannya. Setelah sarapan nanti minum obat," ucapnya mengingatkan. "Den aku bisa sendiri gak usah repot-repot."Devan tak menjawab. Hanya memijat kening pelan dengan mata terpejam. Kemudian ia keluar menutup pintu. Lalu pintu kembali terbuka dan Devan kembali masuk lagi. Sarah tersenyum."Aku tunggu sampai rotinya habis." Ucapnya membuat Sarah kaget. "Den.""Ayo dimakan takutnya ngak kamu makan.""Ya baiklah."Setelah suapan terakhir potongan roti dari tangannya, Devan menyodorkan segelas susu. Sarah menatap wajah Devan lekat. Dia mengalihkan pandangan ke arah gelas susu yang ada di tangan Devan. "Semalam Aden nggak tidur?" tanya Sarah terbata. Karena Devan mengompres dirinya semalaman hingga pagi. Dan sekarang suhu badan Sarah sudah memb
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Gadis Masa Lalu

Dea mengerjitkan dahi. "Seingat aku, Mas ngak punya masa lalu. Dan ya satu gadis yang Mas kagumi saat kuliah itu kan? Yang Mas sering cerita.""Emm.""Jadi Mas ketemu gadis itu lagi?"Devan menganggukkan kepala. "Hati-hati. Dari rasa itu bisa jadi terulang kisah cinta yang belum kelar, ingat ya udah ada Mbak Zahira juga," tandas Dea."Hmm."Jemari Devan memainkan bolpoin diatas meja. Kemungkinan bertemu dengan Sarah setiap hari terjadi dan bisa membuat goyah hati Devan."Apa Mas tak bahagia dengan Mbak Zahira?"Devan terdiam. "Jadi masih sama tak ada yang spesial? Masih gadis itu yang ada di hati Mas Dev?""Mau bagaimana lagi, tapi Mama bahagia, kan." Jelas Devan. Dea mendekat memeluk kakaknya erat. Ia tahu bagaimana dulu Devan menolak mati-matian untuk dijodohkan dengan Zahira, namun Mamanya menolak dan tetap keukeuh untuk menjodohkan. Tak lama, telepon dimeja Devan berbunyi membuat Dea memandangnya. "Mbak Zahira. Angkatlah siapa tahu penting, Mas!" "Ya?"Devan mengambil ponsel
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Aku Memang Pengecut

"Pertanyaanku kenapa dulu kamu ninggalin aku saat di rumah sakit?"Devan terdiam. Suasana hening. Sarah kembali meminum airnya. Sarah memalingkan wajah. "Kenapa?"Akan tetapi, semakin lama, Sarah tak punya pilihan selain melanjutkan hidup dan membiarkan perasaannya tumbuh sampai ia layu dengan sendirinya. Bukankah daun sesegar apa pun punya masa untuk luruh dan kalah oleh waktu? Devan menarik napas dalam. "Karena dokter akan mengusut dan memenjarakan yang menodaimu. Saat itu aku ketakutan.""Pengecut.""Ya aku memang pengecut."Untuk semua yang telah terjadi di masa lalu, Devan minta maaf? Mengapa baru sekarang? Mengapa tidak dari awal saat Sarah terperosok di titik terendah? "Maaf karena luka itu. Aku tahu kamu depresi karena ulahku.""Ya Aden breng-sek." Kesal Sarah. Ingatan itu lantas kembali ke masa dulu. Devan memaksakan senyum. Tanpa kata-kata, Devan meraih air, lalu menandaskan isinya dalam beberapa teguk. "Ya itu aku."Entah siapa yang harus Sarah salahkan atas apa yang te
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Kau menolakku

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam mereka sampai dirumah. Devan membantu membukakan pintu untuk Sarah. "Sini biar aku yang bawa." Devan mengambil alih barang-batang yang tadi di beli. "Ya Den.""Ayo masuk."Sarah tersenyum. Mereka semua masuk dan Devan dikagetkan oleh teriakan seorang wanita yang tak asing olehnya. "Mas Dev!"Devan kaget saat masuk ke rumah sudah ada Zahira di rumah Mamanya. "Mas aku rindu." Setengah berlari Zahira memeluk Devan erat. Sarah hanya melihatnya sekilas. Lalu menundukkan kepala. "Kapan kesini?" tanya Devan kaget lalu melirik ke arah Sarah yang menatapnya sebentar dan masih berdiri agak jauh darinya. "Satu jam yang lalu, Mas. Aku tungguin dari tadi."Devan hanya bersikap datar. "Mas Dev ngak rindu sama aku." Kilahnya memeluk mesra Devan. Devan terdiam. Sementara Sarah terdiam dan menunduk, berharap jika hatinya aman dan tak kambuh lagi karena melihat keromantisan mereka berdua. "Ayo pulang, Mas."Devan terdiam. "Ayolah kita pulang." Pinta
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Tentang Perasaan

Mereka berdua berjalan ke arah kamar Tiara di sana Sarah menidurkannya, lima menit saat Sarah menceritakan tentang dongeng Malin kundang anak kecil itu sudah tertidur. Sarah menutupi tubuh mungil itu dengan selimut lalu berjalan ke arah luar dan menutup pintu. Sarah berjalan menuju lift kotak itu ia menekan tombol ke lantai satu saat pintu mau tertutup Devan menahan pintu itu dan ikut masuk ke dalam lift. Kini Sarah merasa takut oleh sikap lelaki itu. "Aku bisa membiayai kebutuhanmu, tanpa kamu harus bekerja di sini. Kamu cukup menjadi wanita baik dan menurutiku," tuturnya."Maksudmu menjadi simpananmu, Den?"Devan tertawa. "Kenapa tidak.""Aden, gil--a.""Enak kan tanpa harus bekerja cape-cape."Sarah begitu kesal, kini harga dirinya lagi diinjak-injak lagi oleh lelaki itu. "Sarah aku tak tega lihat kamu bekerja." Kilahnya. "Jangan mendebatkan hidupku. Bukan hakmu. Memangnya siapa, Aden?"Devan terdiam. "Laki-laki macam apa yang menodai terus pergi?" Kesal Sarah. "Maaf.""Aden h
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Menjenguk Shaka

Sarah ke dapur karena lapar. Melihat masakan habis hanya tersisa nasi saja itupun tinggal sedikit. Sarah membuka lemari es, mengambil sawi hijau sosis, telur juga baso dengan pelan Sarah memotong sayuruan beserta bumbu, cabe bawang merah bawang putih juga tomat. Selang beberapa menit mie buatan Sarah sudah matang. Sarah duduk seraya menikmati masakannya, ia lupa tak makan setelah kejadian tadi bersama Devan di lift. Tak jauh darinya, Devan berdiri di depan dapur, mata beningnya tampak meredup. Pria tampan berpostur tinggi tegap itu menampakkan wajah masam, sesekali meraup wajah dengan tangannya. Diusapnya perut yang sedari tadi lapar. Padahal ia sudah menghabiskan dua porsi baso buatan Sarah, tapi ia masih juga lapar, kemudian Devan tampak berjalan mendekati Sarah, matanya lekat menatap perempuan yang selama ini menduduki tempat dihatinya itu. "Makan apa?" tanya Devan seraya duduk di depan Sarah. Sarah kaget menatap ke arah suara. "Oh ini Den. Makan ini mie kuah," jawabnya sedikit
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status