Home / Romansa / Gadis Yang Kunodai / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gadis Yang Kunodai: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Bertemu Saga

Siang hari mereka kumpul makan siang bersama ada Pak Adiyasa, Bu Lili, Dea dan Devan. "Eh, Ma aku tadi dapat nilai sepuluh lo, karena diajarin, Mbak Sarah." Tiara bercerita tentang kegiatannya di sekolah. "Benarkah, apa itu?" tanya Dea penasaran. "Hmm. Jadi menghapal surah Al-Fiil juga artinya, Ma." Jelas Tiara. "Benarkah wah keren putri, Mama.""Iya. Aku bisa menjawab semua pertanyaan guru termasuk kisah gagalnya usaha penghancuran Ka'bah oleh Raja Abrahah bersama enam puluh ribu tentaranya karena bantuan burung ababil yang diperintah sama Allah.""Wah keren sekali anak Mama. Keren memang Mbak Sarah ya."Devan terlihat tampak tersenyum ia lalu menarik napas berat karena ia tahu jika Sarah sangat pintar sedari kuliah. Tiara mengangguk pelan. "Tapi ngomong-ngomong kemana, Mbak Sarah Ma? Dari tadi Tiara gak melihatnya juga gak jemput Tiara sekolah."Izin pulang, Tiara." Sahut Bu Lili. Kedua netra Devan menatap ke arah Mamanya seolah ingin tahu keberadaan Sarah. "Pulang kemana, Om
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Gadis Kotor

Gadis Kotor"Tolong bantu Devan. Sarah," ucap Bu Lili saat Sarah tiba di hadapannya.Sarah menatap Devan dengan satu alis terangkat. Ada banyak luka di wajahnya ada apa dengan laki-laki itu? "Baik, Nyah." Sarah mengangguk. Masih dengan senyum menggantung di kedua sudut bibirnya. Jawaban Sarah membuat Bu Lili mengembuskan napas lega. Tidak bisakah membawanya ke rumah sakit? Kenapa dia? Tapi hanya luka luar Sarah pun paham jika Devan pasti keukeuh tidak ingin mendapatkan pertolongan dari rumah sakit. Sarah akhirnya tidak boleh diam mematung, karena Devan saat ini membutuhkan pertolongannya. Terlebih mereka semua memaksa Sarah untuk melakukannya. Setidaknya Sarah bisa melakukan pertolongan pertama. Meskipun laki-laki itu yang dulu membuatnya hampir gila karena perbuatannya. "Ambilkan saya kain kasa juga kapas Mbak Sari," kata Sarah sambil mendekati sofa. Dan duduk di samping Devan. Wajah Sarah terlihat biasa saja, karena ia sudah terbiasa menangani seperti itu. Sari memberikan bebera
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Merawat Devan

Devan hanya diam, mungkin mengiyakan. Ia lalu meminum obatnya lalu kembali berbaring. Matanya terpejam entah mungkin karena obat sudah beraksi. Sarah menatap wajah laki-laki itu perasaan aneh apa itu, Sarah tekan dalam-dalam dadanya agar tak terasa sesak. "Jangan pergi," cegahnya, dengan mata terpejam"Apa!""Please temani aku sebentar saja."Sarah duduk canggung di sofa. Ternyata semua tak sesulit yang Sarah bayangkan, mengingat perkataan Devan yang begitu menyakitkan kemarin. Kepala Sarah tiba-tiba begitu berat hingga tak ia sadari Sarah tertidur di kursi kamar Devan. Devan menatap Sarah yang lagi tertidur, wanita itu begitu cantik. "Maaf Den. Saya ketiduran." Kata Sarah yang baru saja bangun. Devan tersenyum. Sarah bangkit dan malu bisa-bisanya ia tertidur. Memeriksa suhu badan Devan yang sudah tak demam lagi, dan menganti infus yang telah habis. Ia hanya diam dan sesekali menatapnya penuh tanya. Lelaki itu memandang Sarah."Sampai kapan impusnya dilepas?""Sampai, Anda benar
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Jam Dinding

"Sarah. Devan sudah minum obat?" tanya Bu Lili membuat mereka berdua menoleh.Mereka berdua pun berhenti berjalan karena ada yang memanggil. "Dev sudah makan Sarah?" tanyanya lagi. Sarah menggeleng. "Masih tidur, Nyah.""Lo, kok. Ini sudah agak siang lo""Gak enak, Nyah. Ada Non Zahira di dalam." Sahut Bibi Nik. Bu Lili tersenyum. "Aku temani ke sana ya."Keduanya saling tatap lalu mengangguk. Mereka lalu mengikuti langkah Bu Lili. Sampailah dikamar mereka melihat Zahira masih memeluk tubuh Devan erat. "Dev. Waktunya minum obat." Sarah masih di depan pintu ia tak berani mendekat. "Maaf aku ketiduran, Ma." Devan mengusap-usap matanya. "Gimana sih, kan waktunya minum obat.""Ya, Ma."Hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Satu detik, dua detik hingga beberapa detik. Sarah beranjak masuk, dan Devan bangkit dari tidurnya. Mereka melangkah beriringan mendekati ranjang besar itu. Di sana, terlihat Zahira dengan senyum manisnya tersenyum sinis kearah Sarah. "Peri
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Flasback

Sarah berhenti dan berbalik menatap Zahira yang terus memojokkannya. "Anda memang benar aku adalah wanita murahan, tapi apa masalah Anda padaku, kenapa begitu khawatirnya sama seorang pembantu?""Kau....""Kenapa, Non. Takut dengan seorang pembantu. Tenanglah selera Den Devan bukanlah seorang pembantu sepertiku."Zahira terdiam, ia kalah telak perkataan Sarah membuatnya tak bisa bicara lagi. "Kasihan mulutnya, Non. Dosa jika terus mengumbar kebencian."Sarah berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Zahira yang masih tak percaya dengan ucapan Sarah. "Hah dia ini pembocat lo, bisa-bisanya bicara seperti itu. Sombong sekali dia." Kesal Zahira membanting pintu. Sarah kesal ia duduk di kursi dapur. Seraya memijit kepalanya. "Jangan di dengarkan dan dimasukkan dalam hati, jika Non Zahira bicara, Sarah." Bibi Nik bicara seraya membersihkan dapur. Sarah terdiam menatap ke arah Bibi lalu menaruh nampan di atas wastafel. "Tapi, Non Zahira keterlaluan, Bi.""Iya, Bibi tahu. Tapi mengalah
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Masih Sama

"Mbak Sarah." Teriak Tiara mendadak menyadarkan Sarah dari lamunan. Tiara muncul di hadapannya membuat Sarah tersadar dari lamunan. Segera Sarah mengalihkan pandangan ke arah taman sekolah, mengusap air matanya yang mengalir deras di pipi. "Mbak kenapa kok nangis?"Tiara duduk sejajar dengan Sarah. "Tidak hanya rindu kampung halaman.""Oh. Tapi yakin Mbak gak apa-apa?"Sarah masih mengelap pipinya yang basah. "Mau makan di mana?" tanya Sarah tanpa sedikit pun mengalihkan tatapan ke arah Tiara di hadapannya. Tiara mendekat dan berbisik di telinga Sarah. "Pengen ikan bakar."Sarah tertawa pelan. "Tapi kita izin Mama kamu dulu ya.""Kalau gak boleh bagaimana, Mbak?" Sarah tersenyum."Mbak akan rayu, Mama kamu."Tiara tertawa dan mengangguk. "Oke."Sarah alu mengambil ponsel dalam tas menghubungi majikannya. "Halo, Non Dea." Sapa Sarah usai menempelkan ponselnya ke telinga."Iya, Sarah. Ada apa?""Maaf, Non Tiara minta Ikan bakar, Non. Apa boleh mampir ke lesehan?""Boleh Sarah.""Ya
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Pesona Sarah

"Apa Sarah?" tanya Sari seperti mendengar sesuatu yang keluar dari mulut Sarah. Sarah terhenyak. "Eh tidak apa-apa, Mbak Sari. "Jangan banyak melamun. Gak bagus lo." Sarah tersenyum. "Iya aku tahu." "Tuh Abang sayurnya udah datang." "Heumm." Sarah membantu Mbak Sari belanja di Mamang sayur depan rumah, netranya tertuju pada sepasang suami istri yang duduk di balkon kamar. Sarah tahu betul siapa wanita yang duduk di dekat Devan itu adalah istrinya. Wanita berambut sebahu itu sedang memeluk erat lelaki di sampingnya. "Sarah kamu kenapa?" tanya Sari lagi saat melihat Sarah bengong. "Enggak kenapa-napa kok, Mbak." Sarah termangu kembali memilih sayuran untuk diambil. "Ada apa lagi, Sarah? Sepertinya kamu memikirkan sesuatu?" tanya Sari penasaran karena sedari tadi Sarah lebih banyak melamun. "Tak apa-apa, Mbak Sari. Ini sudah semua?" tanya Sarah setelah Sari memberi uang pada Mamang sayur. "Iya sudah yuk. Eh sepertinya, Den Dev begitu perhatian denganmu ya, S
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Menjaga Sarah

Devan meneguk air mineral, lalu botol kembali ditaruh di atas meja. Seraya menunggu Zahira tertidur. Ia lalu bangkit berjalan memeriksa laci meja kecil di samping tempat tidur dan tidak menemukan obat pereda sakit kepala di sana. Devan berjalan ke arah dapur. "Bi, ada obat pereda sakit kepala?""Ada, Den." Bibi Bik memberikan air putih beserta obatnya. "Makasih Bi.""Sama-sama, Den."Kali ini, Devan mengangkat kepalanya agar lebih tinggi, lalu memaksanya menelan obat yang dibantu dengan dorongan air minum. Devan akhirnya menarik napas lega ketika tadi melihat istrinya sudah terlelap. Tahu bisa ia tinggalkan Devan memutuskan keluar kamar. "Mbok bagaimana dengan Sarah?""Bibi gak tahu pas kejadiannya, Den. Bibi hanya dengar dari Sari.""Oh. Zahira memang keterlaluan.""Non Zahira hanya cemburu, Den." Bibi berdecak baru kali ini Bibi bersuara membuat Devan kagetBibi mendekat seraya memeriksa suhu tubuh Devan dan bersukur saat laki-laki ini mulai mengeluarkan keringat. "Masih sakit
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Devan Merasa Kesal

Sampai di kamar Devan duduk di sofa, semalaman Devan tidak bisa tidur nyenyak. Wajah polos Sarah semalam begitu menghantui. Mata sayu, bulu mata lentik, hidung bangir dan bibir tipis yang bila tersenyum menciptakan lesung pipit di belahan pipi kirinya. Devan mengambil ponsel di dalam saku celana semalam ia mencuri foto Sarah yang diambil saat ia tertidur, Devan masih menyimpan dalam aplikasi Facebook dan menguncinya khusus. Ada beberapa foto Sarah yang ia sembunyikan di sana. Sengaja, biar tidak ada seorang pun yang tahu selain dirinya. Dari foto dulu saat masih menjadi sahabat. Dan perasaan itu masih kuat menduduki posisi tertinggi di hatinya hingga saat ini. "Mas!'' Panggilan Zahira menyadarkan Devan yang masih melamun. Belum selesai mengenang masa lalu, Zahira sudah memanggilnya. Cepat Devan mematikan ponselnya.Devan tak menjawab. "Mas dengar gak sih aku ngomong.""Hemm.""Semalam, Mas semalam tak tidur di sini?" Devan tak menjawab. "Dari tadi melamun terus. Mikirin wanita kam
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Sarah Terluka

Sarah ke mini market terdekat. Mendorong pintu kaca memasuki mini market. Membeli roti juga air mineral juga susu pesanan Tiara untuk bekal makan siang. Dia sudah menenteng satu botol air mineral juga beberapa snack."Ada lagi, Mbak?" tanya Mbak kasir seraya menerbitkan senyum ramah."Sudah."Sarah membayarnya dan kembali berjalan ke arah jalan raya berniat ingin menyebrang namun kendaraan masih ramai. Dirasa sudah sepi Sarah menyeberang. Langkahnya hampir sampai di pinggir suara klakson mengagetkannya. Bahkan ia baru mencapai pinggir jalan ketika merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Devan menginjak pedal rem, dengan panik ia melihat seseorang di depan mobilnya sedang terjatuh. "Astaga! Apa itu manusia?" tanya Devan cemas. Devan panik membuka pintu dan berlari ke arah depan, jantungnya naik turun, Usai menarik napas, Devan melihat gadis menunduk dengan memegangi kepalanya ia ketakutan. "Maaf aku tak sengaja, Nona." Kata Devan. Tapi Devan kaget, sepertinya Devan mengenali wan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status