Semua Bab Gadis Yang Kunodai: Bab 51 - Bab 60

113 Bab

Kembali Depresi

"Astaga, it--itu?" Devan mendadak beku. Devan yang berdiri sambil memegangtangan, menatap terperangah. Sorot terkejut tampak jelas dari matanya. Namun, bibirnya tertutup. Tak menyuarakan satu pertanyaan apa pun. Wajah yang selama ini ia rindukan berada tepat di depannya bersama anak laki-laki itu. "Sarah."Panggilan itu membuat Sarah diam ia lalu mendongak, menatap orang yang begitu ia hapal suaranya. Sarah gugup kenapa bisa ada Devan disini? Firasatnya tak pernah salah pasti Devan mengikuti dirinya tadi. "Pak Devan." Shaka tersenyum menagkupkan kedua tangan di depan dada ke arah Devan. Devan membalas itu. "Ya Shaka."Sarah bingung kenapa mereka saling kenal? Sesaat Sarah membeku, bagaimana mungkin, bagaimana bisa mereka bisa kenal satu sama yang lain? Sarah terdiam, terus menatap Devan tanpa jeda. "Pak, kenalin ini adalah Bunda Shaka."Devan gugup menatap Sarah sepenuhnya. Sarah balas menatap dengan tatapan yang tak kalah lekat. "Iya, Bundamu sangat cantik ya. Shaka."Mau ego
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Shaka putraku?

Setelah dirasa lebih baik Sarah menemui Pak Kyai untuk pamitan dan menyerahkan kembali Shaka. Sementara Shaka bicara dengan Devan di luar. "Apa yang terjadi pada Bundamu?" tanya Devan penuh selidik. Shaka menunduk. "Bunda jika banyak pikiran depresi, Pak." "Apa itu sering?''"Dulu, tapi Shaka perhatian akhir-akhir ini Bunda sudah sembuh. Bahkan seminggu selama Shaka liburan Bunda baik-baik saja. Shaka bisa atasi kalau Bunda kambuh, Pak."Devan merasa bersalah. "Umur kamu berapa?""Dua belas tahun, Pak."Benar dugaan Devan jika mungkin saja Shaka adalah darah dagingnya. Devan memeluk Shaka erat. "Maafkan aku ya. Karena aku Bundamu kambuh lagi.""Pak Devan tak salah apa-apa, kan? Justru aku yang minta maaf karena Bunda kambuh jadi suasananya terganggu.""Maafkan aku, Nak."Shaka tersenyum. "Tak apa Pak."Devan merasa sedih. Kebodohan Devan yang tidak bisa dimaafkan, namun dibalik wajah tampannya menampilkan seulas senyum yang menawan. Sorot matanya yang sayu seolah-olah ingin menget
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Jaga Bundaku

Pagi hari ada sebuah paket datang atas nama Sarah di kediaman Pak Adiyasa. Awalnya Sarah curiga dan enggan membuka namun Lea yang keukeuh ingin membukanya, setelah dibuka benar isinya sebuah boneka dengan dilumuri bercak merah. Sarah kaget dan Lea menjerit seketika terdengar oleh Dea. "Astaga. Itu bahaya kamu itu pura-pura ngak tahu? Kenapa dibuka paketnya?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Dea membuat Lea memukul lengan Dea dengan keras. "Awwh, sakit."Lea mendelik sinis. "Syukurin? Ich bercandanya ngak lucu, Mbak. Aku yang menyuruhnya membuka tadi.""Bahaya. Kayak gak tahu saja, Zahira bagaimana.""Ya tapi pelan-pelan bilangnya, Mbak.""Lagian. Selama ini kan, Devan menikahi Zahira hanya karena Mama, kan.""Mbak Dea.""Lea, sudah saatnya Sarah tahu jika Devan dulu dijodohkan sama Mama demi sebuah perjanjian karena menyelamatkan perusahan Papa yang sedang mengalami krisis. Sarah. Makanya jangan takut. Pikirkan cinta kalian yang telah dihancurkan olehnya.""Cinta?""Y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Sidang Perdana

"Kapan kamu akan memberi tahu jika aku adalah, Ayahnya Shaka?"Sarah terdiam. "Aku ingin segera memberi tahunya, Sarah."Sarah mendongak, kembali menatap wajah sayunya. "Emm, untuk itu, biarkan dia merasa nyaman dulu." Jelasnya. "Ya. Biar aku selesaikan urusanku dengan, Zahira dulu."Sarah mengangguk mengiyakan. Devan menghela napas sebentar. Untuk kemudian memberanikan diri mengutarakan isi hatinya."Aku tak ingin kehilangan kalian lagi."Sarah menatap dingin Devan. Ia bisa melihat mata lelaki itu semakin memerah. Tak sanggup melihatnya lebih lama, Sarah memilih memalingkan wajah. Bersamaan dengan dua butir air yang mencuri kesempatan turun dan meninggalkan jejak basah di pipi."Aku benar-benar tak bisa menahan jauh dari kamu lagi, aku ingin kau tetap berada di sisiku?" Sarah menggeleng. Walaupun hatinya masih bimbang dan ragu. "Den besok harus berjuang di pengadilan. Jangan menambah luka itu lagi. Apalagi pada Shaka.""Kalau aku rindu sama kamu dan Shaka, aku harus bagaimana?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Kekasih Bayangan

Zahira nampak kecewa oleh ucapan Devan. "Saya memang salah, tapi dari situ saya belajar dan akan saya perbaiki lagi, Pak." Jelas Zahira. Devan menyimak dengan tenang proses yang berjalan. Devan berusaha untuk tidak gugup dan tetap kuat apa pun yang terjadi. "Kendalikan emosimu Dev jika mau semua berjalan lancar." Bisik Devan dalam hati. "Saya telah memaafkannya, tapi untuk rujuk itu saya tegaskan saya tidak bisa karena dia berkhianat. Saya tetap akan menggugatnya."Berbagai cara telah ditempuh untuk membuat mereka rujuk namun tidak menemukan titik temu. Membuat sang Hakim memutuskan untuk melanjutkan persidangan dua minggu ke depan. Mereka saling diam. Zahira dengan rasa sakitnya, dan rasa sesal yang ingin mempertahankan hubungannya. Devan dengan rasa senangnya karena agenda kali ini ia sudah berjuang menolaknya. Zahira merasa kecewa dengan sikap Devan, ia melangkah dengan hati yang begitu terluka. Sidang akan diadakan lagi satu bulan ke depan. Sedangkan Devan tersenyum sinis, ia y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Kamu Cantik Hari Ini

Selesai masak membantu Bibi. Sarah berjalan untuk sesaat terpana dengan tanaman yang mulai berbunga. Ia suka menanam bermacam-macam bunga ada melati bunga lili, mawar dan bugenfil. Sarah langsung bergerak mendekat. Menyiraminya dengan hati yang berbunga pula. Di belakang rumah terdapat gubuk kecil sebuah gazebo dengan tempat duduk lesehannya. Sekilas terlihat tampak sempurna. Ia tersenyum dan kembali dengan akivitasnya menyiram bunga. Sambil membuang pohon bunga yang mulai menguning agar terlihat indah dan fres. "Selamat pagi, Sarah."Sarah kaget melihat ke arah Devan. "Pagi. Lo sudah di sini saja, Den?" Devan hanya cengar-cengir. "Kan semalam, Mas Dev nginep di sini, Mbak Sarah." Jelas Lea. "Oh."Seketika pandangan Sarah menatap arah Devan. Devan mendekat membelikan setangkai bunga mawar dan memberikannya untuk Sarah. "Special for you." Devan menyodorkan bunga itu. "Untukku?""Eumm."Sarah malu dan mengambil bunga itu. "Makasih."Jantung Devan perlahan kembali normal. "Cantik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Putusan Pengadilan

"Sarah, bersabarlah sampai semua selesai."Sarah hanya terdiam kembali menyesap teh aroma melati itu. "Please beri aku kesempatan sekali saja." Tangan Devan tertelungkup didada menunjukkan permohonan yang serius."Hm, dengan berat hati, aku tak mau membuat masalah yang nantinya akan memberatkanmu saat di persidangan." "Kamu benar, demi kebahagiaan kamu dan Shaka akan aku lakukan apapun itu.""Jangan hanya janji Den.""Tidak aku serius, serius ingin menjagamu juga Shaka.""Buktikan." "Ya akan aku buktikan. Istirahatlah ini sudah malam.""Eumm." Sarah bangkit dan meninggalkan Devan sendiri. Terasa sekali nyeri di dada sebelah kiri, padahal Devan sudah rindu berat ingin segera bersatu dengan Sarah juga Shaka. Menjadi keluarga yang ia impi-impikan selama ini. Devan meraih ponsel melihat Sarah dan Shaka yang ia ambil diam-diam tersimpan rapi di galeri ponsel, Devan tersenyum, memori indah antara saat bersama waktu itu berkelebat lagi bagai sebuah oase pemutaran sebuah film yang tiba-ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Sarah Yang Kumau

Devan berjalan bersama Pak Toni. Mereka berdua sibuk membicarakan sesuatu hal. "Pak, terima kasih sudah mempercayakan semua padaku.""Saya yang harusnya berterima kasih. Karena semuanya lancar dan kita berhasil." Devan berkata pada Pengacaranya. Pak Toni bahagia karena bisa mengalahkan keluarga Zahira yang angkuh itu. Dengan adanya kasus itu bisa sedikit membayarkan kebencian Pak Toni pada keluarganya terlebih Papanya yang sok angkuh itu. "Sama-sama ya."Devan tersenyum. "Iya, Pak."Devan memenangkan gugatannya. Beberapa rencananya Zahira gagal juga Devan memiliki beberapa bukti vidio yang tak pernah Zahira pikirkan sebelumnya. Hingga membuat Zahira terlihat bersalah dalam persidangan. "Kau bahagia dengan putusan ini?" sapa Zahira. Devan terdiam. Zahira masih bisa mencium aroma tubuh Devan yang sudah menyusup ke rongga hidung seketika membuncahkan rasa mendalam aroma wangi tubuh Devan yang membuatnya tergila-gila. Rindu itu masih ada, meski berbalut luka yang tercabik-cabik."Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Patah Dua Kali

"Brragghh."Zahira membanting semua barang yang ada di atas meja berhamburan ke lantai. "Bukankah itu yang kau mau? Punya banyak uang. Itu sudah kau dapatkan bukan?" Teriak ZahiraGilang menatap wanita sinis. "Kau egois. Oke aku akan pergi dari hidup payahmu itu." Tekan Gilang. "Ya, pergilah.""Aghhh, kau memang wanita gila. Kau yang harus pergi ini rumahku.""Apa! Ini rumah aku beli dengan uangku."Gilang bangkit dan memberitahu sertifikasi atas namanya. "Aku juga sudah kau manfaatkan selama ini. Waktuku sia-sia hanya menuruti napsumu. Jadi kita impas kan, aku dapat rumah ini dan kamu pergi, sekarang pergilah.""Brengsek kau."Gilang hanya tertawa. "Ya aku akan pergi selamanya darimu." Zahira membanting pintu dengan sangat keras. Berharap jika ia begitu marah, dan pergi dari rumah itu Gilang akan menahannya. "Gilang .... " Panggil Zahira keras. Saat pintu telah dikunci dari dalam oleh Gilang. "Pergilah kita selesai.""Brengsek kamu."Keringat dingin itu menyergapnya dari segala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Sepiring Nasi Goreng

"Dan jangan ganggu! Aku sedang bekerja, Den!" Sarah memukul dada Devan akan tetapi, gerakan itu terhenti saat Devan makin mendekat. "Makin cantik kalau lagi marah.""Den.""Biarkan orang aku, kangen."Sarah tersipu. "Kamu tahu jika aku sangat rindu denganmu.""Apa sih Den.""Lama-lama aku bisa gila jika sebentar saja tak melihatmu." Sarah gugup mendengar kata-kata Devan. Ia lalu mendorong tubuh Devan agak menjauh. "Percayalah bahwa setiap luka yang aku beri dulu pasti aku akan beri obatnya Sarah.""Den jangan berlebihan.""Ini serius, Sarah.''Namun tiba-tiba ponsel Devan bergetar, Pak Adiyasa menelepon. Devan tertawa. "Aku harus pergi, tadi sebenarnya mau diskusi sih sama Papa. Tapi aku tergoda saat melihatmu."Mungkin wajah Sarah sudah memerah kini. Saat Devan terus menggodanya. Devan sedikit menjauh, dan memegang pipi Sarah. "Selamat bekerja, Sayang." Devan sedikit menjauh. "Oh ya palu sudah diketuk dan aku duda sekarang."Sarah hanya diam. Melihat Devan tersenyum dan keluar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status