Semua Bab Gadis Yang Kunodai: Bab 61 - Bab 70

116 Bab

Dinner

Lea mulai merias wajahnya dengan bedak tipis, Lea mengoleskan lipgloss merah muda ke bibir tipisnya. Samar, menyisakan warna merah pupus yang begitu ia suka selesai ia mengenakan dress bruklat itu sangat cantik. "Wao sempurna. Mbak Sarah sangat cantik" Lea dibuat kagum oleh make overnya sendiri. "Cantik banget, Mbak sumpah."Sarah takut. "Tapi Non.""Hanya makan malam gak lebih kok.""Aduh gimana ya.""Mbak santai saja sih. Aman kok Mas Dev juga gak bakalan apa-apain Mbak Sarah."Sarah hanya menarik napas panjang. Terdengar ada yang mengetuk pintu, ternya Dea yang datang. "Masuk."Dea baru saja datang kaget melihat Sarah sudah siap. "Cantik sekali.""Siapa dulu MUA nya.""Ya percaya. Mbak Sarah sudah ditunggu, Mas Dev. Kamu yang akan mengantar Lea?" "Iya."Sarah tersenyum. "Sudah sana.""Terus kalau yang lain tahu bagaimana?""Tenang saja aku yang akan mengantar jadi gak ada yang curiga, Mbak.""Makasih Non.""Sama-sama. Kamu berhak bahagia, Mbak Sarah."Lea mengantar Sarah hingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Tentang Restu

Cukup lama Devan melihat Sarah duduk terdiam di kursi menatap lampu bulat-bulat menyerupai taman itu. Segera setelah lebih baik Devan berjalan mendekati. "Sarah!"Sarah sudah membayangkan jika pasti Majikannya akan marah jika tahu akan hal ini. "Sarah, apa aku salah mengajakmu makan malam?""Den ini yang paling aku takutkan."Terdengar Devan menarik napas dalam-dalam. "Maaf, aku pikir. Tak akan bertemu dengan Mama dan Papa.""Bagaimana ini Den.""Aku boleh duduk?"Sarah bergeser dari tempat duduknya, memberikan ruang untuk Devan agar bisa duduk di sampingnya. "Aku tahu kamu kecewa. Tapi inilah kenyataan yang harus kita hadapi." Sarah tak menjawab. "Kamu marah sama, aku?"Sarah menggeleng. "Kalau aku dipecat bagaimana Den.""Kalau dipecat aku pasti akan menikah denganmu."Sarah menatap Devan. "Dengan atau tanpa persetujuan mereka.""Ya itu janjiku."Sarah tiba-tiba menyenderkan kepalanya di bahu Devan, membuat Devan trenyuh. "Aku lelah Den.""Terkadang Allah memberi ujian yang tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Tak Direstui

Pak Adiyaksa dan Devan membawa tubuh Bu Lili ke arah sofa. Kebetulan Sarah selalu membawa minyak di dalam tas, ia lalu memberikan minyak kayu putih di tengkuk, leher, perut juga hidung. "Sarah apa itu benar, Nak?" tanyanya setelah ia kembali sadar. Sarah terdiam. Gemetar wanita paruh baya itu memeluk Sarah. Wanita paruh baya itu menyusut matanya mendadak basah. "Ceritakan yang sejujurnya Dev? Dimana cucu Mama?''Bu Lili masih memegangi dada. Dadanya terasa sesak saat ini. "Kami punya hubungan dan itu membuat Sarah mengandung tanpa Devan ketahui.""Jadi?""Devan yang brengsek Ma. Devan ingin menebus semua kesalahan Devan pada Sarah.""Lalu dimana cucuku?"Devan mendongak."Dia dipondok, Ma.""Bagaimana wajahnya?''"Tampan Ma.""Tampan?"Dea tak menyangka ia sedikit shok saat mengetahuinya ia hanya tahu jika adiknya punya hubungan dengan Sarah dulu. Berbeda dengan Lea ia sudah mengetahui jika Sarah punya anak, namun ia tak taju jika anak itu adalah buah hari Devan juga Sarah dan Lea
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Rumah Baru

"Papa saja jangan Tuan manggilnya gak enak di dengar."Sarah hanya tersenyum."Sarah aku akan memberikan cucuku Apotek, kamu yang mengelolanya ya.''Sarah tampak terkejut. ''Apa Tuan. Apotek?'' tanya Sarah meskipun itu adalah cita-citanya dari dulu memiliki sebuah Apotik. "Ya, kamu harus terima. Karena ini demi masa depan kalian."Sarah mengembun dan Devan tersenyum lalu maju dan memeluk Papanya. "Makasih banyak, Pa.""Ya Sayang. Aku adalah kepala keluarga harusnya memang mendukung kebahagiaanmu. Jaga Sarah dan cucuku ya.""Ya Pa, Siap." "Devan bawa Sarah ke rumah barumu. Ingat jangan apa-apalan dia sebelum halal.'' Bisik papanya. Devan tertawa kecil. "Siap Pa.""Sarah kamu akan ditemani Lea ke rumah baru Devan ya."Sarah hanya menunduk. "Ngeh Tuan.""Ya aku yang akan jagain Mbak Sarah."Sarah menganggukan kepala. Devan dan Sarah lalu pamit, mobil meninggalkan rumah mewah itu ditemani Lea mereka bertiga menuju rumah baru Devan. Sarah tampak terkejut saat sampai dirumah besar dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Aku Ayahnya

"Lupakan saja Den."Devan pura-pura tak peduli. Yang sejujurnya ia gelisah memikirkan siapa Ibunya Sarah. "Kau suka cincin sama kalungnya?''Sarah menganggukan kepala. "Suka.""Terima kasih Sarah sudah menerimaku."Semakin di perhatikan, makin nyata terlihat semburat merah di sana. "Iya. Aden juga harus bisa meluluhkan hati Nyonya dan Shaka."Devan tersenyum. "Ya. Pasti itu."Kedua sudut bibir Devan tersenyum. Tatapan teduh itu lalu beralih lagi ke sang calon istri. "Jangan sedih lagi. Jika jodoh pasti kamu bisa bertemu Ibumu nanti.""Eumm.""Sarah."Sarah menatap Devan. "Aku memang pendosa karena pernah menodaimu juga bukan ahli ibadah, Sarah. Kadar imanku juga masih setipis tisu. Tapi percaya nggak, aku selalu nyebut nama kamu dalam doa-doaku selama ini. Menginginkan kamu mendampingiku selamanya."Sarah terdiam. Mencerna setiap kata yang baru saja keluar dari lisan laki-laki yang pernah menorehkan luka itu. Sementara mata teduhnya mencoba menyelami lebih dalam pancaran mata bening
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Shaka Demam

Shaka memilih diam dan bungkam. "Oh Anda. Apa itu benar Shaka?""Ya saya Ayah kandung Shaka. Masa ngak percaya?"Anak itu tersenyum. "Perkenalkan saya Zakir Pak." Anak itu menjabat tangan Devan. "Saya Akwan, Pak." Sapa teman satunya. "Saya Devan Ayah Shaka." Devan dengan tegas menyatakan itu. "Baiklah Shaka kami masuk dulu ya."Shaka tersenyum. "Ya.""Pak." Shaka berkata setelah mereka pergi. Devan tersenyum. "Sudah ya jangan sedih. Ayah ada disini.""Ayah?"Devan tersenyum. "Ya karena mulai saat ini aku Ayah kamu."Shaka terdiam sebentar. "Pak Devan. Mengapa harga diri Bundaku selalu dipertanyakan? Mengapa mereka tidak melihat apa yang sudah Bundaku lakukan untuk mendidikku? Mereka sibuk menghakimi dari mana asalku. Tanpa melihat bagaimana Bunda mempertahankan aku seorang diri."Devan berkaca-kaca ia lalu memeluk Shaka erat. "Maafkan Ayah, Nak."Devan tak pernah tahu apa yang dirasakan putranya bergitu tersiksa selama ini, Devan begitu terluka dengan apa yang terjadi pada putra
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Mau Memaafkan Ayah?

Cukup lama Sarah melihat Shaka duduk terdiam di kursi menatap lampu bangunan tinggi dari balkon. Segera setelah lebih baik berjalan mendekati, namun langkahnya tertahan oleh suara Sarah. "Sarah!"Sarah sudah membayangkan jika pasti Shaka akan marah akan hal ini. "Sarah, apa aku salah?""Mas hanya belum mengenal Shaka. Ini yang paling aku takutkan, dia kecewa dan sakit hati."Terdengar Devan menarik napas dalam-dalam. "Maaf, aku pikir Shaka akan menerimaku.""Biar, aku yang menenangkan Shaka, Mas."Devan mengangguk pelan. "Ya."Berlahan Sarah berjalan mendekati Shaka yang terdiam. "Bunda boleh duduk?"Shaka bergeser dari tempat duduknya, memberikan ruang untuk Sarah agar bisa duduk di sampingnya. "Kenapa? Bunda tahu kamu kecewa. Tapi inilah kenyataannya, Nak. Maaf untuk semuanya tapi inilah takdir kita." Shaka tak menjawab. "Shaka marah sama, Bunda?"Shaka menggeleng kemudian memeluk Sarah. "Shaka sayang Bunda. Shaka hanya kecewa. Selama ini Ayah menghilang. Kenapa tiba-tiba munc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Studio Foto

Tinggal beberapa hari lagi pernikahan Sarah dan Devan setelah mengantongi restu dari Shaka. Devan baru kali ini merasa menyukai seseorang dengan begitu dalam. Tak pernah muncul perasaan main-main. Sebenarnya Devan sedikit gelisah, takut terjadi sesuatu dengan pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari. Devan bersyukur karena hasil banding pun Zahira tetap kalah. Persiapan pernikahan hampir delapan puluh persen. Ia berharap jika semuanya akan baik-baik saja. Sesaat ponsel Devan berbunyi, sang adik menelepon. "Mas, hari ini jadwal kamu fitting baju bersama Mbak Sarah dan Shaka lo, jangan sampai lupa lo ya." Suara Dea terdengar khawatir dari seberang sana. Devan tersenyum. "Iya. Aku ingat kok.""Awas jangan sampai lupa lo. Selesai fitting baju aku akan ke rumahmu bersama Tiara pengen ketemu Shaka.""Iya iya beres. Tapi Mama?""Mama masih keukeuh. Sabar ya.""Ya."Devan lalu menutup panggil teleponnya, Devan datang melamar ke Bibi Nik tadi pagi, karena hanya itu saudara dari Ayah Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Aku Mencintaimu

Mereka berpamitan keluar studio foto Devan berlari ke arah mobil mengambil flatshoes untuk Sarah, ia tak tega jika melihat Sarah kesulitan memakai heels. "Ini.""Emm, makasih."Devan mengangguk. "Ayo masuk," katanya. Dengan santun Devan membuka pintu bagian tengah, mempersilahkan Shaka duduk di kursi belakang. Kemudian ia membantu Sarah menduduki jok bagian depan. Mobil kembali melaju. "Mau makan dulu apa langsung ke Butik, Sarah?""Emm, lapar sih. Tapi ke Butik dulu saja deh, Mas."Devan menatap sekilas wajah Sarah yang kecapekan namun terlihat cantik. "Yakin, nanti masuk angin kalau ngak makan dulu?""Tadi sudah makan puding sama Shaka sih tadi jadi masih aman.""Oke?""Makan dulu deh lapar aku Bunda, kita makan gule kambing saja ya, aku sudah rindu sama masakan itu." Pinta Shaka. Devan mengangguk. "Oke jadi kita makan dulu.""Ya Ayah.''Devan membawa mereka ke kedai sate gule dimana itu makanan favorit Shaka dan Sarah. Meskipun Devan harus mencari dimana letak pedagang sate itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Most beautiful wedding

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Panggil Mama saja jangan Nyonya."Sarah menangis, yang dibalas dengan senyuman di sudut bibir oleh Bu Lili, Bu Lili lalu mengambil tangan Sarah, membuka telapaknya dan meletakkan sesuatu di sana. Sarah terkejut melihat ada sebuah gelang emas dengan satu mutiara putih kecil sebagai hiasannya."Mama.""Nah begitu. Ini untukmu. Pakailah."Tenggorokan Sarah rasanya tercekat. Sarah pandangi gelang indah itu, benda pertama yang diberikan Bu Lili untuknya. Bu Lili mengambilnya lagi lalu memasangnya di tangan sebelah kiri. Ternyata sangat pas dan bagus."Bagus pas ditangan kamu.""Terima kasih. Ini bagus sekali."Bu Lili diam saja, memperhatikan benda di jari Sarah sangat pas. "Itu hadiah dari Mama dan Papa. Mama membelinya satu minggu kemarin untukmu, Sarah."Sarah mendongak kaget. Apa beliau sudah menyetujui dirinya dan Devan. "Mama.""Iya, Mama bingung mau pilih yang mana lalu pilihan jatuh pada gelang ini yang Mama pilih, bagus kan?""Hu um bagus sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status