Semua Bab Gadis Yang Kunodai: Bab 81 - Bab 90

116 Bab

Rasanya Rindu

Devan menurunkan Sarah tepat di depan Apotek. Kini Sarah masuk ke dalam Apotek miliknya, Sarah sudah punya tiga karyawan dan satu sebagai pengawas adalah Geasya temannya yang baru datang. "Maaf aku terlambat. Tadi di perempatan jalan macet panjang karena ada jalan yang dibangun apa." Jelas Sarah yang baru saja datang. "Nggak apa-apa, lagian ini kan toko kamu gimana sih." Sarah tertawa. "Shaka bagimana kabarnya. Aku sudah kangen dengannya lama sekali aku tak pernah bertemu." "Shaka baik. Ya belom ada liburan, Ge.""Bagaimana apa dia bisa menerima Dev sebagai Ayahnya?''"Alhamdulillah, sangat menerima.""Syukurlah."Geasya berusaha tersenyum, demi menutupi rasa gugup, ia tahu jika Sarah tak suka jika dirinya meninggakan suaminya dan membiarkan bersama pelakor itu. "Mau minum apa nih?" tanya Geasya mengalihkan pembicaraan. "Seperti biasa deh." Geasya membuatkan teh hangat untuk Sarah, Geasya tahu apa saja kesukaan temannya itu. "Lo yakin mantanmu sudah menikahi gadis itu?" tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Serba Salah

"Kok bisa ya. Wanita penggangu nyatanya bisa hidup bahagia." Hinanya lagi. "Siapa yang pelakor, apa Anda amnesia. Apa Anda lupa sejak kuliah Anda mengincar Mas Devan." Ucapan Sarah menohok benar dan menyakitkan.Zahira tertawa. "Sok tahu.""Aku bahkan tahu siapa kamu Zahira.""Wanita sundal," kesalnya. Tentu saja Sarah enggan merespon, karena ia tak akan melawan Zahira. Sarah tak ingin membuat Devan malu oleh sikapnya dihadapkan Pak Dedi juga rekan kerja lainnya. Sarah bersabar agar tak terpancing emosi. "Awas kamu ya, kamu tidak akan bahagia dengan Mas Dev." Ancamnya. "Aku cukup bahagia mendapatkan raga juga hati Mas Dev,” sindir Sarah."Miris sekali nasibmu. Harusnya kamu sadar diri dong," hinanya.Sarah tertawa dalam hati, meladeni Zahira yang sudah mulai tak waras. Andai saja bukan di pernikahan putri Pak Dedi, Sarah pasti sudah menjawab dengan lantang. Sayangnya, Sarah menghargai diri sendiri sebagai istri dari pengusaha sukses juga pemilik perusahaan Cahaya Gemilang. "Kena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Candu

Sarah mengambilkan nasi juga rica-rica ayam. Tadi pagi selesai Salat Subuh Sarah dan Mbok Mi masak rica-rica ayam kesukaan Devan juga ada mie bihun goreng. "Kayaknya enak nih." Kata Devan yang baru saja bergabung. "Ya, ayo sarapan, Mas. Mie bihunnya mau, Mas?""Mau dikit saja."Sarah lalu memberikan makanan dalam piring itu untuk suaminya. "Makasih Sayang.""Sama-sama Mas."Kini mereka diam menikmati sarapan bersama hanya berdua. "Aku rindu Shaka, Sayang."Sarah tersenyum. "Mas kemarin jum'at kita juga habis jenguk kan."Devan mengangguk. "Ya tapi rindu, rumah juga sepi ngak ada dia.""Biarkan dia belajar, tugas kita membekali Ilmu, Mas. Agar Shaka jadi orang yang berilmu.""Aamiin. Iya sih Sayang tapi aku rindu."Sarah tersenyum. "Kalau rindu kenapa gak jenguk saja. Lagian Mas kan salah satu donatur tetap jadi pasti gak ada masalah jika ke sana.""Oh iya aku lupa. Bener juga sayang,"Sarah tersenyum. Lalu mengemasi piring kotor selesai makan menarihnya di wastafel mencucinya lalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Gak Enak Badan

Pagi hari Sarah menyisir rambut dan mengeringkannya dengan hairdryer. Selesai ia melihat ke arah cendela terlihat di sana burung beterbangan beberapa ekor, melompat melalui ranting ke ranting kecil di atas pohon mangga. Angin bertiup lembut di atas sana, langit hitam menghiasi dan gerimis pun mengguyur kota tempat tinggalnya. "Kenapa sedih begitu wahai, istriku." Bisik Devan ditelinga istrinya. "Emm, lagi malas saja, Mas.""Kenapa?''"Gak kenapa-napa. Malas saja pagi-pagi hujan begini," jawabnya dengan suara pelan. Devan memeluk istrinya, menatap dengan mata yang masih kebingungan. "Ada yang tak aku tahu?"Sarah menggelengkan kepala. "Tidak.""Terus kenapa Sayang? Lalu, kamu bersedih karena apa?"Mereka sama-sama diam untuk detik-detik panjang. Devan masih setia memeluk, dan menanti jawaban dari pertanyaannya pada Sarah. "Entahlah, aku gak tenang saja, Mas.""Jangan pikirkan itu. Semua akan baik-baik saja ya. Kali ini aku akan ada di sampingmu dan menjagamu.""Hmm.""Sudah. Sini p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Liontin

"Mas yakin sudah sembuh?''"Yakin Sayang."Devan mendapatkan telepon dari kantor, kini Sarah sedang membantu Devan memakaikan dasi namun suara ponsel Sarah membuatnya berhenti membantu suaminya memasangkan dasi. "Angkatlah." Ucapan Devan membuat Sarah menghentikan aktivitasnya. "Ya Mas."Sarah berjalan mengambil ponsel di atas nakas. "Siapa?""Mama, ada apa ya, Mas?""Angkat saja siapa tahu penting."Sarah mengangguk lalu menganggkat telepon. "Ke Apotek ya, Sayang?" tanya sang mertua diseberang sana. "Ya Ma. Cuma mengecek saja rencananya mau diantar sama Mas Devan.""Sayang, bisa antarkan Mama ke rumah sakit gak soalnya Mama mau periksa."Sarah menatap Devan meminta izin lalu Devan mengangguk. "Ya Ma. Tapi Mama sakit apa?" tanya Sarah cemas. "Mama lagi gak enak badan, mual dan sepertinya kembung nih perut Mama. Apa mungkin masuk angin ya?""Bisa jadi sih Ma.""Makanya antarin Mama ya.''"Iya Ma nanti saya ke rumah Mama.""Iya, Mama tunggu ya.""Ya Ma."Sarah lalu mematikan ponse
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Menolong Sarah Saat Itu

Sore itu bu Selin kehilangan selera makan. Rasa sepi membuatnya malas beraktifitas bahkan untuk sekadar mengisi perut. Datang ke beberapa acara perusahaan sedikit menghibur dan menenangkan hati, tapi tak dapat membunuh rindu pada seorang anak.Mobil berhenti di halaman rumah Devan. Bu Selin rindu tangisan kecilnya dulu, rindu saat menggendongnya. Sekarang bahkan saat dekat saja ia tak mampu menyentuh, mendengar suaranya saja sudah membuat hatinya tenang. Lalu bagaimana saat hari-hari hampa mereka jalani dengan kekosongan tanpa kehadiran Sarah? Pernahkah Bu Selin mengerti sebesar apa rindunya pada sang buah hati? Pernahkah ia mau mengukur sedalam apa rindunya itu?" "Ma, yakin kita tak masuk? Mumpung mereka ada di rumah?" tanya Sando seraya menggenggam tangan wanita itu. Bu Selin menggelengkan kepala. "Jika memang ada kesempatan kenapa tidak, jangan buat kesalahan untuk kedua kalinya, Ma." Jelas Sando. Bu Selin termenung sejenak. "Emm apa pantas Mama di beri kesempatan?""Ma itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Mimpi Buruk

Tiba-tiba sepasang tangan kekar merengkuh dan memeluk punggung Shaka. Refleks Shaka memutar badan, membalas pelukan hangat seorang Ayah. "Kenapa melamun saja?" tanya Devan pada putranya. Membuat Shaka terkejut. "Ayah, bikin kaget saja.""Habisnya kenapa sore-sore sendirian, melamun lagi?"Shaka terdiam. "Kenapa sih?""Emm.""Kenapa?""Dulu saat di kampung Shaka ingin seperti Alia, Dinda dan Dimas yang mempunyai seorang Bapak. Saat terlambat pulang, mereka selalu dicari, sedangkan aku ... tidak ada, Ayah. Mereka pernah cerita pada Shaka bahwa setiap hari dimarahi Bapaknya. Namun, kata Pak Ustadz, orang tua memarahi itu karena mereka sayang kepada anaknya. Meskipun Bunda tidak pernah marah namun aku begitu merindukan sosok, Ayah." Jelasnya. Devan seolah merasa tertampar oleh ucapan Shaka, ia tak pernah berpikir jika Shaka serapuh itu. Akhirnya tanpa sadar Shaka mengeluarkan uneg-uneg dalam hatinya selama ini. "Meskipun Bapaknya Dinda galak, dia sering menjemput Dinda saat pulang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Dia Putriku

Devan melerai pelukan, menatap istrinya dengan mata yang masih kebingungan. "Ada yang tak aku tahu?""Hmmm." Sarah memberikan liontin itu pada suaminya. "Kamu bersedih karena ini?" tanyanya. Sarah mengangukan kepala. "Sempat shok sih. Selama ini aku masih punya Mama ternyata.""Oke nanti aku bantu cari ya. Dia pasti juga merindukanmu," lanjut Devan sambil membelai rambut Sarah penuh kasih."Entahlah, apa bisa, Mas.""Jangan pikirkan itu. Semua akan membaik ya. Kali ini aku akan ada di sampingmu terus. Dan kita akan cari sama-sama.""Hmm.""Sudah. Sini peluk."Sarah tersenyum entah selembut itu suaminya. "Jangan dipikirkan ingat kandunganmu."Sarah tersenyum. "Aku akan selalu mendukungmu apapun itu.""Emm sebenarnya agak aneh saja, selama ini dia bagai ditelan bumi. Bahkan aku belom sempat melihat wajah ibuku."Devan hanya mengelus perut istrinya. "Apa yang harus aku lakukan, Mas?""Lakukan apa yang menurutmu baik. Bagaimana pun dia yang telah melahirkanmu, pasti dia punya alasan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Tes DNA

"Maksudnya?" tanya Bibi Nik tak mengerti. Bu Selin tersenyum menelan saliva. Kerongkongan terasa sangat tandus dan kering. "Setelah kepergianku Mas Hadi mencariku lagi dan kami diam-diam bertemu dan kembali menjalin hubungan setelahnya aku mengandung Sando. Lagi Papaku memisahkan kami lagi."Mak Nik hanya mengangguk pelan, seraya menatapnya. "Ya, Hadi pernah bilang padaku, jika ia sering menemuimu."Bu Selin mengangguk. "Kamu mirip sekali dengan Ayahmu. Nak." Bibi Nik juga ikut sesegukan. "Nggeh, Bibi.""Kasihan sekali kamu dan Sarah tak pernah bertemu."Sando hanya diam dan menunduk entah apa yang ada dalam pikirannya. Bu Selin mengatur napas dengan baik, entah ini yang terbaik atau sebaliknya yang jelas ingatan akan wajah almarhum itu tak pernah pudar. Selalu berorasi setiap waktunya berputar dalam ingatannya. Bulir bening berhasil lolos dari sudut matanya lagi. Ada rasa sesak di paru-paru yang membuat sulit untuk bernapas. Rasa sesak yang menghampiri membuat jatuh dalam keterpu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Salah Dan Kalah

Ada banyak yang Sarah pikirkan, membuat kecemasan meningkat drastis. Pagi tadi Bu Lili menelepon mengajak Sarah untuk menemaninya. Dugaannya benar, pagi sekali Bu Lili sudah datang, tetapi kali ini meminta Sarah menemaninya periksa ke dokter gigi. "Serius enggak ikut?" tanyanya pada Shaka sang putra. "Enggak Bunda. Tapi belikan makanan saja ya."Sarah mengangguk. "Baiklah, Sayang."Sengaja mereka berangkat lebih pagi. Bahkan, Sarah juga sudah minta izin Devan via telepon. Di dalam mobil, Bu Lili berbicara panjang lebar pada Sarah. Menceritakan Lea yang tak kunjung punya kekasih. "Jadi ke Dokter pribadi apa ke rumah sakit langganan, Mama?" tanya Sarah pada mertuanya. "Enaknya gimana ya. Aduh, Mama sudah enggak tahan sakit banget, Sarah.""Ya kalau jam segini, ke Dokter saja Ma. Masih jam praktek di rumah juga."Bu Lili tersenyum dan mengangguk pelan, pertanda setuju perkataan Sarah. Mobil terparkir di Dokter spesialis gigi, mereka keluar dan masuk. Ternyata antre juga terpaksa mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status