Home / Romansa / Gadis Yang Kunodai / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Gadis Yang Kunodai: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Cemas

Turun dari mobil, Devan sedikit menjauh karena menerima panggilan telepon. Sarah melangkah masuk menunggu suaminya duduk di bangku rumah sakit. Selesai Devan menelepon mereka berjalan melewati koridor rumah sakit, menaiki lift dan turun di lantai tertinggi. Kali ini Sarah melihat suasana yang berbeda. Hati Sarah mendadak berdebar, semakin melangkah, debarannya pun kian kencang. Sekali lagi ini pertanda yang biasa Sarah sebentar lagi akan mengetahui hasil tesnya. Mereka akhirnya sampai di ruangan itu. "Sayang kamu siap?"Sarah terdiam memeganggi lengan Devan erat. "Sayang kamu baik-baik saja?" tanya Devan lagi. "Nervous, Mas.""Aku yakin kamu bisa terima kenyataan mana yang baik dan mana yang buruk. Kamu wanita hebat, dan mungkin aku tak akan bisa setegar kamu."Sarah mengangguk. "Pak Devan. Hasilnya sudah keluar silahkan masuk.""Ya."Setelah lebih dari sepuluh hari dalam penantian, akhirnya hari itu pun tiba. Hari dimana test DNA itu ke luar. Kali ini Sarah masuk ruangan lap bers
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Mau Dipeluk?

Malam kian larut. Sunyi yang terdengar hanya bunyi keyboard laptop dari ruang kerja Devan. Malam itu Devan kerja lembur di rumah. Ada beberapa kerjaan yang akan ditanganinya. Sarah gelisah tak bisa memejam, Kepalanya terasa nyeri ia berusaha mengatur napas agar tak terasa sesak. Sarah sudah masuk kamar sejak tadi. Biasanya ia akan menemani dan sedikit membantu jika Devan lembur. Tapi sekarang dirinya malas. Ia membaringkan tubuh di atas ranjang. Rasa pusing yang siang tadi diabaikan, Belum lagi dengan permasalahan yang di ciptakannya sendiri soal Ibunya itu. "Sayang, kok belom tidur sih?" tanya Devan mematikan laptopnya. "Gak bisa tidur, Mas.""Hmm. Mau dipeluk?""Mau.""Sini."Lagi-lagi Sarah diam tidak berkutik begitu melihat ke dalam legamnya bola mata elangnya. Seolah-olah separuh nyawa Sarah dibawa terbang dalam dekapannya. Keduanya saling memandang. Sarah tahu sayu netra Devan penuh rayuan. Dan membuatnya paham, sorot mata itu akan bermuara kemana. Bercinta.Benar saja, bibir
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Memaafkan Mama

Di ambang pintu, Devan berdiri canggung. Sedangkan Sarah menatap suaminya sekilas, berjalan lalu beralih menatap Devan lagi. "Mas?" Panggilan itu membuat Devan menoleh. "Kenapa, Sayang?" tanyanya. "Gak papa kenapa berdiri di situ." "Tidak apa-apa. Kamu cantik, baik, kenapa tak maafkan Bu Selin. Jangan sampai kamu menyesal kehilangannya." Kata Devan membuat Sarah menghentikannya langkahnya. Dan langkah Devan pun tidak beranjak sama sekali. "Temuilah Ibumu, Sayang." Sarah terdiam. "Aku tahu kamu kecewa. Tapi ibumu itu sering keluar masuk rumah sakit lo." Sarah masih diam, ia membawa nampan berisi secangkir kopi memberikannya pada Devan. "Kopinya, Mas." Devan mengangguk, lalu membiarkan Sarah melangkah meninggalkan dapur. "Sayang." "Ya aku dengar, Mas." "Kau juga memberikan aku kesempatan kedua, meskipun aku telah menyakitimu bukan. Ayolah kau ini istriku yang paling cantik dan baik." Bujuknya. Sarah hanya menarik senyuman di sudut bibirnya. "Bajumu bagus." Devan men
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Devan Ngidam

"Aku tahu Mama banyak melakukan kesalahan karena meninggalkan Ayahmu tapi percayalah hanya ada nama Ayahmu dihati, Mama," ucap Bu Selin membuat Sarah tersadar ini lamunan indahnya. "Aku masih ingat jika Ayah selalu membicarakanmu, Ma." Mama Selin tersenyum. "Benarkah?" "Emm, aku masih ingat. Ayah bilang jika mama adalah Permaisuri hatinya." Bu Selin mengembun. "Ya, Mama yang salah, Nak." Sarah terdiam menatap wanita yang memucat itu. "Seperti apa wajah Ibuku, Ayah?" tanya Sarah pada lelaki yang masih muda kala itu. "Ibumu seperti bidadari, Nak. Kecantikannya sama seperti dirimu. Tidak ada seorang pun yang bisa menyaingi hatinya yang baik." Sarah begitu terluka saat mengingat itu, apalagi Neneknya bilang jika Ibunya sudah meninggal karena kecelakaan. Hati Sarah saat itu hancur. "Sarah." Panggil Bu Selin membuat Sarah tersadar dari lamunannya. "Iya, Ma." "Terima kasih telah memafkan, Mama." Sarah mengangguk. "Sarah juga terima kasih waktu itu mendonorkan darah untuk, Sa
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Selamat Ulang Tahun

Akhirnya mereka keluar, di sepanjang perjalanan Sarah hanya bingung menatap suaminya yang kebelet makan soto ayam kampung itu. Tujuan mereka adalah soto ayam kampung, tak lama mereka telah sampai di soto ayam kampung. Devan memesan tiga porsi soto. Membuat Sarah menggelengkan kepala. Kini tiga porsi soto sudah sampai di depan Devan. "Sayang kamu satu porsi saja ya. Nah yang dua ini aku."Sarah menggelenhkan kepala ragu. "Ya baiklah."Aroma wangi masakan khas soto ayam kampung menyambut penciuman Devan, saat pria itu menambahkan kecap juga cabai rawit dan langsung menyantapnya. Sarah sampai bingung melihatnya memakan dua porsi dalam sekejap. "Mas pelan-pelan makannya astaga."Devan tertawa kecil. "Iya.""Sudah kenyang?" tanya Sarah setelah melihat dua porsi itu habis. "Aku pengen rujak di depan itu."Kembali Sarah hanya mengangguk. "Hah.""Plis.""Ya baiklah."Selesai membayar Devan mengikuti Sarah yang lagi memesan rujak. "Bang satu rujak petis gak pedas ya," ujar Sarah sedikit be
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Buah Dari Do'a

"Dengar semuanya, ini adalah putriku Sarah yang hilang. Yang pernah aku ceritakan waktu itu. Dan aku sudah menemukannya kembali. Kenalkan ini putriku.""Selamat Nyonya. Cantik seperti Nyonya. Semoga dengan hadirnya putrinya Sarah, Anda kembali sehat terus." Kata para asisten. "Aamiin.""Perkenalkan saya, Sarah. Saya seorang istri dan ibu dari seorang anak bernama Shaka.""Salam kenal, Non Sarah." Ucap para asisten. Sarah tersenyum. Lalu menganggukkan kepala. "Satu lagi, Mbak?" tanya Sando tersenyum simpul. "Apa?" tanya balik Sarah. "Suami Mbak Sarah belom.""Oh iya suami saya Devan, beliau masih bekerja belum bisa datang."Semua Asisten menganggukkan kepala. "Dan satu lagi Mbak Sarah sedang hamil."Sarah memukul lengan adiknya itu. "Auww sakit Mbak.""Sando reseh deh."Sando tertawa dan Semuanya pun ikut tertawa. Entah karena belum menyadari sesederhana itu bisa membuat Sarah bahagia. Yang jelas, hari ini Sarah terlalu bahagia hingga rasanya seperti sebuah mimpi. Rumah yang sa
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Aku Cemburu

"Assalamu'alaikum."Wa'alaikumsalam.""Kesini ama siapa, Ma?" tanya Devan mendekat dan mencium punggung tangan Bu Lili setelah memasuki ruang tengah. "Dianterin Lea tadi.""Sudah makan Ma?""Eumm Sarah manjain kita dengan sayur asam juga pepes pindang." Jelas Bu Lili. Wanita paruh baya ibunya itu sedang duduk santai menikmati secangkir teh sambil menemani Shaka makan kue."Terus Sarah mana, Ma?""Baru saja masuk kamar, Dev.""Baru pulang, Ayah?" Shaka mengalihkan pandangannya ke arah Ayahnya itu."Iya, Sayang. Nih Ayah bawakan kamu martabak.""Makasih Ayah.""Ya. Ayah temui, Bunda dulu ya," Devan mengelus rambut Shaka. "Iya, Ayah.""Ma aku permisi masuk kamar dulu, ya. Gerah mau mandi," pamit Devan memberi alasan. Padahal hatinya sudah tidak sabar untuk menemui istrinya."Iya, sana biar seger." Pelan, Devan membuka kamar namun tak di dapati Sarah di sana dan kemudian Devan melangkah masuk menuju kamar mandi. Sarah mendengar suara shower yang menyala dari dalam kamar mandi. itu b
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Tumis Kangkung

Sarah memandangi hujan yang turun dari jendela ruangan rumah mamanya. Bau bunga-bunga begitu harum merasuk ke indera penciumannya. Dulu baginya hujan adalah sebuah kesedihan namun sekarang tak lagi karena ada Devan yang setia menemani hari-harinya. Bahagia tentu saja karena perhatiannya semakin hari semakin menghangat. Dulu, Sarah membenci kekecewaan. Baginya air mata hanyalah kesia-siaan. Sekarang, sesuatu yang tak disukai itu menjadi jalan untuk membuatnya makin banyak belajar akan arti dari kata iklas. Butir-butir air membasahi wajah Sarah, seolah berkejaran dengan rinai di luar sana."Sayang." Panggil Bu Selin yang baru saja datang. Sarah tersenyum menatap ke arah mamanya. "Mama, sudah pulang, bagaimana hasil ceknya?"Bu Selin mencium pipi Sarah. "Sudah, aman semua normal.""Alhamdulilah, sehat terus ya, Ma."Bu Selin memeluk putrinya. "Aamiin. Mana Dev sama cucu Mama?"Sarah tersenyum dan berjalan lalu duduk di samping mamanya. "Kan Mas Dev kerja, Shaka juga sudah balik mondok
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Takut Kehilangan

Setelah makan malam, Sarah terlihat sibuk meracik secangkir kopi, juga segelas susu hangat bumil yang sepertinya pas dinikmati pada malam dingin seperti ini. Ia berjalan ke kamar atas menemui suaminya yang masih sibuk bekerja di depan laptop. Devan menatap sekilas ke arah Sarah, senyuman kecil pun langsung ia lemparkan ke arah sang istri. "Nih, Mas mumpung masih hangat."Sarah berjalan menaruh kopi panas di depan suaminya tepatnya di atas meja kerjanya. "Makasih ya, Sayang," Sejenak susana begitu hening. Karena Devan tengah sibuk bekerja, sedangkan Sarah menikmati susu bumil. "Mas!" "Hmmn," jawabnya dengan pandangan yang langsung tertuju kepada Sarah."Mas, jadi masih lama ngerjainnya" tanya Sarah seketika membuat raut wajah yang masih serius. Devan menyeruput kopi panas, lalu meletakkan lagi ke atas meja. "Sebentar lagi, Sayang. Ini sudah kok."Sekilas Devan menatap Sarah. Sedang Sarah tak berani membalas tatapannya. Yang ia lakukan hanya menunduk memegang gelas susu lalu mene
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Apa Melahirkan?

"Aku sangat rindu dengan Shaka lama kami tak bertemu.""Ya memang sudah lama kalian tak saling ketemu."Devan terdiam. Yang Devan lakukan sekarang hanyalah membiarkan alur yang membawanya. Devan tak boleh egois bagaimanapun Sarah dan Saga adalah sahabat dari kecil. Devan tersenyum. "Biar aku yang panggil kan."Sarah mencegahnya. "Biar aku yang panggilkan, Mas. Sekalian aku mau makan ayam ini lapar banget soalnya. Mas saja reunian sama Mas Saga ya, bukankah kalian dulu best friends."Devan menggeleng, "katanya tadi ngak lapar?""Kan tadi sekarang lapar banget malah." Devan kesal. "Emm."Saga menyesap teh lalu tersenyum. "Ya makanlah yang banyak. Devan tak tahu makanan kesukaanmu kan." Ejek Saga membuat Devan tertawa. Sarah pun ikut tertawa, "ok aku ke dalam dulu. Aku panggilkan Shaka."Saga mengangguk. "Ya."Sementara Devan tertawa ia begitu cemburu hingga melupakan persahabatan yang sudah ia bina dengan Saga hampir dua tahun saat masih sama-sama kuliah. "Ada angin apa kemari?" tan
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status