Semua Bab Rahasia Dibalik Kepergian Istriku: Bab 81 - Bab 90

133 Bab

BAB 81

Ethan duduk di ruang konsultasi dengan tangan terlipat di atas meja matanya yang tajam menatap wanita berjas putih di depannya. Ekspresi wajahnya mencerminkan kekhawatiran yang bercampur frustrasi. Ia baru saja menceritakan apa yang terjadi, tentang ingatan samar yang muncul, isak tangis Dira yang berakhir dengan pagi hari yang ceria seolah tidak terjadi apa-apa. Dokter Elizabeth, psikiater berpengalaman dengan wajah menenangkan menghela napas panjang sebelum bicara dengan suara tenang namun serius. “Apa yang dialami istri Anda adalah bagian dari respon alami otak terhadap trauma. Secara medis kami menyebutnya sebagai dissociative amnesia—otak memblokir atau menekan ingatan traumatis yang terlalu sulit untuk dihadapi. Dalam kasus Dira, memori samar dan kilasan yang muncul adalah fragmen dari pengalaman masa lalunya.” Ethan mengernyit. “Lalu kenapa dia melupakan kejadian semalam? Dia menangis histeris dan pagi ini dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.” Dokter Elizabeth mengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

BAB 82

“Apa itu?”Ethan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya terkejut mendapati Dira yang ‘terlihat sibuk’ dan larut dalam dunianya sendiri. Biasanya Dira suka memasak dan menyetel musik sebagai bentuk kesenangan pribadi. Keheningan yang melingkupi apartemen mereka terasa aneh hingga Ethan mendapati istrinya tengah sibuk dengan sesuatu yang menjawab rasa penasarannya kenapa apartemen mereka tiba-tiba ‘diam’.Dira berbalik, dengan semangat menunjukkan tablet miliknya.“Aku membuat blog. Bagaimana menurutmu?”Ethan menatap blog yang baru dibuat istrinya. Ia mengernyit. “Kau membuat blog tentang “Talk To Me?” apa maksudnya ini?”Dengan lembut Dira mendorong Ethan untuk duduk di sofa, berhadapan dengannya.“Talk To Me adalah blog di mana orang-orang bisa menceritakan apa saja yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang lain. Apa pun. Jika mereka menginginkan saran aku akan memberikannya—tentu saja pendapatku bukan secara profesional, jika mereka hanya membutuhkan pendengar yang baik dalam h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

BAB 83

Saat Ethan membuka mata, cahaya pagi yang lembut masuk melalui tirai tipis di jendela kamar mereka, menciptakan semburat keemasan di setiap sudut ruangan. Ethan terbangun dengan perlahan, matanya yang masih setengah terpejam menyapu ruang kamar yang sunyi. Ethan menoleh ke samping, menatap wajah istrinya yang cantik terlelap di bantal. Ia tersenyum lembut, dengan hati-hati Ethan berbalik dan menyandarkan kepala pada tangan yang bertumpu di bantal, menatap Dira yang terlelap dalam tidur yang tenang. Bibirnya yang merah sewarna kelopak mawar sedikit terbuka, menggodanya hingga pada batas yang membuatnya nyeri. Ethan masih berbaring sambil menatap istrinya saat ponselnya bergetar. Dengan enggan Ethan meraih ponselnya. “Ethan di sini,” ucapnya, berusaha menahan kejengkelan. Suara COO, Marcus terdengar di ujung telepon. “Ethan, kita punya masalah besar. Kita kehilangan proyek SouthBay ke kompetitor. Tim legal dan aku sedang menginvestigasi, tapi menurutku ini lebih dari sekadar kesala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

BAB 84

“Bagaimana respon mitra kita di SouthBay?” tanya Ethan, suaranya terdengar seperti ancaman dibalik kabut. “Mereka mengkalim keputusan sudah final,” jawab Benjamin. “Tapi ada indikasi kalau mereka juga ditekan oleh pihak VintraCorp untuk segera menandatangani kontrak.” Ethan menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap grafik yang terus berkedip di layar. Ketegangan di ruangan semakin terasa. Beberapa orang bahkan terlihat menghapus keringat dari dahinya meski suhu ruangan memastikan setiap orang tidak akan kepanasan. “Baik,” Ethan akhirnya berkata. “Aku akan pergi ke Eropa. Kita butuh jawaban dari mereka, dan aku akan memastikan kita mendapatkan jawaban itu langsung dari sumbernya. Benjamin, tangani situasi dari sini sementara aku pergi.” sekarang Ethan menatap Marcus. “Marcus, aku butuh daftar semua kontak penting yang terlibat, termasuk siapa pun yang bisa memberikan keuntungan dalam negosiasi ulang. Ini belum selesai.” Setelah memberikan instruksi terakhirnya, perlahan semua ora
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

BAB 85

Dira melangkah keluar dari jet pribadi dengan mantel musim dingin yang membalut tubuhnya, melindunginya dari angin dingin yang menyapa begitu mereka tiba di Bandara Amsterdam Lelystad. Hembusan angin sejuk membawa aroma salju yang segar, membuat pipinya sedikit memerah. Ia menarik erat mantel musim dinginnya, sementara Ethan berjalan di sisinya, tampak serius seperti biasa. Sebuah Mercedes-Ben S Class hitam mengkilap sudah menunggu di ujung landasan, dengan seorang sopir dan seorang pria bersetelan rapi.Si pria bersetelan mendekat sambil menjabat tangan Ethan. “Welkom, mijinheer.” Selamat datang, Tuan.Ethan membalas sapaannya. “Dank u, Adam.”Adam mengangguk formal. “Saya sudah menyiapkan semua laporan yang Anda butuhkan. Semuanya ada di sini, Sir.”Ethan menerimanya sementara mereka berjalan ke mobil yang sudah menunggu. “Apa semuanya sudah siap?”“Sudah, Sir, kapan pun Anda siap saya akan datang. Katakan saja.”Ethan mengangguk. "Aku akan memberimu kabar secepatnya."Dira pikir A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

BAB 86

Setelah perjalanan kurang dari lima belas menit menggunakan transportasi umum, Dira akhirnya menginjakan kaki di museum Mauritshuis yang terletak di jantung kota Den Haag. Dira melangkah masuk ke museum dengan anggun, mantel tebalnya sudah dilepas dan dititipkan di tempat penyimpanan. Suasana museum terasa tenang, hanya terdengar langkah kaki yang teredam dan bisikan-bisikan halus para pengunjung. Dira menarik napas dalam, mengagumi mahakarya seni dari abad ke-17 yang menghiasi dinding museum. Pilar-pilar dorik yang menjulang rapi di sepanjang gerbang utama menambah kesan monumental pada bangunan ini, seolah siap menyambut siapa saja yang ingin memasuki dunia seni penuh pesona. Dira menyentuh dinding halus dekat pintu masuk, merasakan dingin menyentuh telapak tangannya yang telanjang. Dira mulai menyapu pandangan, mulai menyapu setiap wajah, mencari ‘target’ yang menjadi alasannya menginjakkan kaki di tempat ini. Dira menatap jam tangannya. Ia sudah memastikan kalau Ethan tidak ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

BAB 87

Dira tertegun. Ia mengedip beberapa kali. Wanita ini istri diplomat? Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya padahal ia sudah mengumpulkan banyak informasi tentang itu? Menyadari Dira terkejut wanita itu buru-buru menambahkan. “Bukan istri diplomat Belanda tentu saja, tapi Luxembourg.” Negara terkecil di dunia, tapi menduduki peringkat sebagai negara terkaya di dunia. Dira menelan ludah, bukan targetnya. Ia membidik istri diplomat Belanda. Tapi bukan berarti ia tidak bisa bersikap sopan. “Dira,” ujarnya sopan, mengulurkan tangan untuk mengenalkan diri. “Marie Gabrielle,” ucap wanita itu saat membalas jabat tangannya. Anehnya, jabat tangannya kuat dan tegas, berbanding terbalik dengan wajahnya yang lembut. “Apa kedatanganmu karena ingin bertemu dengan istri diplomat atau…” “Oh bukan, aku datang karena ingin melihat-lihat tentu saja. Saya tinggal di Hilton The Hague. Sayang sekali jika tidak ke tempat menakjubkan ini padahal jaraknya begitu dekat,” terangnya panjang lebar. Marie
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

BAB 88

Ethan duduk di meja dekat jendela, mengenakan mantel hitam panjang dengan syal longgar warna senada di lehernya. Di dekatnya, secangkir kopi hampir dingin dibiarkan tanpa disentuh. Tatapannya yang tajam tertuju pada pintu kafe, sembari sesekali menatap jam tangannya. Di luar, langit musim dingin berwarna abu-abu, dengan salju turun perlahan menutupi jalan berbatu. Ethan mulai bergerak gelisah di kursinya. Orang yang tidak bisa menghargai waktu adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Ethan kembali menatap jam tangannya. Tersisa lima menit sebelum waktu yang mereka sepakati. Jika dalam waktu itu dia tidak muncul… Tepat saat itu, Ethan mendengar suara pintu yang dibuka dan saat ia mendongak, seorang pria berusia pertengahan tiga puluhan dengan kacamata dan mantel tebal memasuki kafe. Dia tampak gugup, melirik kanan-kiri seolah ingin memastikan tidak ada yang mengikutinya, saat pandangannya tertumbuk pada Ethan, ekspresi wajahnya berubah. Ethan berdiri, memberi isyarat agar pria itu dud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

BAB 89

Di dalam ruang kerja suite mereka yang luas, Ethan duduk di depan laptopnya yang menyala. Atmosfer di dalam ruangan terasa panas, berbanding terbalik dengan udara dingin yang ada di luar. Layar laptopnya menampilkan wajah-wajah serius dari timnya di kantor pusat Manhattan. “Baik,” Ethan memulai, memandang layar dengan tatapan tajam. “Kita sudah memiliki bukti kuat tentang kecurangan yang terjadi. Pertanyaannya sekarang adalah langkah apa yang akan memberi kita hasil terbaik dengan risiko minimal.” Di sudut layar, Rachel, kepala departemen hukum perusahaan, mengetuk-ngetuk jarinya ke meja. “Kita punya tiga pilihan utama. Pertama, jalur hukum. Kita ajukan gugatan langsung ke pengadilan internasional. Tapi proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan selama itu proyek akan tetap berada di tangan pihak lawan.” “Jadi, itu bukan opsi terbaik,” sela Ethan. “Kita tidak punya waktu sebanyak itu.” “Pilihan kedua,” lanjut Rachel, “arbitrase. Proses ini lebih cepat, dan jika kita bisa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

BAB 90

Ethan menatap jam tangannya dan meringis. Sudah waktunya. Apa mungkin Dira sudah bersiap-siap? Ethan menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri untuk meregangkan otot lehernya yang kaku setelah bekerja selama 2 jam penuh di ruang kerjanya. Untungnya meeting kali ini berjalan lancar. Jika malam ini ia bisa meyakinkan para diplomat itu, semua akan berjalan seperti yang mereka rencanakan. Ethan baru saja menarik kenop pintu—dan langsung membeku saat melihat penampilan Dira yang luar biasa. Ia berkedip berkali-kali, menatap Dira yang sedang mematut diri di depan cermin besar. “Oh kau datang! Bagaimana? Menurutmu gaun ini baik?” tanya Dira begitu menyadari kehadiran Ethan. Baik? Bukan itu kata yang akan ia ucapkan untuk menggambarkan penampilan Dira yang sekarang. Ethan berjalan mendekat dan seiring jarak yang semakin menipis ia menyadari darahnya berdesir. Sudah lama sekali… dan sekarang tubuhnya berdenyut oleh kebutuhan. Sial! Ini bukan hal bagus. Mungkin mengajak Dira ke pesta itu b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status