Home / Romansa / Rahasia Dibalik Kepergian Istriku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Rahasia Dibalik Kepergian Istriku: Chapter 61 - Chapter 70

73 Chapters

BAB 61

Brianna menyeringai. “Ya, satu-satunya tujuan hidupku adalah menghancurkanmu. Melihatmu menderita, kesepian dan tidak memiliki siapapun adalah satu-satunya alasan kenapa aku melakukan semua ini. Kau pikir kau tahu siapa aku?” ejek Brianna. “Kau pikir karena melakukan penyelidikan maka kau akan mendapatkan semua informasi tentangku?” Brianna tertawa terbahak-bahak, matanya yang berkilat-kilat menatap Ethan dengan penuh kebencian. Kemudian tawa itu lenyap. Wajahnya menjadi serius dan kejam. “Kau tidak tahu apa pun tentangku Ethan, tapi aku tahu segalanya tentangmu. Tentang masa kecilmu dan orang tuamu yang busuk dan tidak berharga.” Wajah Ethan menjadi kaku, bibirnya sedikit terkatup, menahan amarah yang mulai mendidih dalam dirinya. Jantungnya berdegup kencang, namun ia berusaha untuk tetap tenang, meskipun setiap kata yang diucapkan Brianna mulai mengikis kesabarannya. Brianna melangkah lebih dekat, langkahnya begitu pasti, seolah dia tahu ucapannya telah menyerang di tempat seharu
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 62

Nemesis?Butuh beberapa waktu untuk memahami maksud ucapan Brianna. Dira menatapnya lekat tanpa mengalihkan pandangan sekalipun dari wanita itu.“Jadi kau yang melakukannya,” ucap Dira setelah mencerna maksud dibalik kata-katanya. “Pesan bertuliskan ”Keadilan akan datang” itu dikirim olehmu,” lanjut Dira. “Dan inisial N itu berarti Nemesis. Kenapa kau melakukannya? Keadilan seperti apa yang akan datang?”Kepala Brianna bergerak ke satu sisi, senyumnya angkuh nyaris terkesan meremehkan.“Mata dibayar mata, darah dibayar darah dan nyawa dibalas nyawa. Pernah mendengar kata-kata itu? Aku yakin kau tidak sebodoh itu sampai tidak bisa memahami artinya.”Langti di luar sana semakin gelap. Waktu terus berlalu. Seharusnya malam ini semua orang bersenang-senang, tapi rupanya hal itu tidak berlaku untuknya. Dira menatap Brianna yang terlihat puas dengan dirinya sendiri sambil bertanya-tanya, sejauh apa permainan ini akan berlangsung?“Aku tidak pernah mengambil darahmu kalau itu yang kau maksud
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 63

Dira mundur perlahan dengan napas terengah, tubuhnya gemetar bukan karena takut pada ancaman yang mengelilinginya, melainkan karena kecemasan yang menggumpal di dadanya.—Noah. Apa Brianna melakukan sesuatu pada putranya? Ia sungguh berharap kalau ucapan wanita itu hanya ancaman belaka, tapi ia sudah melihatnya, luka dan juga dendam yang dimilikinya begitu besar hingga Dira ragu apakah wanita itu masih memiliki rasa kasihan dalam dirinya. Noah seharusnya aman bersama Eri. Ia dan Ethan sudah menyembunyikan mereka di tempat aman, tapi apa itu cukup? Bagaimana jika Brianna tahu di mana menemukan putranya? Pertanyaan itu terus berulang di benaknya, menciptakan rasa sesak yang hampir membuatnya tak bisa bernapas. Sementara itu, para pria bertubuh tegap yang dikirim Brianna mulai bergerak mendekat. Mereka seperti bayangan gelap yang perlahan merayap, menciptakan ketegangan yang begitu pekat di udara. Dira bisa merasakan tatapan dingin mereka yang tajam, seolah hanya menunggu perintah untuk
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 64

Dira dan Ethan menerobos masuk ke kamar putra mereka, napas tersengal-sengal oleh kecemasan yang terus menggerogoti. Mata Dira langsung menyapu ruangan, mencari sosok kecil yang seharusnya ada di sana. Namun, yang mereka temukan hanyalah kasur kosong dan mainan yang berserakan di lantai. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Noah. “Di mana dia? Di mana Eri?” suara Dira terdengar bergetar, hampir seperti bisikan yang tercekik di tenggorokan. Matanya bergerak liar, seolah berharap Noah akan muncul begitu saja dibalik tirai. “Noah!” Ethan merasakan tubuhnya menegang, pikirannya berpacu mencari jawaban. Seharusnya ada penjaga di luar. “Penjaga itu… mereka semua menghilang,” gumam Ethan, lebih kepada dirinya sendiri. Sialan, Brianna sudah memikirkan segalanya dengan matang. Dira meraih lengan suaminya, wajahnya tampak pucat. “Kita harus menemukannya Ethan. Kita harus menemukan Noah sekarang,” serunya panik, mencengkeram kemeja Ethan. Air matanya mengalir deras. Belum sempat mereka berger
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 65

Ethan berdiri di luar ruang rumah sakit tempat Dira dirawat. Suasana di sekitar rumah sakit terasa begitu sepi, begitu pekat dengan aroma kesedihan. Ethan berkali-kali mengusap belakang kepalanya, merasa lemah sekaligus frustrasi. Perasaan kosong dalam dirinya begitu menguasai. Duka karena kehilangan putranya menggegogoti jiwanya. Ia sungguh berharap semua tragedi ini hanya mimpi buruk, tapi aroma obat-obatan dan tubuh Dira yang masih terbaring di rumah sakit dengan keras menamparnya, menariknya pada realita yang sama sekali tidak siap ia hadapi. Di hadapannya, dua polisi berdiri tegak, wajah mereka tampak serius saat memeriksa dokumen dan mencatat keterangan dari Ethan. Polisi pertama, seorang pria paruh baya, bertanya dengan lembut, berusaha tidak menambah beban berat yang harus ditanggung Ethan. “Saudara Ethan, kami telah menemukan bukti yang cukup kuat mengenai keterlibatan Brianna dan Eri dalam kejadian ini. Mereka akan segera ditangkap. Segera, kami akan menetapkan mereka dala
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 66

Seolah mendengar pertanyaannya, tiba-tiba tubuh Dira bergerak pelan. Kelopak matanya bergetar, sebelum akhirnya terbuka perlahan. Ethan segera bangkit dari kursinya, mendekat dengan hati-hati. “Dira…” panggil Ethan lembut, menahan napasnya sejenak, menatap Dira penuh harap. Dira menoleh perlahan ke arah suara itu, wajahnya terlihat bingung dan lemah. Dia mengerjap beberapa kali, berusaha memahami di mana dia berada. Pandangannya menyapu ruangan putih itu, hingga akhirnya bertemu dengan wajah Ethan yang menatapnya dengan wajah campuran rasa lega dan kecemasan. “Ethan…” bisik Dira pelan, suaranya serak. Ethan yang tidak bisa menahan kelegaan yang menyelubunginya menunduk untuk mencium kening istrinya. Setelahnya ia mendaratkan kecupan singkat di bibir tipis Dira yang dingin. “Aku mencemaskanmu,” bisiknya parau. Dira menoleh, terlihat bingung, seolah pernyataan Ethan terlalu sulit untuk dicerna. Tautan alisnya menyatu. “Kenapa aku di rumah sakit? Bagaimana dengan pesta pernikahan
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 67

Pagi pertama di Hallstatt terasa begitu tenang. Udara dingin menusuk kulit, namun keindahan tempat itu seolah menghangatkan hati Dira. Senyum simpul bermain di wajahnya mana kala sepasang visual tajamnya menatap lurus ke depan. Ia berdiri di balkon rumah mereka, memandangi pemandangan menakjubkan di depannya. Danau yang tenang memantulkan bayangan pegunungan berselimut salju, sementara rumah-rumah bergaya tradisional Austria berdiri anggun di sekelilingnya. Perjalanan selama 7 jam lebih terbayarkan dengan keindahan yang menyambut mereka. Rumah mereka terbuat dari kayu dengan jendela besar yang menghadap langsung ke danau. Dira menyentuh bingkai jendela, merasakan tekstur kayu tua yang kokoh. Ada sesuatu yang menenangkan dari tempat ini—seolah membawa kehangatan meski berada di tengah dinginnya musim salju. “Indah sekali,” gumamnya tanpa sadar. Keindahan tempat ini tak terbantahkan, tapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa janggal. Mengapa mereka tiba-tiba pindah ke sini? Ethan pri
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 68

“Leo, pastikan dia tidak pernah hilang dari pandanganmu. Sekali aku menemukannya, aku tidak akan melepaskannya dan saat itu terjadi, kau tahu apa yang akan kulakukan. Aku tidak akan meminta izinmu untuk itu.” Ethan memastikan poselnya tepat saat suara Dira terdengar. “Aku mau keluar.” Ethan menatap keluar lewat jendela besar rumah mereka. Ketidaksetujuan terang-terangn terlihat di wajahnya yang tampan dan mulai ditumbuhi rambut halus. “Suhu di luaran saat ini -4°C, Dira. Kau akan membuat dirimu sendiri kedinginan.” Dira mengikuti arah pandang Ethan. “Ini bukan musim dingin pertamaku, Ethan. Aku bisa menghadapinya. Ingat, aku pernah mengalami yang lebih buruk dari ini.” “Kau baru keluar dari rumah sakit, Dira. Aku tidak mau kau sakit dan jangan coba-coba me—“ Ethan belum menyelesaikan kata-katanya saat Dira berlari keluar dengan tawanya yang renyah. Ia melemparkan tatapan penuh arti pada Ethan sebelum menarik pintu dan menutupnya. Ethan mendesah panjang, memilih untuk menyerah.
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 69

“Ethan, kita baru saja sampai di tempat ini. Kita tidak bisa pergi begitu saja,” ujar Dira begitu mereka masuk ke dalam rumah. “Sebenarnya bisa. Kita hanya perlu naik kapal feri, pergi ke stasiun Hallstatt Bahnhof lalu ke stasiun Attanang yang akan membawa kita ke Wina setelah itu—“ “Aku tidak mau dengar!” potong Dira sambil menutup telinga dengan kedua tangannya. Matanya melebar karena kesal. “Sebenarnya apa yang salah? Sebelumnya kita baik-baik saja di tempat ini, lalu tiba-tiba kau ingin pergi dari sini. Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada menyelidik. Keinginan untuk pergi secepatnya dari tempat ini terasa menggelikan. Dorongan apa yang mendasari keinginan itu? Dira berusaha mencari alasannya dan satu-satunya kesimpulan yang bisa ia dapatkan adalah… “Apa ini karena anak-anak itu?” tebaknya. Ethan berubah setelah bertemu anak-anak tadi, tapi tidak mungkin itu alasannya 'kan? Ethan memunggunginya. Suaminya yang tampan dan misterius kini sedang berkutat dengan laptopnya.
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 70

“Terima kasih!” Ethan mengedikkan bahunya. “Bukan masalah. Sekarang berikan laptopnya karena aku harus bekerja.” Dira menyipitkan matanya. “Bukan untuk memesan tiket?” Ethan tertawa. “Tentu saja aku juga akan memesan tiket. Kita hanya 2 hari di sini. Bagaimana pun, lebih cepat memesan tiket lebih baik untuk kita. Lagipula, Riko harus diberi pekerjaan.” “Riko? Siapa Riko?” Ethan mengutuk dirinya sendiri setelah Dira bertanya. “Sekretarisku,” balasnya pendek. Dira mengangkat bahunya, menyerahkan laptop milik Ethan. “Silakan bekerja Tuan, sementara kau berkutat dengan benda menyedihkan itu, aku akan melihat apa yang bisa dimasak. Kau mau apa? Meski tidak terlalu ahli, beberapa masakanku patut diacungi jempol.” Tatapan mata Ethan melembut. “Buatlah kejutan untukku.” *** Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ethan berjalan ke dapur, langkahnya nyaris tenggelam oleh alunan lembut lagu Perfect dari Ed Sheeran yang mengalun dari speaker kecil di sudut ruangan. Suara lembut mengi
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status