All Chapters of Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius: Chapter 81 - Chapter 90

115 Chapters

Bab 81

Rainer mengamati ibu kota dari balik jendela tinggi istana yang menjulang megah di tengah kota. Selama bertahun-tahun, tempat ini telah menjadi simbol dari segala ketidakadilan yang ada di dunia ini. Kastil ini, dengan temboknya yang kokoh dan menara yang menjulang, melambangkan kekuasaan para bangsawan yang telah menghancurkan kehidupan rakyat biasa. Tetapi yang lebih menarik baginya adalah ketegangan yang terasa di udara. Sesuatu yang besar akan terjadi.Elyse berdiri di sampingnya, matanya memandangi kerumunan yang mulai berkumpul di alun-alun, terdorong oleh desakan kebutuhan dan keinginan untuk perubahan. "Mereka sudah mulai bergerak," kata Elyse dengan suara pelan namun penuh makna. "Mereka tahu, sesuatu akan berubah."Rainer mengangguk. "Perubahan itu harus datang. Bukan hanya melalui kekuatan, tapi juga melalui pikiran dan hati mereka. Rakyat harus tahu bahwa mereka bisa memimpin sendiri, bahwa mereka bisa menjadi bagian dari dunia baru yang akan kita bangun."Namun, meskipun
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 82

Pintu besar istana terbuka dengan perlahan. Rainer menahan napasnya sesaat, memberi sinyal kepada pasukannya yang tersembunyi di balik bayang-bayang. Di depan mereka, lorong panjang mengarah ke jantung kekuasaan para bangsawan—ruang takhta yang selama ini terjaga ketat oleh penjaga elite dan pasukan yang setia pada sistem lama. Namun, kali ini, mereka berada di sisi yang berbeda.Elyse melangkah mantap di sampingnya, wajahnya tegas, namun matanya memancarkan kegelisahan yang samar. Rainer tahu bahwa mereka berdua merasa berat akan konsekuensi yang akan datang, namun mereka juga sadar ini adalah pilihan yang tak bisa ditarik mundur. Mereka harus bertindak cepat. Hanya dengan kejutan dan ketepatan strategi mereka bisa berhasil."Ini adalah momen kita," kata Rainer dengan suara rendah, hanya cukup untuk didengar oleh Elyse. "Kita harus menghancurkan mereka dari dalam, dari jantung kekuasaan ini."Elyse mengangguk, tangannya meraih senjata yang tersembunyi di balik jubahnya. "Dan kita aka
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 83

Langit malam di luar jendela besar istana tampak gelap gulita, seolah mencerminkan suasana hati Rainer yang tengah bergulat dengan pengkhianatan yang baru saja terungkap. Sebelum dia bisa memproses sepenuhnya apa yang terjadi, Benar dan sekutunya, penyihir gelap yang kini berdiri di samping Valen, sudah mengubah peta kekuasaan yang telah mereka bangun dengan susah payah.Elyse, yang berdiri di samping Rainer, tampak terpukul. Namun, di balik ekspresinya yang marah dan bingung, ada tekad yang semakin kuat. Di dunia ini, tidak ada yang bisa sepenuhnya dapat dipercaya. Rainer tahu ini adalah kenyataan yang harus diterima, dan mereka harus bergerak cepat jika mereka ingin mengubah takdir."Bern, kenapa?" tanya Elyse dengan suara penuh kekesalan, mengarahkan pandangannya tajam ke arah pemimpin pemberontak yang dulu mereka anggap sebagai sekutu. "Kau tahu betapa kerasnya perjuangan kita untuk mengubah dunia ini. Bagaimana kau bisa..."Bern menundukkan kepalanya, tampak sangat berat dengan k
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 84

Rainer berdiri di balkon istana, menatap langit yang semakin gelap di luar. Suasana yang dulu penuh dengan semangat perjuangan kini terasa tegang. Bayang-bayang pengkhianatan dan intrik politik mulai meresap ke dalam setiap sudut hatinya. Namun, dia tahu bahwa di dunia ini, tidak ada yang bisa dicapai tanpa menghadapi tantangan besar. Rainer menyadari bahwa untuk melawan kekuatan yang tampaknya tak terhentikan, mereka perlu lebih dari sekadar taktik cerdas. Mereka perlu sebuah rencana besar, sebuah langkah yang tak terduga.Elyse, yang telah berdiri di sampingnya sepanjang malam, akhirnya membuka suara. "Rainer, kita tidak bisa terus bertahan dengan cara ini. Bern, Valen, dan para penyihir itu semakin mendekat. Kita harus bergerak sekarang, sebelum mereka benar-benar menghancurkan kita."Rainer mengangguk, namun pikirannya masih terfokus pada sesuatu yang lebih besar. "Kita akan bergerak, Elyse, tetapi bukan hanya dengan kekuatan. Ini bukan lagi soal pertempuran langsung. Kita harus m
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 85

Rainer dan Elyse berdiri di ruang pertemuan, mata mereka saling bertemu, saling menguatkan. Semua langkah yang telah mereka ambil, semua strategi yang telah mereka susun, kini berada pada titik krusial. Keputusan yang akan mereka buat selanjutnya akan menentukan nasib seluruh dunia yang telah terjerat dalam sistem kasta yang menindas. Rainer merasakan ketegangan yang menyesakkan, namun di balik itu, ada keyakinan yang semakin menguat. Mereka berada di ambang perubahan besar. Tak ada lagi jalan mundur.Di luar, malam telah jatuh dengan cepat, dan istana yang dulunya tampak penuh kemegahan kini terasa semakin mencekam. Para pasukan pemberontak yang setia kepada Rainer mulai bergerak ke tempat-tempat yang telah mereka tentukan. Setiap gerakan mereka direncanakan dengan sangat hati-hati. Rainer tahu bahwa meskipun mereka sudah mempersiapkan segalanya dengan matang, kecepatan dan ketepatan adalah kunci. Kalau saja mereka melakukan kesalahan sekecil apapun, seluruh dunia akan mengetahui sia
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 86

Rainer berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding ruang pertemuan. Setiap gerakan pasukan, setiap posisi bangsawan, setiap rute yang bisa dilalui—semua telah dipertimbangkan dengan cermat. Elyse berdiri di sampingnya, memeriksa peta dengan seksama. Wajahnya tegang, namun matanya penuh harapan. Mereka telah mencapai titik ini, namun untuk sampai ke garis akhir, tantangan yang lebih besar menanti mereka.“Ini adalah langkah terakhir,” kata Rainer dengan suara datar namun penuh keyakinan. “Setiap keputusan kita sekarang akan menentukan segalanya. Jika kita berhasil, maka kita akan mengubah dunia ini selamanya. Namun jika kita gagal…”Elyse menatapnya, menyelesaikan kalimat yang tak terucapkan. “Maka kita akan kehilangan segalanya.” Tetapi dia tak menunjukkan rasa takut. Sebaliknya, ada keteguhan di matanya. “Kita sudah sampai sejauh ini. Kita tidak akan mundur.”Rainer mengangguk, kemudian mengalihkan pandangannya kembali pada peta. “Kita akan menggunakan informasi yang telah
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 87

Di dalam ruang pertemuan istana Valen, suasana semakin tegang. Rainer dan Elyse berdiri di ambang pintu yang kokoh, hanya beberapa langkah lagi menuju takhta para bangsawan yang telah lama menindas rakyat. Mereka tahu bahwa langkah ini adalah langkah terakhir. Tidak ada jalan mundur, dan kesalahan sekecil apa pun akan berakibat fatal. Dunia yang mereka cita-citakan, dunia yang lebih adil, berada dalam jangkauan, namun tantangan terbesar mereka masih menanti.Rainer menarik napas panjang, lalu melangkah maju, mengikuti Elyse yang sudah lebih dulu maju dengan langkah pasti. Tentu saja, keduanya tahu bahwa mereka tidak datang sendirian. Pasukan pemberontak yang mereka pimpin sudah menguasai bagian besar dari benteng, menghancurkan titik-titik pertahanan yang sudah lemah. Namun, untuk benar-benar menghancurkan kekuasaan yang ada, mereka harus berhadapan dengan Valen dan Bern secara langsung.Setiap detik yang berlalu, ketegangan semakin terasa. Rainer bisa mendengar suara gemerisik pasuka
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 88

Kekacauan melanda Istana Valen. Suara senjata yang berbenturan, teriakan pasukan, dan langkah kaki berat para pemberontak yang menguasai lorong-lorong istana mengisi udara. Di dalam ruang pertemuan utama, pertempuran antara Rainer dan Elyse melawan Valen dan Bern baru saja dimulai. Namun, ini bukan sekadar pertempuran fisik; ini adalah pertempuran ideologi yang telah memuncak selama bertahun-tahun penindasan.Di luar ruangan, pasukan pemberontak semakin mendekati pusat kekuatan. Para bangsawan yang dulu merasa tak terkalahkan kini mulai merasakan keputusasaan. Mereka sadar bahwa mereka sudah kalah, meskipun Valen dan Bern masih berusaha untuk mengendalikan situasi. Rainer berdiri tegak, matanya menatap Valen dengan tajam, siap untuk mengakhiri perjalanan panjang ini."Sudah cukup, Valen. Dunia ini tidak membutuhkan lagi orang-orang seperti kalian," kata Rainer dengan nada tegas.Valen mengernyitkan dahi. "Kamu masih berpikir kita bisa menang dengan cara seperti ini, Rainer? Apakah kam
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 89

Keheningan yang menyelimuti Istana Valen setelah kemenangan pasukan pemberontak terasa berat dan penuh beban. Suara langkah kaki yang mengisi lorong-lorong istana kini tak lagi menandakan ketegangan, tetapi langkah menuju perubahan yang lebih besar. Di luar tembok besar yang dulu berdiri kokoh sebagai lambang kekuasaan, Rainer dan Elyse berdiri di tengah lapangan yang penuh dengan pasukan dan rakyat jelata, menyaksikan bagaimana sistem yang lama mulai runtuh.Setelah pertempuran yang sengit, para bangsawan yang dulu berkuasa kini berada dalam penahanan, sebagian besar menyerah begitu saja, sementara yang lain berusaha melarikan diri, tetapi tak ada lagi tempat untuk mereka bersembunyi. Dunia yang pernah dibentuk oleh tangan mereka kini menghadap pada kenyataan yang tidak bisa mereka hindari—perubahan tak terelakkan. Rainer, yang kini berdiri di atas panggung yang dulunya adalah tempat kekuasaan, merasakan tanggung jawab yang begitu besar. Dunia yang selama ini ia anggap mustahil untuk
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 90

Pagi itu, udara di sekitar istana terasa lebih berat dari biasanya. Setelah berbulan-bulan bekerja tanpa henti untuk membangun dunia yang lebih baik, Rainer merasakan bahwa perubahan yang ia impikan tidak datang tanpa tantangan. Di balik kegembiraan rakyat, di balik janji-janji perubahan yang mengalir deras, masih ada mereka yang merasa terancam. Bangsawan yang berhasil bertahan, meskipun sebagian besar menerima amnesti, mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan. Mereka yang dulu berkuasa merasa kehilangan pijakan mereka, dan kini mereka mengandalkan cara lama untuk mendapatkan kembali posisi mereka.Di ruang pertemuan istana, Rainer duduk di ujung meja panjang, menatap peta dunia yang tersebar di depannya. Elyse berdiri di sampingnya, tangan terlipat di dada, wajahnya penuh perhitungan. “Mereka mulai bergerak, Rainer,” kata Elyse, suaranya tenang meski matanya tajam. “Kelompok-kelompok ini tidak hanya diam, mereka mulai menggalang dukungan secara diam-diam.”Rainer menghela napas d
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status