Share

Bab 82

last update Last Updated: 2025-02-04 16:11:08

Pintu besar istana terbuka dengan perlahan. Rainer menahan napasnya sesaat, memberi sinyal kepada pasukannya yang tersembunyi di balik bayang-bayang. Di depan mereka, lorong panjang mengarah ke jantung kekuasaan para bangsawan—ruang takhta yang selama ini terjaga ketat oleh penjaga elite dan pasukan yang setia pada sistem lama. Namun, kali ini, mereka berada di sisi yang berbeda.

Elyse melangkah mantap di sampingnya, wajahnya tegas, namun matanya memancarkan kegelisahan yang samar. Rainer tahu bahwa mereka berdua merasa berat akan konsekuensi yang akan datang, namun mereka juga sadar ini adalah pilihan yang tak bisa ditarik mundur. Mereka harus bertindak cepat. Hanya dengan kejutan dan ketepatan strategi mereka bisa berhasil.

"Ini adalah momen kita," kata Rainer dengan suara rendah, hanya cukup untuk didengar oleh Elyse. "Kita harus menghancurkan mereka dari dalam, dari jantung kekuasaan ini."

Elyse mengangguk, tangannya meraih senjata yang tersembunyi di balik jubahnya. "Dan kita aka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 83

    Langit malam di luar jendela besar istana tampak gelap gulita, seolah mencerminkan suasana hati Rainer yang tengah bergulat dengan pengkhianatan yang baru saja terungkap. Sebelum dia bisa memproses sepenuhnya apa yang terjadi, Benar dan sekutunya, penyihir gelap yang kini berdiri di samping Valen, sudah mengubah peta kekuasaan yang telah mereka bangun dengan susah payah.Elyse, yang berdiri di samping Rainer, tampak terpukul. Namun, di balik ekspresinya yang marah dan bingung, ada tekad yang semakin kuat. Di dunia ini, tidak ada yang bisa sepenuhnya dapat dipercaya. Rainer tahu ini adalah kenyataan yang harus diterima, dan mereka harus bergerak cepat jika mereka ingin mengubah takdir."Bern, kenapa?" tanya Elyse dengan suara penuh kekesalan, mengarahkan pandangannya tajam ke arah pemimpin pemberontak yang dulu mereka anggap sebagai sekutu. "Kau tahu betapa kerasnya perjuangan kita untuk mengubah dunia ini. Bagaimana kau bisa..."Bern menundukkan kepalanya, tampak sangat berat dengan k

    Last Updated : 2025-02-05
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 84

    Rainer berdiri di balkon istana, menatap langit yang semakin gelap di luar. Suasana yang dulu penuh dengan semangat perjuangan kini terasa tegang. Bayang-bayang pengkhianatan dan intrik politik mulai meresap ke dalam setiap sudut hatinya. Namun, dia tahu bahwa di dunia ini, tidak ada yang bisa dicapai tanpa menghadapi tantangan besar. Rainer menyadari bahwa untuk melawan kekuatan yang tampaknya tak terhentikan, mereka perlu lebih dari sekadar taktik cerdas. Mereka perlu sebuah rencana besar, sebuah langkah yang tak terduga.Elyse, yang telah berdiri di sampingnya sepanjang malam, akhirnya membuka suara. "Rainer, kita tidak bisa terus bertahan dengan cara ini. Bern, Valen, dan para penyihir itu semakin mendekat. Kita harus bergerak sekarang, sebelum mereka benar-benar menghancurkan kita."Rainer mengangguk, namun pikirannya masih terfokus pada sesuatu yang lebih besar. "Kita akan bergerak, Elyse, tetapi bukan hanya dengan kekuatan. Ini bukan lagi soal pertempuran langsung. Kita harus m

    Last Updated : 2025-02-05
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 85

    Rainer dan Elyse berdiri di ruang pertemuan, mata mereka saling bertemu, saling menguatkan. Semua langkah yang telah mereka ambil, semua strategi yang telah mereka susun, kini berada pada titik krusial. Keputusan yang akan mereka buat selanjutnya akan menentukan nasib seluruh dunia yang telah terjerat dalam sistem kasta yang menindas. Rainer merasakan ketegangan yang menyesakkan, namun di balik itu, ada keyakinan yang semakin menguat. Mereka berada di ambang perubahan besar. Tak ada lagi jalan mundur.Di luar, malam telah jatuh dengan cepat, dan istana yang dulunya tampak penuh kemegahan kini terasa semakin mencekam. Para pasukan pemberontak yang setia kepada Rainer mulai bergerak ke tempat-tempat yang telah mereka tentukan. Setiap gerakan mereka direncanakan dengan sangat hati-hati. Rainer tahu bahwa meskipun mereka sudah mempersiapkan segalanya dengan matang, kecepatan dan ketepatan adalah kunci. Kalau saja mereka melakukan kesalahan sekecil apapun, seluruh dunia akan mengetahui sia

    Last Updated : 2025-02-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 86

    Rainer berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding ruang pertemuan. Setiap gerakan pasukan, setiap posisi bangsawan, setiap rute yang bisa dilalui—semua telah dipertimbangkan dengan cermat. Elyse berdiri di sampingnya, memeriksa peta dengan seksama. Wajahnya tegang, namun matanya penuh harapan. Mereka telah mencapai titik ini, namun untuk sampai ke garis akhir, tantangan yang lebih besar menanti mereka.“Ini adalah langkah terakhir,” kata Rainer dengan suara datar namun penuh keyakinan. “Setiap keputusan kita sekarang akan menentukan segalanya. Jika kita berhasil, maka kita akan mengubah dunia ini selamanya. Namun jika kita gagal…”Elyse menatapnya, menyelesaikan kalimat yang tak terucapkan. “Maka kita akan kehilangan segalanya.” Tetapi dia tak menunjukkan rasa takut. Sebaliknya, ada keteguhan di matanya. “Kita sudah sampai sejauh ini. Kita tidak akan mundur.”Rainer mengangguk, kemudian mengalihkan pandangannya kembali pada peta. “Kita akan menggunakan informasi yang telah

    Last Updated : 2025-02-07
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 87

    Di dalam ruang pertemuan istana Valen, suasana semakin tegang. Rainer dan Elyse berdiri di ambang pintu yang kokoh, hanya beberapa langkah lagi menuju takhta para bangsawan yang telah lama menindas rakyat. Mereka tahu bahwa langkah ini adalah langkah terakhir. Tidak ada jalan mundur, dan kesalahan sekecil apa pun akan berakibat fatal. Dunia yang mereka cita-citakan, dunia yang lebih adil, berada dalam jangkauan, namun tantangan terbesar mereka masih menanti.Rainer menarik napas panjang, lalu melangkah maju, mengikuti Elyse yang sudah lebih dulu maju dengan langkah pasti. Tentu saja, keduanya tahu bahwa mereka tidak datang sendirian. Pasukan pemberontak yang mereka pimpin sudah menguasai bagian besar dari benteng, menghancurkan titik-titik pertahanan yang sudah lemah. Namun, untuk benar-benar menghancurkan kekuasaan yang ada, mereka harus berhadapan dengan Valen dan Bern secara langsung.Setiap detik yang berlalu, ketegangan semakin terasa. Rainer bisa mendengar suara gemerisik pasuka

    Last Updated : 2025-02-07
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 88

    Kekacauan melanda Istana Valen. Suara senjata yang berbenturan, teriakan pasukan, dan langkah kaki berat para pemberontak yang menguasai lorong-lorong istana mengisi udara. Di dalam ruang pertemuan utama, pertempuran antara Rainer dan Elyse melawan Valen dan Bern baru saja dimulai. Namun, ini bukan sekadar pertempuran fisik; ini adalah pertempuran ideologi yang telah memuncak selama bertahun-tahun penindasan.Di luar ruangan, pasukan pemberontak semakin mendekati pusat kekuatan. Para bangsawan yang dulu merasa tak terkalahkan kini mulai merasakan keputusasaan. Mereka sadar bahwa mereka sudah kalah, meskipun Valen dan Bern masih berusaha untuk mengendalikan situasi. Rainer berdiri tegak, matanya menatap Valen dengan tajam, siap untuk mengakhiri perjalanan panjang ini."Sudah cukup, Valen. Dunia ini tidak membutuhkan lagi orang-orang seperti kalian," kata Rainer dengan nada tegas.Valen mengernyitkan dahi. "Kamu masih berpikir kita bisa menang dengan cara seperti ini, Rainer? Apakah kam

    Last Updated : 2025-02-08
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 89

    Keheningan yang menyelimuti Istana Valen setelah kemenangan pasukan pemberontak terasa berat dan penuh beban. Suara langkah kaki yang mengisi lorong-lorong istana kini tak lagi menandakan ketegangan, tetapi langkah menuju perubahan yang lebih besar. Di luar tembok besar yang dulu berdiri kokoh sebagai lambang kekuasaan, Rainer dan Elyse berdiri di tengah lapangan yang penuh dengan pasukan dan rakyat jelata, menyaksikan bagaimana sistem yang lama mulai runtuh.Setelah pertempuran yang sengit, para bangsawan yang dulu berkuasa kini berada dalam penahanan, sebagian besar menyerah begitu saja, sementara yang lain berusaha melarikan diri, tetapi tak ada lagi tempat untuk mereka bersembunyi. Dunia yang pernah dibentuk oleh tangan mereka kini menghadap pada kenyataan yang tidak bisa mereka hindari—perubahan tak terelakkan. Rainer, yang kini berdiri di atas panggung yang dulunya adalah tempat kekuasaan, merasakan tanggung jawab yang begitu besar. Dunia yang selama ini ia anggap mustahil untuk

    Last Updated : 2025-02-11
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 90

    Pagi itu, udara di sekitar istana terasa lebih berat dari biasanya. Setelah berbulan-bulan bekerja tanpa henti untuk membangun dunia yang lebih baik, Rainer merasakan bahwa perubahan yang ia impikan tidak datang tanpa tantangan. Di balik kegembiraan rakyat, di balik janji-janji perubahan yang mengalir deras, masih ada mereka yang merasa terancam. Bangsawan yang berhasil bertahan, meskipun sebagian besar menerima amnesti, mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan. Mereka yang dulu berkuasa merasa kehilangan pijakan mereka, dan kini mereka mengandalkan cara lama untuk mendapatkan kembali posisi mereka.Di ruang pertemuan istana, Rainer duduk di ujung meja panjang, menatap peta dunia yang tersebar di depannya. Elyse berdiri di sampingnya, tangan terlipat di dada, wajahnya penuh perhitungan. “Mereka mulai bergerak, Rainer,” kata Elyse, suaranya tenang meski matanya tajam. “Kelompok-kelompok ini tidak hanya diam, mereka mulai menggalang dukungan secara diam-diam.”Rainer menghela napas d

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status