Share

Bab 178

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-22 23:07:57

Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.

Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.

“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”

Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”

Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”

“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”

“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 1

    Rainer Alden terbangun di tengah kegelapan yang pekat. Bukan kegelapan seperti malam hari atau ketidakjelasan, melainkan kegelapan yang menyesakkan, seperti terperangkap dalam kekosongan abadi. Namun, sesuatu terasa berbeda. Kegelapan ini bukan akhir. Ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang mengalir—energi, kehidupan."Apa...?" gumamnya, kebingungan. Suaranya terdengar asing, tidak seperti suara yang dia kenali. Lebih muda, lebih... jernih.Sejenak, dia teringat kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya—sebuah mobil yang kehilangan kendali, menabrak pohon di malam yang hujan deras. Dalam sekejap, hidupnya berakhir. Namun, kini, dia merasa seperti terlahir kembali.Rainer membuka matanya perlahan. Dunia yang terbentang di hadapannya begitu asing. Langit yang cerah menyambutnya, penuh dengan nuansa warna yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Angin membawa aroma yang berbeda, lebih segar, lebih alami. Bukannya berada di ruang rumah sakit atau kamar rumahnya, ia kini terbaring di atas rerumpu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 2

    Setelah Elyse memberikan kabar buruk tentang pencarian pengkhianat oleh kerajaan, Rainer terdiam sejenak. Wajahnya yang biasanya penuh dengan rasa ingin tahu kini terlihat serius. Pengkhianatan. Itu adalah kata yang sudah sering ia dengar, tapi kali ini, itu bukan hanya kata-kata kosong dalam politik. Ini adalah kenyataan yang akan memengaruhi hidupnya.Elyse tampak gelisah, matanya yang lembut penuh dengan kecemasan. "Kau pasti tahu apa artinya itu, bukan? Jika mereka menganggap seseorang berbahaya, mereka tidak akan ragu untuk menindak tanpa ampun."Rainer mengangguk perlahan. Dalam hidup sebelumnya, ia telah menyaksikan bagaimana kekuasaan bisa menghancurkan siapa saja yang dianggap ancaman. Namun, situasi kali ini berbeda. Ia kini bukan lagi seorang jenius yang memegang kekuasaan, tetapi seseorang yang terlahir kembali dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan sistem kasta yang membatasi."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Rainer, suara tenang meskipun pikirannya sedang be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 3

    Rainer duduk kembali di batu besar itu, memandang ke langit yang perlahan mulai gelap. Angin malam menerpa wajahnya, membawa wangi tanah dan pohon yang lembab setelah hujan ringan. Dunia baru ini terasa asing, namun ada sesuatu yang membuatnya merasa seolah ia baru saja memulai perjalanan besar. Sebuah perjalanan yang penuh ketidakpastian, dan meskipun ia seorang jenius, kali ini, itu tidak menjamin segalanya akan mudah."Jika hanya aku memiliki kekuatan untuk mengubahnya," gumam Rainer, lebih pada dirinya sendiri. "Tapi apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan kekuatan itu?"Hatinya bergejolak dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya. Rainer menyadari bahwa, meskipun dirinya telah diberikan kehidupan kedua, ia masih berada di tengah dunia yang penuh dengan keajaiban yang tidak ia pahami sepenuhnya. Sihir, takdir, politik—semua itu hanyalah bagian dari teka-teki besar yang belum ia pecahkan.Ketika ia mulai menutup matanya dan mencoba merasakan atmosfer dunia baru ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 4

    Hari itu semakin larut, dan dunia di sekitar Rainer mulai terbungkus dalam bayang-bayang malam. Rasa dingin mulai merayap ke dalam tulang, tetapi itu bukan hal yang paling mengganggunya. Apa yang ia rasakan lebih dari sekadar cuaca—ia merasakan beratnya takdir yang menantinya di dunia baru ini. Dunia yang penuh dengan sihir dan takdir yang tak bisa ia prediksi.Langkahnya ringan, tetapi pikirannya terus berputar. Ia melangkah melalui hutan lebat, melewati pepohonan yang tinggi dan rerumputan yang lembap. Di tengah hutan ini, Rainer merasa seolah dunia ini tidak pernah mengenalnya—semua yang ia ketahui dari kehidupan sebelumnya, semua yang ia pelajari, tampak tidak berguna di dunia yang penuh dengan misteri ini. Bahkan kecerdasannya, meskipun luar biasa, terasa seolah tidak cukup.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Langkah itu cepat dan ragu, bukan langkah seseorang yang biasa berjalan melalui hutan di malam hari. Rainer berhenti sejenak, mencoba mendengar lebih je

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 5

    Matahari baru saja terbit, dan udara pagi yang sejuk menerpa wajah Rainer dan Elyse saat mereka melanjutkan perjalanan menuju kota terdekat. Selama berhari-hari mereka berjalan di hutan, menghindari jalur utama, dan bersembunyi dari mata-mata kerajaan yang mungkin sedang mencari mereka. Setiap langkah yang mereka ambil lebih berat dari sebelumnya, bukan hanya karena medan yang sulit, tetapi juga karena perasaan bahwa setiap keputusan mereka bisa mengubah jalan hidup mereka.“Ada sesuatu yang aneh tentang dunia ini,” kata Elyse, suaranya penuh dengan kebingungan, matanya memandang ke arah pegunungan yang jauh di cakrawala. “Aku merasa kita seperti berada di dunia yang berbeda. Tidak hanya sihir, tapi segala sesuatunya terasa tidak pada tempatnya.”Rainer menoleh ke Elyse, wajahnya tetap tenang meskipun ada keraguan yang mendalam di dalam dirinya. Dunia ini memang asing, jauh dari apa yang ia kenal. Dan meskipun ia sudah mengetahui bahwa dunia ini penuh dengan sihir dan keajaiban, ia mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status