Share

Bab 5

last update Huling Na-update: 2025-01-04 00:32:51

Matahari baru saja terbit, dan udara pagi yang sejuk menerpa wajah Rainer dan Elyse saat mereka melanjutkan perjalanan menuju kota terdekat. Selama berhari-hari mereka berjalan di hutan, menghindari jalur utama, dan bersembunyi dari mata-mata kerajaan yang mungkin sedang mencari mereka. Setiap langkah yang mereka ambil lebih berat dari sebelumnya, bukan hanya karena medan yang sulit, tetapi juga karena perasaan bahwa setiap keputusan mereka bisa mengubah jalan hidup mereka.

“Ada sesuatu yang aneh tentang dunia ini,” kata Elyse, suaranya penuh dengan kebingungan, matanya memandang ke arah pegunungan yang jauh di cakrawala. “Aku merasa kita seperti berada di dunia yang berbeda. Tidak hanya sihir, tapi segala sesuatunya terasa tidak pada tempatnya.”

Rainer menoleh ke Elyse, wajahnya tetap tenang meskipun ada keraguan yang mendalam di dalam dirinya. Dunia ini memang asing, jauh dari apa yang ia kenal. Dan meskipun ia sudah mengetahui bahwa dunia ini penuh dengan sihir dan keajaiban, ia mulai menyadari bahwa segala sesuatu jauh lebih kompleks dan berbahaya dari yang ia bayangkan.

“Ini memang dunia yang berbeda, Elyse,” jawab Rainer. “Sihir ada di setiap sudutnya. Namun, selain itu, kita juga harus menghadapi kenyataan bahwa sistem di dunia ini sangat terstruktur, dengan kasta yang tak terubah. Kekuasaan, kekayaan, dan status sosial adalah penentu hidup seseorang. Kita harus memahaminya jika ingin bertahan hidup di sini.”

Elyse mengangguk pelan, namun wajahnya masih penuh keraguan. “Aku tidak tahu apakah kita akan pernah benar-benar mengubahnya. Mereka yang berkuasa di sini sudah terlalu lama menguasai segalanya.”

Rainer berhenti berjalan, menatap Elyse dengan serius. “Kita tidak tahu apa yang bisa kita capai jika kita tidak mencoba. Tetapi, untuk itu, kita perlu kekuatan. Kekuatan yang tidak hanya berasal dari kekayaan atau status, tetapi kekuatan yang bisa mengubah cara orang melihat kita—dan cara mereka melihat dunia ini.”

Elyse tetap diam, sepertinya merenung tentang apa yang baru saja dikatakan Rainer. Mereka berjalan kembali dengan langkah lebih cepat, namun rasa cemas yang menggelayuti hati mereka tetap ada. Mereka tahu bahwa meskipun dunia ini penuh dengan kemungkinan dan keajaiban, mereka berada di jalur yang berbahaya—terutama jika mereka tidak segera menemukan cara untuk mengatasi sistem yang menindas.

Setelah beberapa hari perjalanan, mereka akhirnya tiba di kota yang mereka tuju. Kota ini, yang terletak di perbatasan antara wilayah kerajaan dan daerah terpencil, terlihat lebih hidup dibandingkan dengan desa-desa yang mereka lewati sebelumnya. Namun, meskipun kota ini tampak lebih makmur, Rainer tahu bahwa di balik kemegahannya tersembunyi kekuasaan dan intrik yang lebih besar.

Begitu mereka memasuki kota, suasana yang hangat segera menyambut mereka. Jalan-jalan penuh dengan pedagang yang menawarkan barang dagangan, sementara orang-orang sibuk berjalan kesana kemari. Namun, di balik keramaian ini, Rainer merasakan adanya ketegangan. Ada pengaruh besar yang mengendalikan segalanya—dan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia abaikan.

“Ini lebih besar dari yang aku kira,” kata Elyse, matanya memandang ke pasar yang sibuk di depan mereka. “Sepertinya ada sesuatu yang lebih besar terjadi di sini. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”

Rainer berpikir sejenak, menganalisis situasi di depan mereka. “Kita perlu mencari tahu siapa yang mengendalikan kota ini, siapa yang bisa memberi kita informasi tentang sihir dan kekuasaan di dunia ini. Kita harus tahu siapa yang bisa kita percayai dan siapa yang hanya ingin memanfaatkan kita.”

Mereka berjalan ke sebuah kedai kopi kecil di pinggir jalan yang tampak lebih sepi daripada tempat lainnya. Rainer berharap bisa menemukan seseorang yang bisa memberi mereka informasi yang mereka butuhkan. Begitu mereka masuk, aroma kopi yang kuat menyambut mereka, dan kedai itu tampak seperti tempat yang tenang untuk berbicara tanpa gangguan.

Setelah duduk di meja dekat jendela, seorang pelayan mendekat dan menanyakan pesanan mereka. Rainer memesan secangkir kopi panas, sementara Elyse hanya meminta air. Ketika pelayan itu pergi, Rainer langsung berbicara dengan serius.

“Kita harus hati-hati. Semua orang di sini bisa saja memiliki agenda tersembunyi. Kerajaan pasti memiliki mata-mata di mana-mana.”

Elyse mengangguk, matanya bergerak mengelilingi ruangan dengan penuh kewaspadaan. “Tapi di sini, kita harus memulai dari sesuatu. Kita harus bertanya-tanya siapa yang tahu tentang sihir dan bagaimana kita bisa belajar darinya. Bahkan jika kita harus menghadapi risiko besar.”

Rainer menatapnya, merasakan ketegangan yang menyelimuti suasana. “Ya, dan kita harus berpikir dengan hati-hati. Kita tidak hanya perlu kekuatan fisik atau sihir untuk mengubah dunia ini. Kita harus tahu bagaimana memanipulasi kekuatan yang ada di dunia ini, menggunakannya untuk keuntungan kita. Dan itu akan membutuhkan lebih dari sekadar keberanian.”

Mereka terdiam, meresapi kata-kata Rainer yang penuh makna. Sebentar lagi, mereka harus membuat keputusan besar. Namun, tiba-tiba pintu kedai terbuka, dan seorang pria bertubuh besar masuk. Matanya langsung tertuju pada mereka, dan Rainer merasa ada sesuatu yang aneh dalam cara pria itu mengamati mereka. Ada sesuatu yang tidak beres.

Pria itu mendekat dan duduk di meja mereka tanpa meminta izin. Wajahnya tampak kasar, dan pakaian yang dikenakannya kotor, seolah baru saja melakukan perjalanan panjang. Namun, ada sesuatu yang tajam dalam tatapannya, sesuatu yang mengingatkan Rainer pada seseorang yang terbiasa mengendalikan situasi.

“Dengar, kalian berdua,” pria itu mulai berbicara dengan suara rendah namun penuh perhitungan, “Aku tahu kalian bukan orang biasa. Dan aku tahu kalian tidak datang ke sini hanya untuk minum kopi. Aku bisa membantu kalian—tapi kalian harus berjanji satu hal.”

Rainer menatap pria itu dengan tajam. “Apa yang kamu inginkan?”

Pria itu tersenyum, tapi senyuman itu terasa seperti sebuah ancaman. “Aku bisa memberi kalian informasi tentang sihir dan bagaimana mengakses kekuatan yang lebih besar di dunia ini. Tapi untuk itu, kalian harus melakukan satu hal untukku—dan itu melibatkan sedikit… pengaruh di dalam kerajaan.”

Elyse langsung mengerutkan kening, jelas tidak menyukai apa yang pria itu katakan. “Apa maksudmu?”

Pria itu menyandarkan tubuhnya dengan santai, tampak menikmati ketegangan di antara mereka. “Kerajaan ini tidak akan memberi kalian kesempatan untuk mengubah apa pun jika kalian tidak tahu bagaimana memainkan permainan mereka. Dan aku tahu permainan itu. Aku bisa mengajari kalian.”

Rainer tidak bisa menahan dirinya untuk tidak merasakan keraguan. Ini adalah langkah berbahaya, dan mereka masih belum tahu siapa yang mereka hadapi. Namun, di saat yang sama, ia tahu mereka tidak punya banyak pilihan. Untuk mencapai tujuan mereka, mereka harus memulai dari sesuatu. Dan ini bisa jadi kesempatan pertama mereka.

“Baiklah,” kata Rainer, suara tegasnya mencerminkan tekad yang tumbuh dalam dirinya. “Tapi kita harus tahu lebih dulu siapa kau sebenarnya.”

Pria itu tertawa kecil. “Aku hanya seorang yang tahu jalan menuju kekuatan. Kalau kalian siap untuk mengambil risiko, kita bisa mulai.”

Rainer menatap pria itu, kemudian beralih ke Elyse. Mereka masih belum tahu apa yang mereka hadapi, tetapi yang mereka tahu adalah satu hal—perjalanan mereka baru saja dimulai, dan itu akan membawa mereka lebih dekat ke dalam permainan kekuasaan yang lebih besar dari apa pun yang mereka bayangkan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 6

    Langit senja mulai meredupkan warnanya, dan kedai kopi yang mereka masuki semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di sudut-sudut ruangan, berbicara dengan suara pelan. Namun, bagi Rainer dan Elyse, dunia mereka seakan terhenti sejenak ketika pria bertubuh besar itu berbicara.Pria itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Darvin, memiliki pandangan tajam yang membuat Rainer merasa waspada. Bahkan di tengah keraguan dan kebingungannya, Rainer tidak bisa menahan rasa penasaran. Siapa pria ini? Dan apa yang dia inginkan dengan menawarkan bantuan di dunia yang begitu rumit ini?“Jadi, bagaimana?” Darvin melanjutkan, melihat ke arah mereka dengan senyum licik. “Apakah kalian berdua ingin mengetahui bagaimana cara mengakses kekuatan yang lebih besar, atau apakah kalian akan tetap berjalan di jalur yang penuh rintangan ini, tanpa arah dan tujuan?”Rainer menatapnya dengan dingin. “Kekuatan besar… apa yang sebenarnya kamu tawarkan, Darvin?”Darvin menyandarkan tubuhnya ke belakang, m

    Huling Na-update : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 7

    Hari-hari pertama di akademi sihir bukanlah apa yang dibayangkan Rainer. Meskipun dunia ini penuh dengan keajaiban dan kemungkinan tak terbatas, kenyataan yang ia hadapi lebih keras dari yang ia kira. Bangunan besar akademi yang menjulang tinggi di depannya tak mengurangi beban yang terasa di pundaknya. Di dalamnya, tak hanya sihir yang dipelajari, tetapi juga intrik politik yang lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan.Saat mereka tiba di gerbang akademi, Elyse berjalan di sampingnya, dengan wajah yang tegang. Mereka berdua tahu bahwa ini adalah tempat di mana mereka akan dibentuk—bukan hanya sebagai penyihir, tetapi juga sebagai individu yang mampu bertahan di dunia yang keras ini. Rainer melangkah dengan tegas, meskipun di dalam hatinya ada kecemasan yang tak terucapkan."Rainer," Elyse memanggilnya dengan suara pelan. "Apa yang akan kita lakukan di sini? Bagaimana kita bisa membuat langkah besar di tengah semua orang yang lebih kuat dan berkuasa?"Rainer menatapnya dengan ma

    Huling Na-update : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 8

    Setelah beberapa minggu di akademi sihir, Rainer dan Elyse mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan rutinitas yang mereka jalani. Namun, kenyamanan itu hanya bersifat sementara. Dunia akademi bukanlah tempat yang memberi ruang untuk bersantai. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan tantangan baru, dan sering kali, mereka harus menghadapi ujian yang menguji ketahanan fisik dan mental mereka.Hari itu, mereka menjalani ujian pertama mereka di akademi, sebuah ujian yang sangat bergengsi dan menentukan apakah mereka akan dianggap layak untuk melanjutkan pelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Ujian tersebut bukan hanya soal sihir, tetapi juga tentang seberapa baik mereka memahami politik, strategi, dan permainan kekuasaan yang sedang berlangsung di antara para siswa.Rainer duduk di meja ujian bersama Elyse, merasa ketegangan semakin meningkat. Meskipun ujian ini hanya untuk menguji kemampuan dasar mereka dalam mengendalikan sihir, dia tahu bahwa itu adalah langkah pertama untuk membuktika

    Huling Na-update : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 9

    Seiring berjalannya waktu di Akademi Magia, dunia yang sebelumnya penuh dengan misteri bagi Rainer kini mulai terasa lebih familiar. Namun, familiaritas itu datang bersama dengan tantangan yang semakin besar. Ia menyadari bahwa meskipun keberhasilannya di ujian pertama membuka pintu kesempatan, itu hanyalah sebagian kecil dari perjalanan panjang yang harus ia tempuh.Setiap hari, Rainer semakin menyadari betapa ketatnya sistem yang ada di akademi. Di balik semua pelajaran sihir yang sulit dan rumit, ada politik, intrik, dan persaingan yang lebih licik dari yang ia bayangkan. Para siswa dari keluarga bangsawan tampaknya selalu memiliki keunggulan. Mereka memiliki akses lebih mudah ke sumber daya, informasi, bahkan hubungan yang mendalam dengan pengajar dan para pemimpin akademi.Rainer merasa kesulitan untuk bersaing dengan mereka dalam hal itu. Meskipun ia tidak diragukan lagi unggul dalam hal kecerdasan dan strategi, ia juga tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia harus membangun

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 10

    Rainer mengamati peta yang ada di tangannya dengan tatapan penuh fokus. Informasi yang baru saja ia dapatkan dari Alaric telah membuka mata tentang kemungkinan-kemungkinan besar yang tersembunyi di dunia ini. Namun, peta itu bukan hanya soal penunjuk arah—peta itu adalah petunjuk ke arah yang lebih besar, ke kekuatan yang selama ini tidak mereka ketahui. Dunia ini, dengan segala sihir dan politiknya, memiliki banyak lapisan yang bisa dieksplorasi. Dan kini, mereka harus bergerak hati-hati.Alaric telah mengungkapkan bahwa di luar tembok akademi, ada tempat-tempat yang lebih penting—kekuatan kuno yang tidak terhubung langsung dengan sistem kasta yang ada. Tempat-tempat itu adalah wilayah yang sangat dijaga ketat oleh mereka yang berkuasa, dan untuk mencapainya, mereka membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan fisik atau sihir.Namun, dengan bantuan peta yang telah Alaric berikan, setidaknya mereka tahu di mana harus mencari. Bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang jauh lebi

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 11

    Rainer berdiri di atas perahu yang mengapung perlahan di atas air, angin malam menyapu wajahnya. Di kejauhan, kabut masih meliputi pulau yang hendak mereka tuju. Langit gelap dengan hanya beberapa bintang yang tampak di langit malam. Mereka sudah menempuh perjalanan jauh, meninggalkan jejak mereka di tempat yang hampir tak diketahui siapa pun. Hanya kedalaman laut yang mampu menjamin kesunyian ini.Elyse berdiri di sisi Rainer, matanya tak lepas dari pulau itu. “Kita sudah hampir sampai. Tapi aku merasa... ada sesuatu yang ganjil dengan tempat ini. Sepertinya, pulau ini tidak hanya tersembunyi oleh kabut,” kata Elyse, suaranya pelan, hampir seperti bisikan angin yang bersahutan dengan riak ombak.Rainer menatapnya dengan ekspresi serius. “Kamu benar. Sesuatu tentang pulau ini berbeda. Tidak ada yang menganggapnya penting, tapi kita tahu ini lebih dari sekadar tempat yang terabaikan. Ada yang sangat besar di sini, Elyse, dan kita harus menemukannya.”“Dan jika kita tidak bisa? Jika kit

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 12

    Setelah tembok batu itu mulai membuka dengan perlahan, udara sekitar mereka terasa semakin berat. Seperti ada sesuatu yang mengintai, sesuatu yang tak tampak namun bisa dirasakan dengan jelas. Rainer berdiri di depan celah yang terbuka, matanya menyipit menilai apa yang ada di balik tembok tersebut. Kabut yang lebih tipis menyelimuti bagian dalam, membuat semuanya tampak lebih suram dan penuh rahasia.Elyse berdiri di sampingnya, merasakan ketegangan yang sama. "Apa yang ada di dalam sana?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikan kekhawatirannya.“Tidak tahu,” jawab Rainer, dengan suara yang datar. “Tapi kita tidak punya pilihan lain selain melangkah maju. Kita sudah sejauh ini. Menyerah bukanlah opsi.”Dengan langkah hati-hati, mereka memasuki celah yang semakin terbuka. Begitu mereka melangkah masuk, rasa berat itu semakin menyelimuti mereka. Udara di dalam terowongan ini terasa lebih dingin dan lebih pekat. Rainer merasakan sesuatu yang b

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 13

    Dengan langkah yang semakin cepat, Rainer dan Elyse melangkah mundur dari tempat yang baru saja mereka hancurkan. Batu yang ada di tangan Elyse, yang semula memancarkan cahaya biru suram, kini mulai berkilau dengan intensitas yang lebih terang. Itu adalah tanda bahwa energi dari tempat yang mereka temukan mulai beresonansi dengan dunia luar, dan kekuatan yang mereka aktifkan tak bisa diabaikan begitu saja."Rainer, apa yang akan terjadi dengan kekuatan ini?" tanya Elyse dengan napas terengah. Matanya berkilat, namun masih penuh ketidakpastian. Batu di tangannya terasa semakin berat, seperti memanggil sesuatu dari dalam tanah.Rainer menatap batu itu dengan tajam. “Kekuatan ini... bukan hanya milik kita. Ini adalah kekuatan yang telah terkubur terlalu lama di bawah permukaan dunia ini. Dulu, banyak yang mencobanya, tetapi mereka gagal. Kami harus hati-hati, Elyse. Dunia ini bisa terbalik jika kita tidak mengendalikannya dengan benar.”Mereka terus berlari di lorong terowongan yang sema

    Huling Na-update : 2025-01-10

Pinakabagong kabanata

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 160

    Malam masih gelap saat beberapa bayangan bergerak cepat di gang-gang ibu kota Vildoria. Lima sosok berpakaian gelap, masing-masing dengan simbol kecil berbentuk mata di pergelangan tangan mereka, menyelinap melalui lorong-lorong sempit menuju sebuah gudang tua yang tersembunyi di antara bangunan usang.Di dalam, beberapa pria dan wanita bertopeng sudah berkumpul di sekitar meja panjang, peta dan dokumen tersebar di atasnya. Mereka adalah anggota Tangan Hitam—organisasi rahasia yang beroperasi di balik layar, mengendalikan informasi dan kekuatan dengan cara yang hanya mereka yang berkepentingan bisa pahami.Seorang pria bertopeng duduk di tengah, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme yang lambat. "Rainer mulai bergerak," katanya dengan suara tenang namun tajam.Salah satu anggota lain mengangguk. "Ya, dan dia sudah mengetahui keberadaan kita. Tidak lama lagi dia akan mencari cara untuk menghancurkan kita dari dalam."Pria bertopeng itu menghela napas. "Maka kita harus bergerak lebih

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 155

    Malam berhembus dingin saat Rainer berdiri di atas menara pengawas, menatap ke arah selatan. Dalam kegelapan, titik-titik api kecil terlihat di kejauhan—kemah pasukan yang mulai berkumpul di wilayah perbatasan. Jika laporan itu benar, seseorang dari keturunan keluarga kerajaan lama sedang membangun kekuatan di sana.Elyse melangkah mendekat, mantel tebal melilit tubuhnya. "Kau tampak gelisah."Rainer tersenyum tipis. "Gelisah bukan kata yang tepat. Lebih ke... mengantisipasi."Elyse bersandar di pagar batu. "Jika benar ada keturunan kerajaan lama yang tersisa, itu bisa menjadi masalah besar. Rakyat yang masih setia pada monarki pasti akan berkumpul di bawah panji mereka.""Dan itulah yang membuat ini menarik," Rainer menjawab. "Orang-orang selalu mencari simbol. Jika seseorang bisa meyakinkan mereka bahwa kerajaan lama bisa bangkit kembali, maka kita akan menghadapi perang yang lebih besar dari sebelumnya."Marcus datang membawa sebotol anggur, wajahnya tetap santai meskipun situasi s

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 154

    Langit di atas wilayah barat masih dipenuhi asap, sisa dari pertempuran yang baru saja berakhir. Kastil milik Count Reinhardt kini berdiri dalam kehancuran, simbol kejatuhan para bangsawan yang menolak tunduk pada perubahan.Di dalam ruang pertemuan yang dulu penuh dengan kemewahan, kini hanya ada aroma debu dan darah. Rainer berdiri di tengah ruangan, menatap peta besar yang terbentang di atas meja. Wilayah barat telah mereka taklukkan, tetapi peperangan belum selesai.Elyse masuk ke ruangan, wajahnya tenang namun penuh ketegasan. “Beberapa pasukan kita masih sibuk mengamankan desa-desa sekitar. Sebagian besar rakyat di sini tidak berani melawan, tetapi ada kelompok kecil yang masih setia pada Reinhardt.”Rainer mengangguk. “Itu sudah kuduga. Reinhardt mungkin sudah tiada, tapi jejaknya masih ada dalam pikiran orang-orang yang dulu hidup di bawah perlindungannya.”Marcus, yang duduk di sudut ruangan dengan cangkir anggur di tangannya, mendengus. “Orang-orang bodoh. Mereka tidak sadar

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 153

    Rainer berdiri di puncak menara istana, menatap ke kejauhan. Kota yang dulunya diperintah dengan tangan besi oleh Duke Alistair kini dalam transisi menuju era baru. Cahaya fajar mulai menyinari bangunan-bangunan yang masih dipenuhi bekas pertempuran. Jalanan yang tadinya berlumuran darah perlahan dibersihkan, meski bau asap dan kematian masih terasa.Di bawahnya, rakyat berkumpul di alun-alun utama, menunggu pengumuman berikutnya.Elyse melangkah mendekat. “Mereka menunggu pidatomu.”Rainer mengangguk, tetapi matanya tetap tertuju ke kejauhan. “Perjuangan ini belum berakhir. Kota ini masih bisa jatuh ke dalam kekacauan jika kita tidak segera bertindak.”Elyse menatapnya dengan penuh perhatian. “Aku tahu. Tapi untuk saat ini, kita telah memberi mereka harapan.”Rainer akhirnya mengalihkan pandangannya ke Elyse. Dalam beberapa bulan terakhir, gadis itu telah menjadi orang yang paling ia percaya. Dengan kecerdasan dan tekadnya, Elyse selalu menjadi suara rasional yang menyeimbangkan pemi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 152

    Suara ledakan menggema di seluruh kota. Api berkobar di beberapa sudut distrik, dan jeritan pertempuran bercampur dengan dentingan senjata yang saling beradu. Kekacauan telah mencapai puncaknya—tanda bahwa rencana Rainer berjalan sesuai yang diharapkan.Di dalam istana Duke Alistair, sang penguasa berdiri dengan pedang terhunus. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini dipenuhi amarah dan kegelisahan. Di hadapannya, Rainer berdiri tenang, sementara Elyse dan Marcus bersiaga di sisinya.“Aku sudah memperhitungkan segalanya, Alistair,” kata Rainer dengan nada datar. “Hari ini, kekuasaanmu berakhir.”Alistair menyipitkan mata. “Kau pikir hanya dengan beberapa pemberontak rendahan bisa menjatuhkanku?”Senyum tipis tersungging di bibir Rainer. Ia tidak menjawab, tetapi menatap keluar jendela, melihat pasukan perlawanan yang semakin mendekati istana.“Kota ini bukan milikmu lagi,” lanjut Rainer. “Setengah pasukanmu sudah pergi ke timur. Para bangsa

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 151

    Malam terus berlanjut, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang beristirahat dengan tenang. Rainer menatap peta di depannya, memperhitungkan langkah-langkah berikutnya. Dengan informasi yang mereka peroleh, ia tahu bahwa inilah saatnya untuk bergerak.Kelompok perlawanan di distrik pelabuhan akan menjadi kunci. Jika mereka bisa meyakinkan mereka untuk bekerja sama, kota ini akan memiliki kekuatan yang cukup untuk mengguncang rezim Duke Alistair.Elyse menatap Rainer dengan penuh perhatian. "Kapan kita akan menemui mereka?""Besok malam," jawab Rainer. "Kita harus berhati-hati. Jika mereka terlalu takut atau ada mata-mata di dalamnya, kita bisa dalam bahaya."Marcus, yang duduk di sudut ruangan, menyeringai. "Itu sebabnya aku akan pergi lebih dulu untuk memastikan tempatnya aman. Aku bisa bergerak tanpa terdeteksi."Rainer mengangguk. "Lakukan. Dan jika ada yang mencurigakan, mundur. Kita tidak bisa mengambil risiko kehilanganmu."Marcus berdiri. "Serahkan padaku."Keesokan malamnya,

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 150

    Malam turun di ibu kota wilayah barat, menyelimuti kota dengan cahaya remang-remang dari lentera yang menggantung di sepanjang jalan berbatu. Suasana kota terlihat lebih sepi dibandingkan siang hari. Warga lebih memilih menghindari keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak.Di sebuah rumah sederhana yang berfungsi sebagai tempat persembunyian sementara, Rainer dan kelompoknya berkumpul. Viktor, pedagang yang membantu mereka masuk ke kota, menatap mereka dengan penuh kewaspadaan."Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Viktor, melipat tangannya di dada.Rainer menatap peta kota yang terbuka di atas meja kayu di tengah ruangan. "Kami perlu mengetahui kekuatan pasukan Duke Alistair sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Aku ingin kita membagi tugas untuk mengumpulkan informasi."Elyse mengangguk. "Aku bisa menyelinap ke distrik pekerja dan berbicara dengan warga. Mereka mungkin memiliki keluhan tentang pemerintahan Alistair yang bisa kita manfaatkan."Marcus menambahkan, "Aku akan me

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 149

    Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Rainer kini semakin kuat dengan bergabungnya kelompok pembunuh bayaran, Bayangan Hitam. Dengan tambahan kekuatan ini, perjalanan menuju ibu kota wilayah barat menjadi lebih terorganisir dan penuh perhitungan.Di dalam hutan yang lebat, mereka berjalan dalam formasi rapi. Darius dan pasukannya bergerak di garis depan dan belakang, memastikan tidak ada penyusup yang mengikuti mereka. Sementara itu, Rainer, Elyse, dan Marcus berjalan di tengah pasukan, mendiskusikan langkah selanjutnya."Kita sudah mendekati perbatasan wilayah barat," kata Marcus sambil menunjuk peta yang digelar di atas sebuah batu besar. "Dari laporan yang kudapat, benteng luar kota memiliki penjagaan yang ketat, dan kita tidak bisa melewatinya tanpa terdeteksi."Rainer mengangguk. "Itu berarti kita harus menemukan cara untuk masuk tanpa menimbulkan kecurigaan. Jika kita menyerang langsung, kita hanya akan membuang tenaga."Elyse berpikir sejenak sebe

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 148

    Pasukan pemberontak melanjutkan perjalanan mereka melewati hutan lebat. Setelah mengalahkan para pembunuh bayaran, mereka tidak bisa berhenti terlalu lama. Rainer tahu bahwa semakin lama mereka tinggal di satu tempat, semakin besar kemungkinan pasukan Duke Alistair menemukan mereka.Elyse berjalan di sampingnya, matanya tajam mengawasi sekitar. "Seberapa jauh lagi kita dari ibu kota wilayah barat?" tanyanya.Rainer melirik peta yang telah ia hafalkan dalam pikirannya. "Jika kita terus bergerak tanpa henti, kita bisa sampai dalam dua hari. Tapi kita harus berhati-hati. Semakin dekat kita ke wilayah utama mereka, semakin besar kemungkinan kita terdeteksi."Marcus, yang berjalan di belakang mereka, menghela napas berat. "Prajurit kita kelelahan, Rainer. Mereka sudah bertarung habis-habisan di Benteng Blackthorn, lalu berjalan berjam-jam tanpa istirahat."

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status