Share

Bab 4

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 00:32:47

Hari itu semakin larut, dan dunia di sekitar Rainer mulai terbungkus dalam bayang-bayang malam. Rasa dingin mulai merayap ke dalam tulang, tetapi itu bukan hal yang paling mengganggunya. Apa yang ia rasakan lebih dari sekadar cuaca—ia merasakan beratnya takdir yang menantinya di dunia baru ini. Dunia yang penuh dengan sihir dan takdir yang tak bisa ia prediksi.

Langkahnya ringan, tetapi pikirannya terus berputar. Ia melangkah melalui hutan lebat, melewati pepohonan yang tinggi dan rerumputan yang lembap. Di tengah hutan ini, Rainer merasa seolah dunia ini tidak pernah mengenalnya—semua yang ia ketahui dari kehidupan sebelumnya, semua yang ia pelajari, tampak tidak berguna di dunia yang penuh dengan misteri ini. Bahkan kecerdasannya, meskipun luar biasa, terasa seolah tidak cukup.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Langkah itu cepat dan ragu, bukan langkah seseorang yang biasa berjalan melalui hutan di malam hari. Rainer berhenti sejenak, mencoba mendengar lebih jelas, tetapi suara itu hilang begitu saja. Rasa cemas merayapi dirinya, dan dengan waspada ia memutar tubuhnya, mengarahkan pandangannya ke arah yang datang.

Namun, hanya ada keheningan. Hanya angin yang berbisik lembut di antara pepohonan. Rainer menghela napas lega, tetapi ia tahu ia tidak bisa lengah. Kerajaan sudah mengetahui keberadaannya. Mereka mungkin sedang mengawasi setiap gerakannya.

"Rainer, hati-hati," suara Elyse terdengar tiba-tiba dari belakang.

Rainer terkejut, dan segera berbalik. Elyse berdiri di sana, wajahnya serius. "Mereka mengawasi kita, aku bisa merasakannya."

Rainer mengangguk. "Aku tahu. Aku mendengarnya. Tapi kita harus tetap tenang dan berpikir jernih."

Elyse mendekat, berdiri di samping Rainer, memandang sekitar. "Apa rencanamu selanjutnya?"

Rainer berpikir sejenak. "Kita harus tahu lebih banyak tentang kerajaan dan sistem sihir di dunia ini. Aku rasa, jika kita ingin bertahan hidup, kita perlu memahami lebih dalam tentang kekuatan yang ada di sini."

Elyse menatap Rainer dengan bingung. "Sihir? Tapi kita bukan penyihir, Rainer. Bagaimana kita bisa..."

Rainer tersenyum samar. "Di dunia ini, segala hal bisa dipelajari. Bahkan sesuatu yang tak terlihat sekalipun. Aku tahu, meskipun kita bukan penyihir, sihir adalah bagian penting dari dunia ini. Jika kita ingin bertahan dan bahkan merubah nasib kita, kita harus memahami sihir."

Elyse mengangguk perlahan, meskipun masih terlihat ragu. "Aku mengerti. Tapi dari mana kita mulai?"

"Langkah pertama adalah mencari tahu siapa yang bisa mengajarkan kita," jawab Rainer dengan tegas. "Ada banyak penyihir di dunia ini, dan kita harus menemukan mereka. Kita juga perlu informasi tentang bagaimana sihir bekerja—seperti apa prinsip-prinsipnya, siapa yang menguasainya, dan bagaimana kita bisa menggunakannya untuk melawan mereka."

Elyse tetap terdiam, tetapi wajahnya yang penuh tekad menunjukkan bahwa dia siap mengikuti Rainer. Namun, keduanya tahu bahwa untuk mencari tahu lebih banyak tentang sihir, mereka harus berhati-hati. Jika mereka salah langkah, kerajaan bisa mengetahui niat mereka.

Malam semakin larut, dan kedua sahabat itu melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menuju ke kota terdekat, yang terletak beberapa hari perjalanan dari tempat mereka. Rainer tahu, di sana mereka mungkin bisa mendapatkan informasi yang lebih baik. Namun, perjalanan ini bukan tanpa bahaya. Setiap langkah mereka bisa mengarah pada perangkap yang lebih besar.

"Rainer," Elyse berkata pelan di tengah perjalanan mereka. "Aku tahu kita tidak bisa langsung melawan kerajaan. Tapi... bagaimana kita tahu siapa yang bisa kita percayai? Bagaimana jika ada orang yang berusaha memanfaatkan kita?"

Rainer berhenti sejenak, memikirkan kata-kata Elyse. "Itulah mengapa kita harus sangat berhati-hati. Kita harus berpikir setiap langkah ke depan. Sihir adalah salah satu alat yang bisa kita gunakan, tetapi kita tidak bisa hanya mengandalkan itu. Kita harus tahu siapa teman dan siapa musuh."

Elyse mengangguk, tetapi masih ada kegelisahan di matanya. "Aku takut kita tidak akan cukup kuat. Mereka bisa saja menghancurkan kita sebelum kita siap."

Rainer menatap Elyse dengan serius, mencoba memberi kenyamanan meski ia tahu situasi mereka sangat sulit. "Elyse, kita punya kelebihan yang tidak dimiliki banyak orang. Kecerdasan dan ketekunan kita. Itu lebih penting daripada apa pun yang bisa mereka lakukan dengan kekuatan fisik atau sihir. Kita hanya perlu waktu untuk mempersiapkan diri."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah yang lebih pasti, namun ketegangan di udara tidak bisa diabaikan. Rainer tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil akan mempengaruhi nasib mereka. Di satu sisi, kerajaan dan kekuatan besar yang mengelilinginya menekan mereka untuk tetap berada dalam bayang-bayang. Di sisi lain, ada potensi besar untuk meraih kekuatan yang dapat mengubah dunia.

Malam itu, mereka berkemah di sebuah tempat yang aman, jauh dari jalur utama yang biasa dilalui pedagang atau prajurit. Api unggun kecil menyala di tengah mereka, memancarkan cahaya yang hangat di tengah hutan yang dingin. Rainer duduk dengan tenang, matanya fokus pada api yang berkobar. Ia tahu bahwa dalam perjalanan ini, setiap keputusan harus dihitung dengan hati-hati.

"Rainer," Elyse memulai pembicaraan. "Aku tahu kita punya tujuan besar, tapi aku ingin tahu. Apa yang sebenarnya kau cari di dunia ini?"

Rainer menatapnya, menilai sejenak. "Aku mencari pemahaman. Pemahaman tentang bagaimana dunia ini bekerja, tentang kekuatan yang ada di dalamnya. Aku ingin mengubah takdir kita—takdir orang-orang seperti kita yang selalu dipandang rendah."

Elyse menunduk, tampak merenung. "Aku tidak ingin hidup seperti ini selamanya. Aku ingin lebih dari sekadar menjadi bagian dari sistem yang menindas kita."

Rainer tersenyum, namun senyum itu bukan hanya untuk memberi rasa nyaman. "Kita akan lebih, Elyse. Kita akan menemukan cara untuk mengubah dunia ini. Dengan kecerdasan, dengan perhitungan. Dengan sihir yang kita pelajari."

Elyse mengangguk, seolah menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka masih jauh dari tujuan mereka, dan bahaya masih mengintai di setiap sudut dunia ini. Namun, satu hal yang pasti—Rainer dan Elyse tidak akan berhenti sampai mereka mengubah dunia.

Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke kota terdekat, namun Rainer merasa bahwa ancaman dari kerajaan semakin dekat. Mereka harus lebih berhati-hati—dan semakin dalam ia menggali dunia baru ini, semakin ia sadar bahwa apa yang dihadapinya bukan hanya pertarungan fisik, tetapi juga pertarungan kecerdasan dan strategi.

Namun, Rainer tahu satu hal yang pasti—ia tidak akan mundur. Dunia ini bisa dipahami dan, suatu hari nanti, ia akan mengubahnya.

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 5

    Matahari baru saja terbit, dan udara pagi yang sejuk menerpa wajah Rainer dan Elyse saat mereka melanjutkan perjalanan menuju kota terdekat. Selama berhari-hari mereka berjalan di hutan, menghindari jalur utama, dan bersembunyi dari mata-mata kerajaan yang mungkin sedang mencari mereka. Setiap langkah yang mereka ambil lebih berat dari sebelumnya, bukan hanya karena medan yang sulit, tetapi juga karena perasaan bahwa setiap keputusan mereka bisa mengubah jalan hidup mereka.“Ada sesuatu yang aneh tentang dunia ini,” kata Elyse, suaranya penuh dengan kebingungan, matanya memandang ke arah pegunungan yang jauh di cakrawala. “Aku merasa kita seperti berada di dunia yang berbeda. Tidak hanya sihir, tapi segala sesuatunya terasa tidak pada tempatnya.”Rainer menoleh ke Elyse, wajahnya tetap tenang meskipun ada keraguan yang mendalam di dalam dirinya. Dunia ini memang asing, jauh dari apa yang ia kenal. Dan meskipun ia sudah mengetahui bahwa dunia ini penuh dengan sihir dan keajaiban, ia mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 6

    Langit senja mulai meredupkan warnanya, dan kedai kopi yang mereka masuki semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di sudut-sudut ruangan, berbicara dengan suara pelan. Namun, bagi Rainer dan Elyse, dunia mereka seakan terhenti sejenak ketika pria bertubuh besar itu berbicara.Pria itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Darvin, memiliki pandangan tajam yang membuat Rainer merasa waspada. Bahkan di tengah keraguan dan kebingungannya, Rainer tidak bisa menahan rasa penasaran. Siapa pria ini? Dan apa yang dia inginkan dengan menawarkan bantuan di dunia yang begitu rumit ini?“Jadi, bagaimana?” Darvin melanjutkan, melihat ke arah mereka dengan senyum licik. “Apakah kalian berdua ingin mengetahui bagaimana cara mengakses kekuatan yang lebih besar, atau apakah kalian akan tetap berjalan di jalur yang penuh rintangan ini, tanpa arah dan tujuan?”Rainer menatapnya dengan dingin. “Kekuatan besar… apa yang sebenarnya kamu tawarkan, Darvin?”Darvin menyandarkan tubuhnya ke belakang, m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 7

    Hari-hari pertama di akademi sihir bukanlah apa yang dibayangkan Rainer. Meskipun dunia ini penuh dengan keajaiban dan kemungkinan tak terbatas, kenyataan yang ia hadapi lebih keras dari yang ia kira. Bangunan besar akademi yang menjulang tinggi di depannya tak mengurangi beban yang terasa di pundaknya. Di dalamnya, tak hanya sihir yang dipelajari, tetapi juga intrik politik yang lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan.Saat mereka tiba di gerbang akademi, Elyse berjalan di sampingnya, dengan wajah yang tegang. Mereka berdua tahu bahwa ini adalah tempat di mana mereka akan dibentuk—bukan hanya sebagai penyihir, tetapi juga sebagai individu yang mampu bertahan di dunia yang keras ini. Rainer melangkah dengan tegas, meskipun di dalam hatinya ada kecemasan yang tak terucapkan."Rainer," Elyse memanggilnya dengan suara pelan. "Apa yang akan kita lakukan di sini? Bagaimana kita bisa membuat langkah besar di tengah semua orang yang lebih kuat dan berkuasa?"Rainer menatapnya dengan ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 8

    Setelah beberapa minggu di akademi sihir, Rainer dan Elyse mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan rutinitas yang mereka jalani. Namun, kenyamanan itu hanya bersifat sementara. Dunia akademi bukanlah tempat yang memberi ruang untuk bersantai. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan tantangan baru, dan sering kali, mereka harus menghadapi ujian yang menguji ketahanan fisik dan mental mereka.Hari itu, mereka menjalani ujian pertama mereka di akademi, sebuah ujian yang sangat bergengsi dan menentukan apakah mereka akan dianggap layak untuk melanjutkan pelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Ujian tersebut bukan hanya soal sihir, tetapi juga tentang seberapa baik mereka memahami politik, strategi, dan permainan kekuasaan yang sedang berlangsung di antara para siswa.Rainer duduk di meja ujian bersama Elyse, merasa ketegangan semakin meningkat. Meskipun ujian ini hanya untuk menguji kemampuan dasar mereka dalam mengendalikan sihir, dia tahu bahwa itu adalah langkah pertama untuk membuktika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 9

    Seiring berjalannya waktu di Akademi Magia, dunia yang sebelumnya penuh dengan misteri bagi Rainer kini mulai terasa lebih familiar. Namun, familiaritas itu datang bersama dengan tantangan yang semakin besar. Ia menyadari bahwa meskipun keberhasilannya di ujian pertama membuka pintu kesempatan, itu hanyalah sebagian kecil dari perjalanan panjang yang harus ia tempuh.Setiap hari, Rainer semakin menyadari betapa ketatnya sistem yang ada di akademi. Di balik semua pelajaran sihir yang sulit dan rumit, ada politik, intrik, dan persaingan yang lebih licik dari yang ia bayangkan. Para siswa dari keluarga bangsawan tampaknya selalu memiliki keunggulan. Mereka memiliki akses lebih mudah ke sumber daya, informasi, bahkan hubungan yang mendalam dengan pengajar dan para pemimpin akademi.Rainer merasa kesulitan untuk bersaing dengan mereka dalam hal itu. Meskipun ia tidak diragukan lagi unggul dalam hal kecerdasan dan strategi, ia juga tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia harus membangun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 10

    Rainer mengamati peta yang ada di tangannya dengan tatapan penuh fokus. Informasi yang baru saja ia dapatkan dari Alaric telah membuka mata tentang kemungkinan-kemungkinan besar yang tersembunyi di dunia ini. Namun, peta itu bukan hanya soal penunjuk arah—peta itu adalah petunjuk ke arah yang lebih besar, ke kekuatan yang selama ini tidak mereka ketahui. Dunia ini, dengan segala sihir dan politiknya, memiliki banyak lapisan yang bisa dieksplorasi. Dan kini, mereka harus bergerak hati-hati.Alaric telah mengungkapkan bahwa di luar tembok akademi, ada tempat-tempat yang lebih penting—kekuatan kuno yang tidak terhubung langsung dengan sistem kasta yang ada. Tempat-tempat itu adalah wilayah yang sangat dijaga ketat oleh mereka yang berkuasa, dan untuk mencapainya, mereka membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan fisik atau sihir.Namun, dengan bantuan peta yang telah Alaric berikan, setidaknya mereka tahu di mana harus mencari. Bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang jauh lebi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 11

    Rainer berdiri di atas perahu yang mengapung perlahan di atas air, angin malam menyapu wajahnya. Di kejauhan, kabut masih meliputi pulau yang hendak mereka tuju. Langit gelap dengan hanya beberapa bintang yang tampak di langit malam. Mereka sudah menempuh perjalanan jauh, meninggalkan jejak mereka di tempat yang hampir tak diketahui siapa pun. Hanya kedalaman laut yang mampu menjamin kesunyian ini.Elyse berdiri di sisi Rainer, matanya tak lepas dari pulau itu. “Kita sudah hampir sampai. Tapi aku merasa... ada sesuatu yang ganjil dengan tempat ini. Sepertinya, pulau ini tidak hanya tersembunyi oleh kabut,” kata Elyse, suaranya pelan, hampir seperti bisikan angin yang bersahutan dengan riak ombak.Rainer menatapnya dengan ekspresi serius. “Kamu benar. Sesuatu tentang pulau ini berbeda. Tidak ada yang menganggapnya penting, tapi kita tahu ini lebih dari sekadar tempat yang terabaikan. Ada yang sangat besar di sini, Elyse, dan kita harus menemukannya.”“Dan jika kita tidak bisa? Jika kit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 12

    Setelah tembok batu itu mulai membuka dengan perlahan, udara sekitar mereka terasa semakin berat. Seperti ada sesuatu yang mengintai, sesuatu yang tak tampak namun bisa dirasakan dengan jelas. Rainer berdiri di depan celah yang terbuka, matanya menyipit menilai apa yang ada di balik tembok tersebut. Kabut yang lebih tipis menyelimuti bagian dalam, membuat semuanya tampak lebih suram dan penuh rahasia.Elyse berdiri di sampingnya, merasakan ketegangan yang sama. "Apa yang ada di dalam sana?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikan kekhawatirannya.“Tidak tahu,” jawab Rainer, dengan suara yang datar. “Tapi kita tidak punya pilihan lain selain melangkah maju. Kita sudah sejauh ini. Menyerah bukanlah opsi.”Dengan langkah hati-hati, mereka memasuki celah yang semakin terbuka. Begitu mereka melangkah masuk, rasa berat itu semakin menyelimuti mereka. Udara di dalam terowongan ini terasa lebih dingin dan lebih pekat. Rainer merasakan sesuatu yang b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 107

    Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status