Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-01-04 00:32:43

Rainer duduk kembali di batu besar itu, memandang ke langit yang perlahan mulai gelap. Angin malam menerpa wajahnya, membawa wangi tanah dan pohon yang lembab setelah hujan ringan. Dunia baru ini terasa asing, namun ada sesuatu yang membuatnya merasa seolah ia baru saja memulai perjalanan besar. Sebuah perjalanan yang penuh ketidakpastian, dan meskipun ia seorang jenius, kali ini, itu tidak menjamin segalanya akan mudah.

"Jika hanya aku memiliki kekuatan untuk mengubahnya," gumam Rainer, lebih pada dirinya sendiri. "Tapi apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan kekuatan itu?"

Hatinya bergejolak dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya. Rainer menyadari bahwa, meskipun dirinya telah diberikan kehidupan kedua, ia masih berada di tengah dunia yang penuh dengan keajaiban yang tidak ia pahami sepenuhnya. Sihir, takdir, politik—semua itu hanyalah bagian dari teka-teki besar yang belum ia pecahkan.

Ketika ia mulai menutup matanya dan mencoba merasakan atmosfer dunia baru ini, ia mendengar langkah kaki mendekat. Ada seseorang yang datang ke arahnya. Rainer, yang sudah terbiasa waspada, segera mempersiapkan diri, meskipun tidak ingin terlihat mencurigakan. Dalam dunia ini, seseorang yang terlalu terlihat mencolok bisa saja menjadi sasaran perhatian yang tidak diinginkan.

Namun, suara itu bukan suara langkah prajurit atau musuh. Itu suara seorang wanita. Suara Elyse.

Rainer membalikkan tubuh dan melihat Elyse berdiri di ambang cahaya bulan, matanya penuh tekad. "Rainer," katanya, suaranya lembut namun tegas. "Aku tahu kau sedang berjuang dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi kita harus segera bertindak. Mereka sudah mulai mencurigai kita."

Elyse bergerak lebih dekat, langkahnya lembut namun pasti. Wajahnya tampak lebih serius dari biasanya. Rainer merasa bahwa, meskipun Elyse adalah seorang gadis muda dari kalangan biasa, dia sudah lebih matang dari kebanyakan orang yang pernah ia temui di kehidupan lamanya.

"Apa maksudmu? Siapa yang mulai mencurigai kita?" tanya Rainer, berusaha menyembunyikan perasaan cemas di balik nada suaranya yang tenang.

"Kerajaan," jawab Elyse dengan tegas. "Mereka mengirimkan lebih banyak prajurit ke sekitar desa. Mereka mencari orang-orang yang berpotensi menjadi ancaman. Dan aku takut kita sudah menjadi target."

Rainer menyadari bahwa apa yang dikatakan Elyse adalah kenyataan yang tak bisa dihindari. Kerajaan ini, meskipun tampaknya kuat dan berkuasa, sangat waspada terhadap potensi ancaman dari luar—terutama dari kalangan rakyat biasa yang dianggap tidak berdaya. Namun, dalam dunia yang penuh dengan sihir ini, siapa pun bisa berubah menjadi ancaman jika mereka memiliki kekuatan yang tidak terlihat.

Elyse melangkah lebih dekat, duduk di samping Rainer di atas batu besar itu. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya. "Aku tahu kau punya banyak hal yang ingin dipelajari tentang dunia ini. Tapi kita harus fokus pada yang lebih mendesak sekarang—survival. Kita harus tahu siapa yang bisa kita percayai."

Rainer menatap langit, seolah mencoba mencari jawaban di antara bintang-bintang. "Aku tahu. Kita harus bergerak cepat. Tapi kita juga harus bijaksana. Setiap langkah kita akan memengaruhi seluruh takdir kita."

Elyse mengangguk, tetapi ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. "Dan jika kita gagal?"

Rainer menatapnya, matanya penuh keyakinan. "Kita tidak akan gagal. Kita akan mencari cara. Aku punya banyak ide. Kita hanya perlu bekerja sama."

"Berarti kita akan melawan?" tanya Elyse, ragu-ragu.

"Melawan?" Rainer mengulang kata itu dalam hati, mencoba merasakannya. "Bukan melawan secara langsung, tetapi kita harus memanfaatkan kecerdasan kita. Kita harus membuat mereka tidak tahu apa yang sedang kita rencanakan."

Elyse tampak sedikit lebih tenang, meskipun ketegangan di udara tidak bisa dipungkiri. "Bagaimana caranya?"

Rainer menarik napas dalam-dalam dan mulai menjelaskan rencananya dengan hati-hati, mencoba memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang akan mereka ambil. "Kita harus mendapatkan informasi. Mereka mengawasi kita, itu pasti. Tapi kita juga bisa memanfaatkan itu. Kita harus tahu siapa yang terlibat dalam permainan ini, siapa yang mendukung kerajaan, dan siapa yang melawan."

Elyse mengangguk, meskipun raut wajahnya tetap khawatir. "Tapi bagaimana kita bisa tahu siapa yang bisa dipercaya? Kita berasal dari kalangan biasa. Mereka akan meremehkan kita."

"Itulah sebabnya kita harus berhati-hati," jawab Rainer dengan tegas. "Setiap gerakan kita harus terencana dengan baik. Kita tidak bisa bertindak terburu-buru."

Di tengah pembicaraan mereka, Rainer merasa ada yang mengganjal dalam dirinya. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar ancaman dari kerajaan. Dunia ini penuh dengan sihir, dan jika ia ingin bertahan hidup dan meraih perubahan, ia harus belajar mengendalikan kekuatan ini. Namun, bagaimana cara melakukannya jika ia sendiri tidak mengerti cara kerja sihir di dunia ini?

"Elyse," katanya setelah beberapa saat, menatap gadis itu dengan serius. "Ada hal yang harus aku pelajari di dunia ini. Sesuatu yang bisa membantu kita. Sihir."

Elyse menoleh dengan sedikit kebingungan. "Sihir?"

Rainer mengangguk, matanya berkilat dengan keyakinan. "Aku tahu banyak tentang strategi dan perhitungan, tapi untuk bertahan hidup di sini, kita juga harus mengerti sihir. Dan aku rasa, di tempat ini, sihir bisa menjadi kunci untuk kita meraih kekuatan yang kita butuhkan."

Elyse terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang dikatakan Rainer. "Tapi kau... kau bukan seorang penyihir. Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan belajar," jawab Rainer dengan penuh tekad. "Dunia ini penuh dengan misteri. Tapi aku tahu satu hal: jika aku bisa menguasai sihir, itu akan memberi kita keuntungan besar."

Pada saat itu, suara langkah kaki kembali terdengar, kali ini lebih banyak. Rainer dan Elyse segera terdiam, saling bertukar pandang. Mereka harus berhati-hati. Kerajaan mungkin tidak akan mengampuni siapa pun yang melawan mereka.

"Sepertinya kita harus berpisah dulu," bisik Rainer. "Kita akan bertemu lagi di tempat yang lebih aman. Ingat, kita harus tetap waspada."

Elyse mengangguk, kemudian berbalik dan berjalan cepat menuju hutan yang lebih dalam. Rainer menatap ke arah yang berlawanan, menuju tempat di mana ia tahu ia bisa menyembunyikan dirinya sejenak. Ia harus mempersiapkan langkah selanjutnya.

Di dunia ini, kecerdasan dan strategi adalah senjata utamanya. Namun, untuk menghadapi kerajaan dan sihir yang mengelilinginya, Rainer tahu ia harus mempelajari lebih banyak lagi. Dan setiap langkah yang ia ambil, setiap keputusan yang ia buat, akan memengaruhi nasib mereka semua.

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 4

    Hari itu semakin larut, dan dunia di sekitar Rainer mulai terbungkus dalam bayang-bayang malam. Rasa dingin mulai merayap ke dalam tulang, tetapi itu bukan hal yang paling mengganggunya. Apa yang ia rasakan lebih dari sekadar cuaca—ia merasakan beratnya takdir yang menantinya di dunia baru ini. Dunia yang penuh dengan sihir dan takdir yang tak bisa ia prediksi.Langkahnya ringan, tetapi pikirannya terus berputar. Ia melangkah melalui hutan lebat, melewati pepohonan yang tinggi dan rerumputan yang lembap. Di tengah hutan ini, Rainer merasa seolah dunia ini tidak pernah mengenalnya—semua yang ia ketahui dari kehidupan sebelumnya, semua yang ia pelajari, tampak tidak berguna di dunia yang penuh dengan misteri ini. Bahkan kecerdasannya, meskipun luar biasa, terasa seolah tidak cukup.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Langkah itu cepat dan ragu, bukan langkah seseorang yang biasa berjalan melalui hutan di malam hari. Rainer berhenti sejenak, mencoba mendengar lebih je

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 5

    Matahari baru saja terbit, dan udara pagi yang sejuk menerpa wajah Rainer dan Elyse saat mereka melanjutkan perjalanan menuju kota terdekat. Selama berhari-hari mereka berjalan di hutan, menghindari jalur utama, dan bersembunyi dari mata-mata kerajaan yang mungkin sedang mencari mereka. Setiap langkah yang mereka ambil lebih berat dari sebelumnya, bukan hanya karena medan yang sulit, tetapi juga karena perasaan bahwa setiap keputusan mereka bisa mengubah jalan hidup mereka.“Ada sesuatu yang aneh tentang dunia ini,” kata Elyse, suaranya penuh dengan kebingungan, matanya memandang ke arah pegunungan yang jauh di cakrawala. “Aku merasa kita seperti berada di dunia yang berbeda. Tidak hanya sihir, tapi segala sesuatunya terasa tidak pada tempatnya.”Rainer menoleh ke Elyse, wajahnya tetap tenang meskipun ada keraguan yang mendalam di dalam dirinya. Dunia ini memang asing, jauh dari apa yang ia kenal. Dan meskipun ia sudah mengetahui bahwa dunia ini penuh dengan sihir dan keajaiban, ia mu

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 6

    Langit senja mulai meredupkan warnanya, dan kedai kopi yang mereka masuki semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di sudut-sudut ruangan, berbicara dengan suara pelan. Namun, bagi Rainer dan Elyse, dunia mereka seakan terhenti sejenak ketika pria bertubuh besar itu berbicara.Pria itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Darvin, memiliki pandangan tajam yang membuat Rainer merasa waspada. Bahkan di tengah keraguan dan kebingungannya, Rainer tidak bisa menahan rasa penasaran. Siapa pria ini? Dan apa yang dia inginkan dengan menawarkan bantuan di dunia yang begitu rumit ini?“Jadi, bagaimana?” Darvin melanjutkan, melihat ke arah mereka dengan senyum licik. “Apakah kalian berdua ingin mengetahui bagaimana cara mengakses kekuatan yang lebih besar, atau apakah kalian akan tetap berjalan di jalur yang penuh rintangan ini, tanpa arah dan tujuan?”Rainer menatapnya dengan dingin. “Kekuatan besar… apa yang sebenarnya kamu tawarkan, Darvin?”Darvin menyandarkan tubuhnya ke belakang, m

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 7

    Hari-hari pertama di akademi sihir bukanlah apa yang dibayangkan Rainer. Meskipun dunia ini penuh dengan keajaiban dan kemungkinan tak terbatas, kenyataan yang ia hadapi lebih keras dari yang ia kira. Bangunan besar akademi yang menjulang tinggi di depannya tak mengurangi beban yang terasa di pundaknya. Di dalamnya, tak hanya sihir yang dipelajari, tetapi juga intrik politik yang lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan.Saat mereka tiba di gerbang akademi, Elyse berjalan di sampingnya, dengan wajah yang tegang. Mereka berdua tahu bahwa ini adalah tempat di mana mereka akan dibentuk—bukan hanya sebagai penyihir, tetapi juga sebagai individu yang mampu bertahan di dunia yang keras ini. Rainer melangkah dengan tegas, meskipun di dalam hatinya ada kecemasan yang tak terucapkan."Rainer," Elyse memanggilnya dengan suara pelan. "Apa yang akan kita lakukan di sini? Bagaimana kita bisa membuat langkah besar di tengah semua orang yang lebih kuat dan berkuasa?"Rainer menatapnya dengan ma

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 8

    Setelah beberapa minggu di akademi sihir, Rainer dan Elyse mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan rutinitas yang mereka jalani. Namun, kenyamanan itu hanya bersifat sementara. Dunia akademi bukanlah tempat yang memberi ruang untuk bersantai. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan tantangan baru, dan sering kali, mereka harus menghadapi ujian yang menguji ketahanan fisik dan mental mereka.Hari itu, mereka menjalani ujian pertama mereka di akademi, sebuah ujian yang sangat bergengsi dan menentukan apakah mereka akan dianggap layak untuk melanjutkan pelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Ujian tersebut bukan hanya soal sihir, tetapi juga tentang seberapa baik mereka memahami politik, strategi, dan permainan kekuasaan yang sedang berlangsung di antara para siswa.Rainer duduk di meja ujian bersama Elyse, merasa ketegangan semakin meningkat. Meskipun ujian ini hanya untuk menguji kemampuan dasar mereka dalam mengendalikan sihir, dia tahu bahwa itu adalah langkah pertama untuk membuktika

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 9

    Seiring berjalannya waktu di Akademi Magia, dunia yang sebelumnya penuh dengan misteri bagi Rainer kini mulai terasa lebih familiar. Namun, familiaritas itu datang bersama dengan tantangan yang semakin besar. Ia menyadari bahwa meskipun keberhasilannya di ujian pertama membuka pintu kesempatan, itu hanyalah sebagian kecil dari perjalanan panjang yang harus ia tempuh.Setiap hari, Rainer semakin menyadari betapa ketatnya sistem yang ada di akademi. Di balik semua pelajaran sihir yang sulit dan rumit, ada politik, intrik, dan persaingan yang lebih licik dari yang ia bayangkan. Para siswa dari keluarga bangsawan tampaknya selalu memiliki keunggulan. Mereka memiliki akses lebih mudah ke sumber daya, informasi, bahkan hubungan yang mendalam dengan pengajar dan para pemimpin akademi.Rainer merasa kesulitan untuk bersaing dengan mereka dalam hal itu. Meskipun ia tidak diragukan lagi unggul dalam hal kecerdasan dan strategi, ia juga tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia harus membangun

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 10

    Rainer mengamati peta yang ada di tangannya dengan tatapan penuh fokus. Informasi yang baru saja ia dapatkan dari Alaric telah membuka mata tentang kemungkinan-kemungkinan besar yang tersembunyi di dunia ini. Namun, peta itu bukan hanya soal penunjuk arah—peta itu adalah petunjuk ke arah yang lebih besar, ke kekuatan yang selama ini tidak mereka ketahui. Dunia ini, dengan segala sihir dan politiknya, memiliki banyak lapisan yang bisa dieksplorasi. Dan kini, mereka harus bergerak hati-hati.Alaric telah mengungkapkan bahwa di luar tembok akademi, ada tempat-tempat yang lebih penting—kekuatan kuno yang tidak terhubung langsung dengan sistem kasta yang ada. Tempat-tempat itu adalah wilayah yang sangat dijaga ketat oleh mereka yang berkuasa, dan untuk mencapainya, mereka membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan fisik atau sihir.Namun, dengan bantuan peta yang telah Alaric berikan, setidaknya mereka tahu di mana harus mencari. Bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang jauh lebi

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 11

    Rainer berdiri di atas perahu yang mengapung perlahan di atas air, angin malam menyapu wajahnya. Di kejauhan, kabut masih meliputi pulau yang hendak mereka tuju. Langit gelap dengan hanya beberapa bintang yang tampak di langit malam. Mereka sudah menempuh perjalanan jauh, meninggalkan jejak mereka di tempat yang hampir tak diketahui siapa pun. Hanya kedalaman laut yang mampu menjamin kesunyian ini.Elyse berdiri di sisi Rainer, matanya tak lepas dari pulau itu. “Kita sudah hampir sampai. Tapi aku merasa... ada sesuatu yang ganjil dengan tempat ini. Sepertinya, pulau ini tidak hanya tersembunyi oleh kabut,” kata Elyse, suaranya pelan, hampir seperti bisikan angin yang bersahutan dengan riak ombak.Rainer menatapnya dengan ekspresi serius. “Kamu benar. Sesuatu tentang pulau ini berbeda. Tidak ada yang menganggapnya penting, tapi kita tahu ini lebih dari sekadar tempat yang terabaikan. Ada yang sangat besar di sini, Elyse, dan kita harus menemukannya.”“Dan jika kita tidak bisa? Jika kit

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 107

    Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status