Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-01-04 00:32:55

Langit senja mulai meredupkan warnanya, dan kedai kopi yang mereka masuki semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di sudut-sudut ruangan, berbicara dengan suara pelan. Namun, bagi Rainer dan Elyse, dunia mereka seakan terhenti sejenak ketika pria bertubuh besar itu berbicara.

Pria itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Darvin, memiliki pandangan tajam yang membuat Rainer merasa waspada. Bahkan di tengah keraguan dan kebingungannya, Rainer tidak bisa menahan rasa penasaran. Siapa pria ini? Dan apa yang dia inginkan dengan menawarkan bantuan di dunia yang begitu rumit ini?

“Jadi, bagaimana?” Darvin melanjutkan, melihat ke arah mereka dengan senyum licik. “Apakah kalian berdua ingin mengetahui bagaimana cara mengakses kekuatan yang lebih besar, atau apakah kalian akan tetap berjalan di jalur yang penuh rintangan ini, tanpa arah dan tujuan?”

Rainer menatapnya dengan dingin. “Kekuatan besar… apa yang sebenarnya kamu tawarkan, Darvin?”

Darvin menyandarkan tubuhnya ke belakang, mempermainkan gelas minumannya. “Sihir bukanlah satu-satunya sumber kekuatan di dunia ini, Rainer. Kekuatan sejati berasal dari kontrol. Kontrol atas sistem. Aku tahu siapa yang memegang kekuasaan, siapa yang menarik tali di balik layar, dan siapa yang bisa kalian ajak bekerja sama.”

Elyse, yang sudah mulai merasa tidak nyaman dengan arah percakapan ini, bersuara. “Apa maksudmu dengan ‘bekerja sama’? Dan siapa yang akan kami hadapi dengan bantuanmu?”

Darvin menyeringai, menikmati ketegangan yang melingkupi meja mereka. “Kerajaan ini dikuasai oleh para bangsawan yang sudah lama menikmati posisi mereka. Mereka memandang orang-orang seperti kalian sebagai sampah. Tapi ada celah. Ada cara untuk mengakses kekuasaan. Dan aku bisa membantumu mendapatkan pengaruh, memanipulasi sistem agar kalian bisa berada di posisi yang kuat.”

Elyse menatap Darvin dengan curiga. “Tapi apa yang kau inginkan sebagai imbalan?”

Rainer menoleh ke Elyse, memberikan tanda agar ia tidak terburu-buru menyimpulkan. Mereka baru saja menemukan seorang yang tahu lebih banyak dari mereka, dan ini bisa jadi kesempatan untuk memulai langkah pertama mereka. Tetapi mereka harus berhati-hati. Dalam dunia yang penuh dengan intrik ini, satu langkah salah bisa berakibat fatal.

“Imbalan?” Darvin tertawa, kemudian menatap Rainer dengan mata penuh pengertian. “Imbalannya sederhana, anak muda. Aku hanya ingin kalian tahu satu hal—untuk menggulingkan sistem yang ada, kita membutuhkan lebih dari sekadar sihir. Kita butuh kontrol. Dan aku akan membantu kalian, asal kalian siap untuk mengambil risiko.”

Rainer merenung sejenak. Dunia ini bukan hanya tentang kecerdasan dan sihir. Di dunia yang dipenuhi dengan ketidakadilan ini, siapa yang bisa mengendalikan sistemlah yang akan bertahan hidup. Darvin bukan hanya seorang pemberi informasi; ia tahu permainan ini. Jika Rainer dan Elyse ingin bertahan hidup dan mengubah dunia, mereka harus belajar cara bermain.

“Baiklah,” kata Rainer, suara tegasnya menggema di kedai yang hening. “Apa yang harus kami lakukan?”

Darvin menyandarkan tubuhnya di kursi, merasa puas dengan keputusan mereka. “Pertama, kalian harus memahami posisi kalian di dunia ini. Kalian berdua bukan siapa-siapa—hanya orang biasa tanpa kekayaan, tanpa dukungan. Namun, kalian memiliki sesuatu yang lebih berharga daripada apa pun yang dimiliki oleh orang-orang di sekitar kalian: pengetahuan. Pengetahuan tentang sihir, taktik, dan cara merancang masa depan.”

Rainer menahan napas. Kalimat itu menggugahnya, namun ia tahu bahwa mereka harus melangkah hati-hati. Di dunia ini, pengetahuan dan kecerdasan memang bisa menjadi senjata yang kuat. Namun, itu juga bisa menjadi boomerang yang berbahaya jika digunakan dengan sembarangan.

“Kami mengerti,” kata Elyse, suaranya lebih tenang sekarang. “Tapi apa yang kamu inginkan sebagai imbalan untuk bantuanmu?”

Darvin kembali mengerutkan bibirnya dalam senyuman yang menakutkan. “Aku ingin kalian membantu aku menumbangkan beberapa kekuatan yang ada di kerajaan ini. Tidak ada yang bisa mengubah dunia tanpa mengalahkan para penguasa. Aku akan memberi kalian petunjuk, tetapi kalian harus melaksanakan rencanaku.”

Rainer memandang Darvin dengan seksama. Dia tahu betul bahwa membuat kesepakatan dengan orang seperti Darvin bisa berisiko. Namun, di sisi lain, mereka tidak punya banyak pilihan. Jika mereka ingin mencapai tujuan mereka, mereka harus mulai membentuk aliansi, bahkan dengan orang yang tidak sepenuhnya dapat mereka percayai.

“Baik,” kata Rainer akhirnya. “Tapi kita perlu lebih banyak informasi. Kita tidak bisa bergerak tanpa memahami apa yang akan kita hadapi.”

Darvin mengangguk, matanya berbinar. “Kalian akan mendapatkan informasi yang kalian butuhkan. Namun, kalian harus tahu bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Banyak orang yang akan mencoba menjatuhkan kalian, dan hanya mereka yang kuat dan pintar yang bisa bertahan.”

Setelah percakapan itu, mereka berpisah dari Darvin dan pergi ke penginapan terdekat. Malam sudah larut, dan kota ini terasa semakin gelap dengan suasana yang berat. Rainer dan Elyse duduk di kamar mereka, berpikir keras tentang apa yang telah mereka setujui.

Elyse memecah keheningan dengan suara pelan. “Apakah kita benar-benar harus bekerja sama dengan orang seperti itu? Apa dia benar-benar bisa dipercaya?”

Rainer menghela napas panjang. “Tidak ada yang bisa dipercaya sepenuhnya di dunia ini, Elyse. Tapi kita tidak bisa maju tanpa aliansi. Darvin mungkin tidak sepenuhnya jujur, tapi kita membutuhkan informasi. Kita akan mengontrol langkah-langkah kita dengan hati-hati. Jika kita bermain dengan benar, kita bisa memanfaatkan kesepakatannya tanpa menjadi bagian dari permainan kotor itu.”

Elyse mengangguk, meskipun ekspresinya masih ragu. “Aku berharap kita tidak membuat kesalahan besar.”

Rainer memandang keluar jendela, menatap langit yang mulai gelap. “Ini adalah langkah pertama. Kita harus terus maju, karena dunia ini tidak akan menunggu kita. Kita hanya punya satu kesempatan untuk mengubahnya.”

Keesokan harinya, Rainer dan Elyse mulai merencanakan langkah-langkah mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati dalam memilih siapa yang akan mereka percayai dan bagaimana mereka bergerak. Darvin hanyalah bagian kecil dari teka-teki besar yang harus mereka pecahkan.

Namun, yang terpenting adalah satu hal yang mereka sadari: mereka sudah terjerat dalam permainan kekuasaan ini, dan satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menguasai permainan itu.

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 7

    Hari-hari pertama di akademi sihir bukanlah apa yang dibayangkan Rainer. Meskipun dunia ini penuh dengan keajaiban dan kemungkinan tak terbatas, kenyataan yang ia hadapi lebih keras dari yang ia kira. Bangunan besar akademi yang menjulang tinggi di depannya tak mengurangi beban yang terasa di pundaknya. Di dalamnya, tak hanya sihir yang dipelajari, tetapi juga intrik politik yang lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan.Saat mereka tiba di gerbang akademi, Elyse berjalan di sampingnya, dengan wajah yang tegang. Mereka berdua tahu bahwa ini adalah tempat di mana mereka akan dibentuk—bukan hanya sebagai penyihir, tetapi juga sebagai individu yang mampu bertahan di dunia yang keras ini. Rainer melangkah dengan tegas, meskipun di dalam hatinya ada kecemasan yang tak terucapkan."Rainer," Elyse memanggilnya dengan suara pelan. "Apa yang akan kita lakukan di sini? Bagaimana kita bisa membuat langkah besar di tengah semua orang yang lebih kuat dan berkuasa?"Rainer menatapnya dengan ma

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 8

    Setelah beberapa minggu di akademi sihir, Rainer dan Elyse mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan rutinitas yang mereka jalani. Namun, kenyamanan itu hanya bersifat sementara. Dunia akademi bukanlah tempat yang memberi ruang untuk bersantai. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan tantangan baru, dan sering kali, mereka harus menghadapi ujian yang menguji ketahanan fisik dan mental mereka.Hari itu, mereka menjalani ujian pertama mereka di akademi, sebuah ujian yang sangat bergengsi dan menentukan apakah mereka akan dianggap layak untuk melanjutkan pelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Ujian tersebut bukan hanya soal sihir, tetapi juga tentang seberapa baik mereka memahami politik, strategi, dan permainan kekuasaan yang sedang berlangsung di antara para siswa.Rainer duduk di meja ujian bersama Elyse, merasa ketegangan semakin meningkat. Meskipun ujian ini hanya untuk menguji kemampuan dasar mereka dalam mengendalikan sihir, dia tahu bahwa itu adalah langkah pertama untuk membuktika

    Last Updated : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 9

    Seiring berjalannya waktu di Akademi Magia, dunia yang sebelumnya penuh dengan misteri bagi Rainer kini mulai terasa lebih familiar. Namun, familiaritas itu datang bersama dengan tantangan yang semakin besar. Ia menyadari bahwa meskipun keberhasilannya di ujian pertama membuka pintu kesempatan, itu hanyalah sebagian kecil dari perjalanan panjang yang harus ia tempuh.Setiap hari, Rainer semakin menyadari betapa ketatnya sistem yang ada di akademi. Di balik semua pelajaran sihir yang sulit dan rumit, ada politik, intrik, dan persaingan yang lebih licik dari yang ia bayangkan. Para siswa dari keluarga bangsawan tampaknya selalu memiliki keunggulan. Mereka memiliki akses lebih mudah ke sumber daya, informasi, bahkan hubungan yang mendalam dengan pengajar dan para pemimpin akademi.Rainer merasa kesulitan untuk bersaing dengan mereka dalam hal itu. Meskipun ia tidak diragukan lagi unggul dalam hal kecerdasan dan strategi, ia juga tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia harus membangun

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 10

    Rainer mengamati peta yang ada di tangannya dengan tatapan penuh fokus. Informasi yang baru saja ia dapatkan dari Alaric telah membuka mata tentang kemungkinan-kemungkinan besar yang tersembunyi di dunia ini. Namun, peta itu bukan hanya soal penunjuk arah—peta itu adalah petunjuk ke arah yang lebih besar, ke kekuatan yang selama ini tidak mereka ketahui. Dunia ini, dengan segala sihir dan politiknya, memiliki banyak lapisan yang bisa dieksplorasi. Dan kini, mereka harus bergerak hati-hati.Alaric telah mengungkapkan bahwa di luar tembok akademi, ada tempat-tempat yang lebih penting—kekuatan kuno yang tidak terhubung langsung dengan sistem kasta yang ada. Tempat-tempat itu adalah wilayah yang sangat dijaga ketat oleh mereka yang berkuasa, dan untuk mencapainya, mereka membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan fisik atau sihir.Namun, dengan bantuan peta yang telah Alaric berikan, setidaknya mereka tahu di mana harus mencari. Bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang jauh lebi

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 11

    Rainer berdiri di atas perahu yang mengapung perlahan di atas air, angin malam menyapu wajahnya. Di kejauhan, kabut masih meliputi pulau yang hendak mereka tuju. Langit gelap dengan hanya beberapa bintang yang tampak di langit malam. Mereka sudah menempuh perjalanan jauh, meninggalkan jejak mereka di tempat yang hampir tak diketahui siapa pun. Hanya kedalaman laut yang mampu menjamin kesunyian ini.Elyse berdiri di sisi Rainer, matanya tak lepas dari pulau itu. “Kita sudah hampir sampai. Tapi aku merasa... ada sesuatu yang ganjil dengan tempat ini. Sepertinya, pulau ini tidak hanya tersembunyi oleh kabut,” kata Elyse, suaranya pelan, hampir seperti bisikan angin yang bersahutan dengan riak ombak.Rainer menatapnya dengan ekspresi serius. “Kamu benar. Sesuatu tentang pulau ini berbeda. Tidak ada yang menganggapnya penting, tapi kita tahu ini lebih dari sekadar tempat yang terabaikan. Ada yang sangat besar di sini, Elyse, dan kita harus menemukannya.”“Dan jika kita tidak bisa? Jika kit

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 12

    Setelah tembok batu itu mulai membuka dengan perlahan, udara sekitar mereka terasa semakin berat. Seperti ada sesuatu yang mengintai, sesuatu yang tak tampak namun bisa dirasakan dengan jelas. Rainer berdiri di depan celah yang terbuka, matanya menyipit menilai apa yang ada di balik tembok tersebut. Kabut yang lebih tipis menyelimuti bagian dalam, membuat semuanya tampak lebih suram dan penuh rahasia.Elyse berdiri di sampingnya, merasakan ketegangan yang sama. "Apa yang ada di dalam sana?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikan kekhawatirannya.“Tidak tahu,” jawab Rainer, dengan suara yang datar. “Tapi kita tidak punya pilihan lain selain melangkah maju. Kita sudah sejauh ini. Menyerah bukanlah opsi.”Dengan langkah hati-hati, mereka memasuki celah yang semakin terbuka. Begitu mereka melangkah masuk, rasa berat itu semakin menyelimuti mereka. Udara di dalam terowongan ini terasa lebih dingin dan lebih pekat. Rainer merasakan sesuatu yang b

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 13

    Dengan langkah yang semakin cepat, Rainer dan Elyse melangkah mundur dari tempat yang baru saja mereka hancurkan. Batu yang ada di tangan Elyse, yang semula memancarkan cahaya biru suram, kini mulai berkilau dengan intensitas yang lebih terang. Itu adalah tanda bahwa energi dari tempat yang mereka temukan mulai beresonansi dengan dunia luar, dan kekuatan yang mereka aktifkan tak bisa diabaikan begitu saja."Rainer, apa yang akan terjadi dengan kekuatan ini?" tanya Elyse dengan napas terengah. Matanya berkilat, namun masih penuh ketidakpastian. Batu di tangannya terasa semakin berat, seperti memanggil sesuatu dari dalam tanah.Rainer menatap batu itu dengan tajam. “Kekuatan ini... bukan hanya milik kita. Ini adalah kekuatan yang telah terkubur terlalu lama di bawah permukaan dunia ini. Dulu, banyak yang mencobanya, tetapi mereka gagal. Kami harus hati-hati, Elyse. Dunia ini bisa terbalik jika kita tidak mengendalikannya dengan benar.”Mereka terus berlari di lorong terowongan yang sema

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 14

    Rainer dan Elyse berlari tanpa henti, kaki mereka beradu dengan lantai batu yang dingin di lorong sempit itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah ruang yang semula tampak kosong kini memeluk mereka, menekan mereka lebih dekat ke dinding. Batu yang ada di tangan Elyse berkilauan lebih terang dengan setiap detakan jantung mereka, dan Rainer bisa merasakan tekanan yang semakin kuat di sekeliling mereka, seakan dunia ini sendiri berusaha menghentikan mereka."Apa yang akan terjadi jika kita tidak bisa keluar dari sini?" tanya Elyse, matanya masih penuh rasa takut meskipun tekadnya tak pernah goyah."Jika kita tidak keluar, kekuatan itu akan terkunci lebih dalam. Tapi... kita tidak bisa mundur," jawab Rainer, suaranya lebih tegas dari yang ia rasakan. Ia sendiri tidak tahu pasti apa yang akan terjadi jika mereka gagal. Namun, satu hal yang jelas—mereka tidak punya pilihan selain maju.Di depan mereka, lorong berbelok tajam, menyembunyikan misteri yang lebih dalam. Saat mereka

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 107

    Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status