Share

Bab 90

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 15:34:57

Pagi itu, udara di sekitar istana terasa lebih berat dari biasanya. Setelah berbulan-bulan bekerja tanpa henti untuk membangun dunia yang lebih baik, Rainer merasakan bahwa perubahan yang ia impikan tidak datang tanpa tantangan. Di balik kegembiraan rakyat, di balik janji-janji perubahan yang mengalir deras, masih ada mereka yang merasa terancam. Bangsawan yang berhasil bertahan, meskipun sebagian besar menerima amnesti, mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan. Mereka yang dulu berkuasa merasa kehilangan pijakan mereka, dan kini mereka mengandalkan cara lama untuk mendapatkan kembali posisi mereka.

Di ruang pertemuan istana, Rainer duduk di ujung meja panjang, menatap peta dunia yang tersebar di depannya. Elyse berdiri di sampingnya, tangan terlipat di dada, wajahnya penuh perhitungan. “Mereka mulai bergerak, Rainer,” kata Elyse, suaranya tenang meski matanya tajam. “Kelompok-kelompok ini tidak hanya diam, mereka mulai menggalang dukungan secara diam-diam.”

Rainer menghela napas d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 91

    Ketegangan memenuhi aula besar istana saat para pemimpin pemberontak berkumpul di sekeliling meja panjang. Wajah-wajah mereka penuh kewaspadaan dan kegelisahan. Rainer duduk di tengah, menatap sekeliling dengan tatapan tajam, mencoba membaca ekspresi mereka. Di sisinya, Elyse berdiri dengan tangan terlipat, waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan.Laporan tentang kelompok bangsawan yang melarikan diri semakin mencemaskan. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah kemungkinan adanya pengkhianatan di dalam kelompok mereka sendiri. Salah satu mantan sekutu Rainer, seorang pemimpin pemberontak yang dulu bertarung bersamanya, kini diduga memiliki hubungan dengan kelompok tersebut.“Sebagian besar wilayah sudah mulai menerima pemerintahan baru,” kata Rainer, suaranya tegas. “Tapi ada beberapa di antara kita yang merasa tidak puas, merasa bahwa perubahan ini tidak cukup cepat atau tidak sesuai dengan harapan mereka.”Seorang pria tua dengan janggut putih mengangguk. “Kami telah bertarung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 92

    Malam itu, Rainer berdiri di depan jendela kamarnya di istana, menatap cahaya kota yang berpendar di kejauhan. Pikirannya masih dipenuhi pertemuannya dengan Lucian. Pria itu mungkin belum sepenuhnya berkhianat, tetapi kata-katanya menunjukkan bahwa perpecahan dalam kelompok mereka semakin nyata.Elyse duduk di kursi di belakangnya, menggulung peta di atas meja. "Lucian masih ragu," katanya akhirnya. "Tapi kita tidak bisa mengandalkan keraguannya. Jika dia benar-benar berbalik melawan kita, kita harus bersiap."Rainer mengangguk. "Aku tahu. Aku hanya berharap dia cukup cerdas untuk melihat jalan yang benar. Jika dia tetap bersikeras bahwa membalas dendam adalah satu-satunya pilihan, maka kita tidak punya banyak waktu sebelum dia bertindak."Suasana di ruangan itu terasa berat. Di satu sisi, mereka baru saja mulai membangun dunia baru, tetapi di sisi lain, ancaman dari dalam semakin menguat."Ada kabar dari utara," lanjut Elyse. "Mata-mata kita melaporkan bahwa beberapa bangsawan yang m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 93

    Malam itu, udara di istana terasa lebih berat dari biasanya. Rainer duduk di ruang strategi, menelusuri setiap detail peta yang terbentang di hadapannya. Ia tahu bahwa waktu semakin menipis. Jika musuh bergerak lebih cepat dari yang diperkirakan, mereka bisa kehilangan kesempatan untuk menggagalkan pemberontakan sebelum berkembang menjadi perang besar.Elyse berdiri di sampingnya, tatapannya serius. “Kita harus membuat keputusan segera. Jika kita menunggu lebih lama, kita mungkin akan kehilangan kesempatan untuk bertindak lebih dulu.”Rainer mengetuk ujung jarinya di peta. “Aku sudah memikirkan berbagai skenario, dan tidak ada satu pun yang tanpa risiko. Lucian masih ragu, tapi kelompok bangsawan bayaran di utara sudah mengambil keputusan mereka. Mereka akan menyerang, dan jika Lucian tidak cepat memihak kita, dia akan ikut dihancurkan.”Elyse menghela napas. “Kita tidak bisa menunggu dia membuat keputusan. Jika kita membiarkannya sendiri, kemungkinan besar dia akan jatuh ke tangan mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 94

    Fajar merekah dengan sinar keemasan, tetapi medan perang masih diselimuti kabut sisa pertarungan semalam. Mayat-mayat berserakan, darah mengering di tanah, dan asap tipis membubung dari reruntuhan benteng yang sempat terbakar. Pasukan Rainer berhasil mempertahankan posisi mereka, tetapi kemenangan ini belum cukup untuk memberi mereka keunggulan mutlak.Di atas bukit kecil yang menghadap ke medan pertempuran, Rainer berdiri dengan tangan terlipat di dada. Tatapannya tajam, menelusuri sisa-sisa pasukan yang masih hidup. Lucian berdiri di sampingnya, tubuhnya penuh luka ringan, tetapi sorot matanya lebih tegas daripada sebelumnya."Kita harus segera bergerak," ujar Elyse, yang baru kembali setelah menginspeksi korban luka. "Pasukan bangsawan bayaran mungkin mundur untuk sementara, tetapi mereka pasti akan kembali dengan bala bantuan lebih besar."Rainer mengangguk. "Kita tak bisa bertahan di sini terlalu lama. Ini bukan benteng utama, dan jika kita terjebak, kita akan dihancurkan tanpa a

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 95

    Udara dingin menggigit kulit saat Rainer, Elyse, dan Lucian melaju dengan cepat meninggalkan Vardenhall. Dokumen yang mereka curi dari rumah dagang Durnhart berisi informasi berharga—bukti aliran dana dari para pedagang dan bangsawan yang membiayai pasukan bayaran yang selama ini menjadi duri dalam daging.Di atas bukit yang menghadap ke jalan utama, Rainer menarik napas dalam. Matanya menatap cakrawala, memikirkan langkah berikutnya. Dengan informasi ini, ia tidak hanya bisa menghentikan aliran dana musuh, tetapi juga menjatuhkan mereka dari dalam.Elyse mendekat, melihat ekspresi berpikir Rainer. "Apa yang ada di pikiranmu?"Rainer mengangkat salah satu dokumen dan menunjukkannya pada Elyse. "Lihat ini. Sebagian besar dana mereka berasal dari keluarga Durnhart, tetapi ada juga sumber lain. Bangsawan dari timur, pedagang senjata dari selatan... semua ikut terlibat."Lucian, yang berdiri di samping kuda mereka, bersedekap. "Jadi kita harus menyerang mereka satu per satu?"Rainer mengg

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 96

    Malam beranjak semakin larut, namun di dalam tenda utama perkemahan rahasia mereka, cahaya lentera masih menyala terang. Rainer berdiri di depan meja kayu yang dipenuhi dokumen dan peta, matanya meneliti pergerakan terakhir musuh yang semakin kacau.Elyse duduk di kursi di seberangnya, tangannya menopang dagu. “Dengan perpecahan di antara mereka, kita telah mengambil langkah besar. Tapi apa langkah berikutnya?”Rainer menarik napas dalam sebelum menjawab. “Kita harus memastikan bahwa perpecahan ini berlanjut. Kekacauan ini memberi kita keuntungan, tetapi jika mereka menyadari bahwa mereka telah dipermainkan, mereka bisa saja bersatu kembali melawan kita.”Lucian yang bersandar di sudut ruangan menimpali, “Jadi kita harus memastikan mereka tidak pernah mendapat kesempatan untuk menyusun kembali kekuatan mereka.”Rainer mengangguk. “Tepat. Saat ini, mereka sedang dalam keadaan panik, saling mencurigai. Yang kita perlukan adalah pukulan terakhir yang memastikan mereka tidak bisa lagi ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 97

    Rainer duduk di dalam tenda pertemuan yang diterangi cahaya lentera, menatap surat yang baru saja tiba dari ibu kota. Di tangannya, gulungan perkamen bersegel resmi dari Lord Durnhart, seorang bangsawan yang kini berada di ujung tanduk.Elyse berdiri di sampingnya, membaca isi surat itu dengan ekspresi penuh pertimbangan. “Jadi dia akhirnya menyerah.”Lucian yang bersandar di dekat tiang tenda terkekeh. “Tidak terlalu mengejutkan. Setelah semua yang kita lakukan, hanya masalah waktu sebelum dia menyadari bahwa dia tak punya pilihan lain.”Rainer menghela napas pelan, matanya masih tertuju pada surat itu. Permintaan gencatan senjata ini menandai akhir dari dominasi para bangsawan yang selama ini berkuasa. Namun, meski kemenangan tampak sudah di depan mata, ada sesuatu yang masih mengganjal dalam pikirannya.“Kita tidak bisa menerima pertemuan ini begitu saja,” katanya akhirnya.Elyse mengerutkan kening. “Kau pikir ini jebakan?”“Tidak,” jawab Rainer sambil menggulung kembali surat itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 98

    Rainer berdiri di ruang pertemuan utama di dalam istana yang kini berada di bawah kendalinya. Cahaya matahari sore menyelinap melalui jendela kaca patri, mewarnai ruangan dengan pantulan warna-warni yang lembut. Di sekelilingnya duduk tokoh-tokoh penting yang telah berperan dalam revolusi ini: Elyse, Lucian, Lord Durnhart, serta beberapa mantan bangsawan dan pemimpin rakyat yang kini berusaha membangun tatanan baru.Namun, meskipun mereka telah memenangkan pertempuran, Rainer tahu bahwa tantangan terbesar baru saja dimulai.“Kita telah menghapus sistem bangsawan yang menindas rakyat,” Rainer memulai dengan suara tenang namun tegas. “Namun, tanpa tatanan yang jelas, kita hanya menciptakan kekosongan yang bisa dihuni oleh kekacauan.”Durnhart, yang kini terlihat lebih tenang dan menerima perannya yang baru, mengangguk. “Dan apa yang kau rencanakan, Rainer? Kau sudah mengatakan bahwa kau ingin membentuk pemerintahan yang berbeda dari sebelumnya. Tapi bagaimana bentuknya?”Rainer menarik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status