All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima: Chapter 151 - Chapter 160

180 Chapters

BAB 151 : Berduka

Semuanya terjadi begitu cepat untuk Zara. Setelah Kael menerima panggilan mendadak itu, mereka langsung bergegas ke rumah sakit.Namun, sesampainya di sana, semuanya sudah terlambat. Hardi telah pergi. Jenazahnya sudah dirapikan dan siap dibawa ke rumah keluarga.Sekarang, Zara berdiri di tengah rumah keluarga Ashwara yang dipenuhi pelayat. Suasana penuh duka menyelimuti ruangan, dan aroma dupa bercampur dengan bau bunga melati membuatnya merasa semakin sesak.Keluarga besar Wijaya sempat datang untuk menyampaikan belasungkawa sebelum akhirnya pulang lebih awal. Sementara itu, keluarga Ashwara masih sibuk menerima tamu yang terus berdatangan.Maharani duduk di sofa, sesekali menghapus air mata dengan sapu tangan putihnya. Aryan berdiri di sampingnya, menerima pelayat dengan tegar, meski sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Ranu dan Bayu memastikan segala urusan pemakaman berjalan lancar, sementara Anita, tante Kael, sesekali berbincang dengan pelayat yang da
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

BAB 152: Menenangkan

Tentu saja Virsha ada di rumah ini. Sebagai mantan Kael, sudah pasti dia datang untuk berbela sungkawa. Apalagi dia begitu dekat dengan keluarga Kael.Dahi Zara berkerut. Dia menepis tangan Virsha dengan tenang, tidak kasar, tapi cukup tegas untuk menunjukkan bahwa dia tidak ingin ditahan.Karena menyadari niat Zara, Virsha melanjutkan, "Aku lebih kenal Kael. Dia pasti butuh waktu sendirian.""Dan aku istrinya," ujar Zara, suaranya tenang, tapi memiliki bobot yang tak terbantahkan. "Aku jauh lebih mengenal Kael dibanding kamu."Virsha menghela napas panjang, lalu mendengus kecil. "Jangan egois. Kamu tahu ‘kan, Kael paling nggak suka ada orang yang ikut campur urusannya?"Alih-alih tersulut, Zara justru tersenyum miring. Satu kalimat itu saja sudah menjelaskan banyak hal. Wanita ini masih mengharapkan sesuatu dari Kael.Zara melangkah lebih dekat, hampir tanpa jarak. Dengan suara rendah namun tajam, dia berkata, "Kamu yang terlalu ikut campur, Virsha."Senyum tipis Virsha tidak pudar. "
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

BAB 153: Pembacaan Wasiat

Hening sejenak. Zara merasakan bagaimana dada Kael naik turun, seolah sedang mencoba mengatur dirinya sendiri. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya diam, membiarkan kehangatannya menyelimuti pria itu dalam pelukan mereka.Kael menutup matanya, membiarkan sentuhan Zara meresap ke dalam dirinya.Mereka tidak tahu sudah berapa lama diam seperti itu, sampai akhirnya Kael menghela napas panjang, lalu mengendurkan pelukannya sedikit."Ayo turun," ucap Kael lirih, suaranya serak seolah kata-kata itu harus dipaksakan keluar.Zara mengangguk, menghapus sisa air mata di pipinya sebelum menggandeng tangan Kael."Oke," jawab Zara pelan.Mereka melangkah turun bersama, kembali menghadapi kenyataan.Namun, begitu sampai di bawah, suara yang tidak asing dan sama sekali tidak ingin Zara dengar sekarang langsung terdengar."Tante Maharani, aku benar-benar ikut berduka."Zara menoleh."Aku tahu betapa sayangnya Tante pada Kakek Hardi," lanjut suara itu dengan nada lembut yang dibuat-buat. "Beliau orang
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

BAB 154: Peninggalan Kakek

Ruangan langsung diliputi keheningan.Auriga merapikan kertas di tangannya sebelum mulai membaca."Untuk keluargaku yang tersayang ...”“Aku telah menjalani hidup ini dengan segala suka dan duka, dan kini saatnya aku meninggalkan sesuatu untuk kalian. Keputusan yang kutulis di surat ini bukan tanpa pertimbangan, aku telah memikirkan semuanya dengan matang. Aku hanya berharap apa yang kutinggalkan bisa membawa kebaikan, bukan perpecahan. Terimalah ini dengan hati yang lapang."Auriga melirik sekilas ke arah keluarga Ashwara yang tampak menunggu dengan berbagai ekspresi.Auriga kembali menatap suratnya."Untuk Aryan Ashwara, anak pertamaku ..."Aryan tetap duduk tegap, tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Sebagai penerus utama keluarga, kau akan tetap menjalankan peran sebagai CEO Ashwara Group. Aku juga memberikan tambahan 15% saham perusahaan, sehingga kepemilikanmu menjadi 40%. Aku percaya bahwa kau akan terus menjaga warisan keluarga ini dengan baik."Anita tersenyum kecil, menepuk t
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

BAB 155: Kilas Balik

Sejak kecil, Kael dan Ranu tidak pernah benar-benar dekat. Mereka tidak sering bertengkar, tapi juga tidak pernah benar-benar akrab.Kael adalah cucu yang paling disayangi Hardi. Semua orang tahu itu. Entah karena sifatnya yang lebih tenang dibanding Ranu atau karena Hardi melihat sesuatu dalam diri Kael yang tidak dimiliki Ranu.Keputusan-keputusan Hardi sering kali terasa tidak adil bagi Ranu. Kalau ada masalah, Hardi selalu memilih bicara baik-baik dengan Kael.Namun, untuk Ranu, kakeknya hanya memberi tatapan dingin, tidak pernah membentak, tidak pernah menghukum, tapi entah kenapa, itu justru terasa lebih menyakitkan.Ada satu kejadian yang selalu diingat Kael.Saat itu, mereka masih kecil. Kael berumur sembilan tahun, sedangkan Ranu sepuluh tahun. Hari itu, Ranu baru saja dihukum tidak boleh keluar rumah karena nilai ulangannya buruk, sementara Kael diizinkan pergi ke luar bersama Hardi. Itu bukan pertama kalinya, dan Ranu merasa kesal.Begitu Kael pergi, Ranu masuk ke kamar sepu
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

BAB 156: Manusia Super Sibuk

Seperti yang Kael katakan waktu itu, suaminya kini benar-benar menjadi manusia super sibuk.Selama ini, Zara sudah terbiasa dengan kesibukan suaminya. Namun kali ini, situasinya berbeda. Sebelumnya, Kael masih sempat pulang, meskipun larut. Sekarang, pria itu bahkan kadang hanya pulang pagi untuk berganti pakaian, lalu pergi lagi tanpa sempat sarapan.Zara menatap layar ponselnya, membaca pesan singkat dari Kael.[Aku nggak bisa pulang malam ini. Jangan nungguin aku ya? Kamu tidur duluan aja.]Wanita itu menghela napas. Ini sudah keberapa kalinya dalam seminggu? Dia tahu Kael sibuk, tapi … apakah harus sepadat ini?"Sebetulnya tugas Presiden Direktur kayak apa sih? Sampai super sibuk banget," gerutu Zara pelan.Tentu saja Kael sangat sibuk, dengan jadwal rapat bertubi-tubi, pertemuan dengan klien besar, dan mengawasi langsung berbagai proyek Ashwara Group. Belum lagi dia harus menghadapi orang-orang yang berusaha menjatuhkannya.Saat itulah sebuah ide terlintas di kepala Zara. Mungkin
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

BAB 157: Siapa yang Datang?

Zara menuangkan teh hangat ke dalam cangkir Maharani sebelum akhirnya duduk kembali di kursinya. Sarapan pagi ini terasa berbeda karena ada ibu mertuanya di meja makan.Biasanya, saat Kael sedang sibuk seperti sekarang, dia hanya makan sendiri, tapi pagi ini Maharani menginap dan bersamanya sejak semalam.“Zara, gimana? Kamu udah kontrol belum? Jangan sampai karena Kael sibuk, kamu jadi nggak sempat ke dokter,” tanya Maharani, suaranya lembut tapi penuh perhatian.Zara sempat terdiam. Sejujurnya, bulan ini dia belum sempat kontrol karena Kael terlalu sibuk. Dia tahu suaminya akan marah kalau tahu Zara pergi sendiri, apalagi dokter kandungannya adalah Gala. Kael masih belum sepenuhnya suka kalau Zara berinteraksi dengan mantan kekasihnya itu.“Sudah, Bu,” jawab Zara akhirnya, memilih untuk menutupi kenyataan. Dia tidak mau Maharani khawatir, karena kalau sampai ibu mertuanya tahu, bisa-bisa detik itu juga dia diseret ke rumah sakit untuk kontrol.Maharani menghela napas lega. “Syukurlah
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

BAB 158: Berbahaya

Perlahan, Zara berjalan ke pintu utama, jari-jarinya sedikit ragu saat hendak membuka kunci. Begitu pintu terbuka, matanya langsung membesar.“Ranu?”Pria di hadapannya tersenyum lebar. “Pagi, Zara.”“Maaf, Kael baru aja pergi. Kamu mau ketemu Kael, ‘kan?”Ranu menggeleng. “Oh, nggak apa-apa. Aku cuma mampir sebentar. Lagian, aku belum pernah main ke sini setelah kalian menikah.”Zara sedikit bingung. Haruskah dia menerima Ranu masuk? Di rumah hanya ada dia dan asisten rumah tangga. Namun, kalau menolak, dia takut dianggap tidak sopan terhadap keluarga suaminya. Akhirnya, dia menyingkirkan keraguannya dan mempersilakan Ranu masuk.Mereka duduk di ruang tamu, sementara asisten rumah tangga datang membawakan teh untuk Ranu.“Mau aku panggilkan Kael?” tanya Zara akhirnya, berusaha menjaga sopan santun.“Nggak usah, aku tahu dia sibuk sekarang. Aku cuma ingin mampir sebentar.”Zara mengangguk, tapi tetap merasa sedikit canggung. “Oh … Kalau gitu, ada yang bisa aku bantu?”Ranu tersenyum t
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

BAB 159: Menikah

“Mas, apa ini ada hubungannya sama pembagian warisan itu? Kamu jadi takut Ranu macem-macem?” tanya Zara begitu mereka masuk ke ruang kerja Kael.Kael tidak langsung menjawab. Tangannya sibuk membolak-balik beberapa berkas di meja, tetapi pikirannya sama sekali tidak ada di sana.“Bisa dibilang gitu,” kata Kael akhirnya, suaranya terdengar datar, tetapi ada ketegangan tipis di baliknya.Zara menyandarkan tubuhnya ke meja, menatap Kael yang tampak sibuk mencari sesuatu. “Tapi kenapa harus takut? Itu ‘kan urusan kamu. Aku nggak ada hubungannya.”Kael menghentikan gerakannya sejenak, lalu menatap Zara.“Itu masalahnya,” gumam Kael, suaranya sedikit lebih rendah dari sebelumnya.Zara mengerutkan kening. “Maksudnya?”Kael menghela napas pelan, lalu meletakkan berkas yang tadi dipegangnya. “Zara, kamu pikir kenapa Ranu datang ke sini? Itu bukan kunjungan biasa. Dia bukan tipe orang yang iseng mampir cuma buat ngobrol.”Zara menggigit bibirnya. Dari awal dia memang merasa ada sesuatu yang aneh
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

BAB 160: Diblokir Resepsionis

“Cepet banget, Din. Lo yakin?” akhirnya suara Zara keluar setelah beberapa saat diam. Bukan karena dia marah, tetapi karena dia benar-benar tidak menyangka.Andin mengangguk. “Gue yakin. Gue sama Varen udah ngomongin ini. Kita sama-sama udah siap.”“Gila.” Zara bersandar di kursinya, masih berusaha memproses semua ini.“Jangan bilang lo nggak setuju.”Zara mendesah pelan. “Bukan nggak setuju, gue cuma … kaget. Lo nggak bilang apa-apa, tiba-tiba pacaran, eh, sekarang mau nikah?”Andin tersenyum kecil. “Makanya gue bilang sekarang. Biar lo nggak kaget lagi nanti.”Zara mengusap wajahnya, mencoba memproses apa yang sedang terjadi. “Lo tau nggak, kalau lo bukan sahabat gue, gue udah siram lo pake kuah tomyum sekarang.”Andin tertawa. “Untung gue sahabat lo, ya? Jadi aman.”Zara mendengus. “Tapi gue masih nggak percaya.”Andin tersenyum lembut. “Makanya lo harus dateng biar percaya.”Zara menatapnya lama sebelum akhirnya menghela napas. “Ya iyalah gue pasti dateng. Tapi gue tetap mau lihat
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more
PREV
1
...
131415161718
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status