Tidak ada jawaban. Zara hanya mengangguk. Tidak menoleh, tidak juga melihat ke pria itu.Kael berdiri perlahan, masih sempat menatap punggung istrinya sekali lagi sebelum akhirnya melangkah menuju pintu. Setiap langkah terasa berat, seolah kakinya menolak meninggalkan perempuan itu sendirian.Namun pria itu tahu, mencintai bukan cuma soal memeluk saat luka, tapi juga tahu kapan harus memberi ruang untuk menangis sendiri.Sebelum benar-benar keluar, Kael sempat menoleh sekali lagi. Zara masih memunggunginya. Tubuhnya tampak diam, tapi bahunya bergerak sedikit. Halus, rapuh, seolah menahan sesuatu yang nyaris pecah.Kael menarik napas dalam, lalu menutup pintu perlahan. Namun tidak lama, dari balik pintu, suara tangis Zara kembali terdengar. Pelan, namun cukup menghantam jiwanya yang sudah remuk. Tangis yang tidak bisa dia redakan, tidak bisa dia peluk, tidak bisa dia bagi.Di luar, Kael bersandar ke pintu yang dingin. Matanya terpejam. Rahangnya mengeras. Dadanya naik turun, menahan sem
Last Updated : 2025-04-14 Read more