Semua Bab Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali : Bab 61 - Bab 70

100 Bab

Bab 61 - Kedatangan Orang Tua

Pagi itu, keluarga Wardhana tengah berkumpul, menikmati sarapan. Aroma kopi dan roti panggang menguar. Inara duduk di samping Alma, membantu putrinya mengambil makanan. Di tengah mereka menikmati sarapan, Ayah tiba-tiba membuka topik pembicaraan. “Inara, bagaimana pekerjaanmu, Nak? Apa ada perkembangan?” Inara mengangkat kepala, menelan makanannya lebih dulu sebelum menjawab, “Secara keseluruhan lancar, Yah. Ya ... walaupun kemarin sempat ada masalah, tapi bisa diatasi.” Ayah mengangguk. Ekspresinya terlihat sangat puas. “Bagus. Kamu harus serius mengembangkan karirmu. Ke depannya, kamu harus siap untuk tanggung jawab yang lebih besar. Seperti yang pernah Ayah katakan sebelumnya, Papa ingin kamu mulai mempersiapkan diri untuk posisi lebih tinggi.” Inara tersenyum tipis. Melirik Rafiq yang duduk di seberang meja. “Biar Kak Rafiq saja, Yah. Aku sudah nyaman diberi tanggung jawab yang sekarang.” Mendengar itu, sang ibu yang sedari tadi menyuapi Alma, ikut berkomentar. “No ... ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 62 - Malu

Untungnya, karena sang ayah mengalihkan pembicaraan dengan alasan sudah sangat lelah, butuh istirahat setelah perjalanan jauh. Dalam beberapa saat, Damian bisa terbebas dari pertanyaan dari ibunya tadi.Meski begitu, ia tak sepenuhnya aman, melainkan dengan kehadiran orang tuanya, ia mulai berpikir keras bagaimana cara menyampaikan semuanya? Tiba di apartemen, Damian langsung membuka pintu dan mempersilakan kedua paruh baya itu masuk lebih dulu.Beberapa detik, ia mengatur napas di depan pintu. Sementara ibu dan ayahnya sudah melangkah masuk.Wanita berhijab itu langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, memperhatikan setiap sudutnya dengan teliti.Sang ayah hanya berdiri tegak dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Ekspresinya datar dan sulit ditebak.Damian akhirnya ikut masuk, berusaha tenang di hadapan kedua orang tuanya itu. Diam-diam merogoh saku jasnya, mengambil ponsel di sana. Hendak menghubungi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 63 - Tersadarkan Fakta

“Aku berani bersumpah, tidak selingkuh, tapi aku mengaku salah.” Damian menunduk. Air matanya, akhirnya jatuh juga. Tiba-tiba, ia melangkah cepat, berlutut di kaki ibunya yang kini sudah duduk di sofa. Tangannya mencengkeram lembut lutut wanita itu. Kepalanya tertunduk dengan bahu yang terguncang oleh tangisan. “Maaf, Bu … maaf ….” Tangis Damian akhirnya pecah, untuk pertama kalinya sejak rumah tangganya berantakan, ia mengakui kesalahan di hadapan orang tuanya. Selama ini, sengaja menyembunyikan, demi menjaga perasaan dan kesehatan orang tuanya. “Aku memang bodoh di sini, Bu. Aku tidak sadar mencampakkan istri dan anakku, selalu menganggap Inara pasti mau memaafkan jika berbuat salah. Ternyata, dia menyerah. Dan, memilih meninggalkanku.” Damian terisak. Melihat putranya yang tampak sangat rapuh, membuat mata Ibu berkaca-kaca. Memang kecewa pada Damian, tetapi namanya orang tua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 64 - Gambar Alma

Meski sedikit meragukan Damian, Inara akhirnya mengiyakan. Sebab, tahu kalau dirinya tidak boleh egois pada Alma seberapa pun luka, sakit hati, dan rusaknya kepercayaan pada mantan suaminya itu. Ia tidak bisa membiarkan pikiran serta perasaannya merenggut hak Alma untuk tidak kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Mau bagaimanapun juga, Alma tetap putri Damian. Tidak ada yang bisa membantah hal itu, sejauh apa pun jarak terbentang. Inara menatap langit dari jendela kantornya sambil menghela napas dalam ketika sambungan telepon dengan Damian telah berakhir. Dia harus belajar menerima kenyataan bahwa meskipun pernikahan mereka telah berakhir, bukan berarti Alma harus berpisah dari ayah kandungnya. Ia tidak mau dicap sebagai ibu yang tega, tidak memiliki hati nurani pada putrinya. Tidak boleh membuat anaknya kekurangan kasih sayang salah satu orang tuanya hanya karena amarah dan rasa kecewanya pada Damian. Mungkin, sekarang Damian benar-benar sudah berubah. Inara kembali beke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 65 - Validasi

Damian menelan ludah. Tenggorokannya mendadak kering. Kata-kata Alma barusan terus menggema di kepalanya, menghantam sisi hatinya yang paling rapuh. Papa, Bunda, dan Alma akan sama-sama terus. Seolah anak kecil itu berharap hujan salju di musim kemarau. Nyatanya, dunia mereka sudah tidak sama lagi. Bahwasanya ‘sama-sama terus’ yang dimaksud hanya ada dalam angan, bukan nyata, atau mungkin tidak akan pernah jadi nyata lagi. Damian tiba-tiba merasa sedih. Di sudut lain, Nenek menatap gambar itu cukup lama, jemarinya sedikit gemetar saat menyentuh sketsa dari tangan mungil Alma dengan polosnya. Matanya mulai berkabut, tetapi ia cepat-cepat mengalihkan pandangan, takut air matanya jatuh di depan sang cucu. Ayah Damian, yang biasanya tegar, kali ini diam cukup lama. Tatapan tajamnya beralih dari gambar itu ke Damian, penuh makna yang bisa diucapkan dengan kata-kata. Di tempatnya duduk, Damian hanya bisa bergeming kaku. Tak bisa membayangkan, bagaimana jadinya kalau Alma tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 66 - Menang

Tok ... tok ... tok!Damian sontak menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara ketukan dari luar. Senyumnya mengambang, sangat senang. Inara pasti sudah datang. Itu yang ada di pikirannya sekarang. Buru-buru ia bangkit dari duduknya, melangkah ke pintu, lantas membukanya.Senyum manisnya memancar menyambut Inara yang berdiri di depan pintu. Namun, hanya beberapa saat senyum itu langsung memudar ketika tak sengaja berserobok pandang dengan seorang pria yang berdiri di belakang Inara.Daffa.Alis Damian sedikit berkerut. Sangat kesal melihat pria itu bersama sang mantan. Agaknya ke mana-mana ia memang sengaja membuntuti Inara.Dia kesal karena tak jadi reuni keluarga, rupanya ada tamu tak diundang. Namun, dengan ekspresi datar, tetap mempersilakan mereka masuk.“Masuklah,” ucapnya, bergeser ke samping, memberikan jalan untuk tamunya.Inara melangkah lebih dulu, tetapi saat giliran Daffa hendak menyusul, Damian m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 67 - Tidak Rela

Damian menggandeng tangan mungil Alma menuju lift. Hendak mengantarnya pulang, meski hanya sampai di parkiran.Inara berjalan di sisinya, membawa tas Alma. Di belakang mereka, Daffa seperti bodyguard. Lebih mirip nyamuk di mata Damian. “Papa, inget kan janji Papa?” Tiba-tiba Alma bertanya. Dia mengangkat kepala, menatap Damian dengan mata penuh harap.Damian menoleh, lantas tersenyum kecil. “Janji yang mana, Sayang?”“Papa janji mau ajak Alma main di hari libur nanti.” Alma menyengir, menggoyang-goyangkan tangan Damian.Damian tertawa kecil, lalu mengangguk mantap. “Tentu saja. Papa pasti temani Alma. Memangnya Alma mau liburan ke mana?”Alma mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagu menunjukkan kalau ia sedang berpikir. Detik berikutnya, matanya berbinar. “Taman bermain, tapi pengen ke kebun binatang juga. Terus kita makan es krim. Beli kembang gula yang gede banget. Bunda juga ikut, ya?”Mendengar itu, Damian dan Inara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 68 - Licik

Ibu menghela napas panjang, seolah sedang menggali kenangan yang sudah lama terkubur pada suatu tempat di sudut hati. Ia menatap sang putra dengan tatapan sendu sebelum akhirnya mulai bercerita.“Dulu, Ibu juga pernah salah paham pada Ayahmu. Sama seperti Inara ke kamu. Bedanya, kamu dan Inara sudah sampai di meja hijau, sedangkan Ibu dan ayahmu hanya pisah rumah. Belum sempat ke meja hijau.”Ibu menarik napas pelan, sebelum melanjutkan, “Itu terjadi, saat kamu masih kecil. Lebih kecil dari Alma.”Mata Damian melotot. Sedikit tak percaya cerita Ibu. Melihat orang tua yang selalu terlihat mesra meski sudah berumur, membuat Damian berpikir kalau mereka mungkin tak pernah menghadapi badai rumah tangga yang sangat besar, sepertinya.“Pisah rumah? Serius, Bu?” Damian memperbaiki posisi duduknya. Mulai tertarik mendengarkan cerita ibunya.Ibu mengangguk. “Iya. Waktu itu, Ibu mengira Ayah sudah tidak mencintai Ibu lagi karena dia selalu menemui
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 69 - Nostalgia

Daffa tak pernah menyangka kalau takdir mempertemukannya kembali dengan Inara setelah 6 tahun lamanya pergi dari mansion keluarga Wardhana.6 tahun lalu, wanita itu memutuskan pergi saat Ayah menentangnya menikah dengan Damian karena keluarga mereka beda kasta, meski begitu sang ayah tetap menjadi wali nikahnya walau pada akhirnya melarang Inara kembali ke rumah.Keluarga Inara saat itu masih mengedepankan budaya pernikahan bisnis agar dua kubu bisnis dapat saling menguatkan. Namun, Inara yang notabene agak keras langsung menolak mentah-mentah karena ingin mempertahankan hubungannya dengan Damian, meskipun tahu risikonya sangat besar.Daffa yang tengah duduk manis di kursi kebesarannya, memutar kursinya menghadap dinding kaca kantor. Matanya terpaku pada ponsel yang menampilkan satu foto di galerinya—foto Inara yang tersenyum manis pada kamera.Foto itu, sengaja ia ambil diam-diam saat mereka SMA.Bibir Daffa tersenyum tipis, ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 70 - Putus

Entah apa yang terjadi di mansion sana hingga Rafa meneleponnya dengan suara yang terdengar sangat emosi begitu. Selama ini, dia tahu Rafa sangat menyayangi putrinya. Aneh saja, jika tiba-tiba marah dan mengancam akan melempar ke kolam. Takut terjadi apa-apa pada sang putri, Inara langsung mengajak Daffa pulang, meninggalkan acara yang belum selesai. Tak butuh waktu lama, hingga mereka tiba di mansion. Setelah Inara turun dari mobil, Daffa langsung pulang, tak ikut masuk. Gegas, Inara melangkah cepat. Pintu dibukakan oleh pelayan. Langsung saja masuk ke ruang tengah, di mana di sana sudah ada Ibu yang tengah memeluk Alma, Kak Rafiq yang menunduk menutup mulut, menahan senyum. Suster Liana juga tampak menahan diri agar tidak tertawa. Inara masih mencerna apa yang terjadi, hingga putrinya turun dari sofa dan berlari ke arahnya. “Bunda!” Dia berteriak, memeluk kakinya erat-erat, terlihat sangat ketakutan. Inara panik. “Kenapa, Sayang?” Alma menggeleng, tubuh kecilnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status