Inara memijat kepala begitu tamu tak diundangnya itu sudah pulang. Sudah datang tak diundang, marah-marah lagi, menambah beban pikiran Inara saja. Namun, tak lama, pintu ruangannya kembali terbuka, membuatnya sedikit tersentak karena decitan pintu yang agak tiba-tiba. Dia mengangkat wajah, melihat kakaknya masuk dengan ekspresi serius, terlihat seperti sedang memikirkan masalah besar. “Apa maksud kedatangan mereka?” tanya Rafiq tanpa basa-basi. “Mereka siapa, Kak?” “Mantan suamimu dan selingkuhnya,” ketus Rafiq, “aku bertemu dengannya di depan lift tadi.” Inara mendesah pelan. “Mereka datang untuk protes karena aku tidak menggunakan bahan dari mereka buat proyek terbaru kita. Aku dianggap tak profesional karena mengganti pemasok, padahal sebelumnya mereka adalah pemasok utama di Mahacitra. Nyatanya, aku juga mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan.” Rafiq mengangguk, mengerti akar masalahnya sekarang. Dia menarik kursi di depan meja adiknya, lalu duduk. “Gara-ga
Last Updated : 2025-02-20 Read more