Bab 79Aku langsung menurut. Rasanya memang tidak punya tenaga lagi untuk melayani pembicaraan apapun, walaupun hanya sekedar bercanda. Perutku benar-benar lapar. Aku mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, lauk dan sayur. Aku memakan makananku dengan lahap tanpa bicara sepatah katapun, tak peduli Atta yang mengamati diri ini yang mungkin dianggapnya jika aku kemaruk. Perutku benar-benar lapar. Perdebatan dengan mas Aariz, lantas berkemas untuk meninggalkan rumah utama, lalu menyusun barang-barang setibanya di apartemen. Ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran."Maaf," ucapku lirih sembari bersendawa. Kini perutku sudah kenyang. "Aku kurang sopan ya? Maaf, aku benar-benar lapar.""Tidak apa-apa. Ibu menyusui memang harus banyak makan, karena asinya diperlukan untuk menyusui dua bayi. Dua bayi lho, Mbak, bukan satu bayi lagi." pria itu tersenyum."Iya, Ta. Setelah Anindita ikut menyusu padaku, aku memang lebih cepat lapar dan sekali makan selalu banyak." Aku mengakui sembari
Terakhir Diperbarui : 2025-02-13 Baca selengkapnya