Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 61 - Chapter 70

117 Chapters

BAB 61

“Aku ada perjalanan dinas selama tiga hari.” Kata Naina sambil meletakkan kopi pagi di depan Jake. Hal itu membuat Jake yang sedang bekerja di depan laptopnya langsung mengalihkan perhatiannya, “Aku rasa kau baru saja bekerja, kenapa sudah diajak perjalanan dinas?” Tanyanya dengan curiga.Naina masih bersikap tenang, seolah dia tak membohongi Jake. “Ada karyawan lama yang sedang cuti melahirkan, jadi atasan menyuruhku untuk ikut sambil belajar.” Jake yang mendengar itu ragu, “Oke, hanya tiga hari kan?” Tanya Jake dengan santai.Naina yang mendengar itu langsung mengangguk, dia sedikit bersemangat kala melihat Jake tak mempersulitnya.Jake menyesap kopi yang disajikan Naina sambil tetap menatapnya penuh selidik. "Kau pergi dengan siapa saja?" tanyanya lagi.Naina tersenyum tipis. "Dengan tim kantor, tentu saja," jawabnya ringan, menghindari menyebut nama Marven secara langsung.Jake mengangguk, seolah menerima jawaban itu. Namun, sorot matanya tetap tajam, seakan ingin mencari celah
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

BAB 62

“Kamu bisa tidur di ranjang nanti.” Kata Marven ketika mereka masuk ke dalam kamar hotel.Naina menatap sekeliling kamar, kamar ini memang sangat luas tapi jika mereka berada di satu ruangan besar ini berdua rasanya juga masih tetap canggung.“Saya tidur di sofa saja, tuan. Anda bisa menggunakan ranjangnya.” Kata Naina, karena tidak mungkin dia membiarkan tuannya yang tidur di sofa.Marven menatapnya dengan ekspresi datar, lalu melirik ke arah sofa di sudut ruangan yang terlihat cukup nyaman tapi tetap tidak sebanding dengan ranjang king-size di tengah kamar. “Kamu pikir saya tega membiarkan seorang wanita tidur di sofa sementara Saya tidur di ranjang?” tanyanya dengan nada santai, namun ada ketegasan di baliknya. Naina menghela napas pelan, mencoba mencari cara agar situasi ini tidak semakin canggung. “Saya baik-baik saja di sofa, Tuan. Lagipula, saya terbiasa tidur di tempat seperti itu.” Marven menaikkan satu alisnya. “Terbiasa? Karena suamimu?” Naina terdiam sejenak sebelum ak
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

BAB 63

“Kamu mandi dulu, saya masih perlu mengerjakan beberapa pekerjaan.” Kata Marven pada Naina saat mereka baru kembali ke hotel.Naina hanya mengangguk dan meletakkan paperbag belanjaannya di sudut ruangan lalu mengambil satu set baju tidur miliknya.Untungnya dia membawa baju lengan panjang hari ini, sehingga membuatnya nyaman meskipun harus satu kamar dengan bos-nya sendiri.Kala Naina masuk ke kamar mandi, Marven dengan tenang membuka laptopnya dan melakukan panggilan video dengan Ben.Begitu panggilan tersambung, wajah Ben muncul di layar. “Bagaimana perjalanan anda, Tuan?” tanyanya dengan profesional. “Lancar,” jawab Marven sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Bagaimana laporan dari proyek di cabang utama?” Ben segera membuka file di tabletnya. “Progresnya berjalan sesuai rencana. Namun, ada sedikit kendala dalam negosiasi dengan mitra baru. Mereka mengajukan beberapa perubahan kontrak yang bisa berdampak pada margin keuntungan kita.” Marven mengetuk jarinya di meja, berpik
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

BAB 64

Suara alarm ponsel yang cukup keras membuat Naina yang tengah tertidur nyenyak mulai terbangun, dia meraba-raba untuk mencari keberadaan ponselnya.Naina meraba-raba sejenak di atas meja samping tempat tidur, akhirnya menemukan ponselnya yang masih berdering. Dengan sedikit malas, dia menekan tombol untuk mematikan alarm itu, matanya masih setengah terpejam.“Pagi…” gumamnya pelan, melupakan jika dia berada satu ruangan dengan Marven.Tapi kesadarannya langsung muncul kala dia melihat Marven yang masih tertidur diatas sofa sedangkan dirinya di ranjang.Dia terkejut bagaimana bisa dia yang ada di ranjang padahal sebelumnya dia tertidur di sofa.Naina terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang terjadi semalam. Rasa kebingungannya mulai muncul saat melihat dirinya berada di ranjang, sementara Marven masih tertidur di sofa. “Apa aku… dipindahkan?” gumamnya pelan, menatap sekitar ruangan seolah mencari petunjuk. Perasaan canggung semakin besar, namun dia mencoba menenangkan dirinya. Mu
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

BAB 65

“Jika saya tidak tahu sebelumnya, mungkin saya kira anda membawa calon istri anda, haha.” Tawa yang keras itu memenuhi acara pesta malam terakhir pertemuan Marven dengan para koleganya.Marven tersenyum, “Bagaimana jika itu benar?”Naina yang sebelumnya hanya tersenyum langsung terkejut dan menoleh ke arah pria itu.Naina menatap Marven dengan tatapan tak percaya. Apakah pria itu hanya bercanda atau benar-benar serius? Dia berusaha mencari tanda-tanda lelucon di wajahnya, tetapi Marven tetap tenang, seolah-olah kata-kata itu bukanlah sesuatu yang perlu dipertanyakan. “Haha! Jika itu benar, maka anda pria yang sangat beruntung, tuan Marven,” sahut salah satu kolega sambil mengangkat gelasnya. “Nona Naina adalah wanita yang menawan.” Naina berusaha mempertahankan senyumnya, meskipun dalam hatinya ada campuran rasa bingung. Dia tak bisa membaca maksud dari ucapan Marven barusan. Apakah ini hanya basa-basi bisnis atau ada sesuatu di baliknya? Dia menegakkan punggungnya, berusaha ber
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

BAB 66

Entah sudah berapa gelas Wine yang Naina minum bersama Marven malam ini.Dia seolah tak peduli lagi, dia ingin melampiaskan rasa kesalnya pada Jake dan Evelyn dengan mabuk meskipun itu harus bersama pria lain.Marven hanya duduk di seberangnya, mengamati dengan tenang saat Naina kembali menuangkan wine ke dalam gelasnya. Dia tahu wanita itu sedang mencoba melupakan sesuatu—atau seseorang. “Kamu tidak perlu melakukan ini,” kata Marven akhirnya, suaranya tenang tapi penuh makna. Naina tertawa kecil, tapi terdengar getir. “Kenapa tidak? Setidaknya untuk malam ini,saya ingin melupakan semuanya,” katanya sebelum meneguk isi gelasnya lagi. Marven menyandarkan punggungnya di kursi, menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Kalau begitu, biarkan saya menemanimu,” katanya, mengangkat gelasnya dan meneguk wine-nya dengan santai. Malam semakin larut, botol wine semakin kosong, dan Naina semakin kehilangan kendali atas pikirannya. Tatapannya mulai kabur, dan kepalanya terasa ringan.
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

BAB 67

Naina mengerjapkan matanya, kepalanya terasa berat akibat efek mabuk semalam. Namun, yang membuatnya semakin tersadar adalah kehangatan di sampingnya. Dengan perlahan, dia menoleh dan langsung membeku. Marven ada di sana, tidur dengan nyenyak di sampingnya. Nafasnya teratur, wajahnya terlihat lebih tenang dibandingkan saat dia terjaga. Namun yang membuat Naina semakin panik adalah kenyataan bahwa pria itu hanya mengenakan kemeja putihnya yang sedikit terbuka di bagian atas, memperlihatkan sedikit kulit dadanya. Naina menunduk, dan saat itulah dia menyadari sesuatu yang lebih mengejutkan. Dia hanya mengenakan pakaian dalam dan… kemeja Marven yang tak dikancing. Tangannya langsung menarik selimut, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi semuanya terasa kabur. Yang dia ingat hanyalah dirinya yang mabuk dan… mendekati Marven. Napasnya memburu. “Apa yang terjadi semalam?” gumamnya pelan, suaranya bergetar. Naina menggigit bibir bawahnya hingga sekelebatan ingatan ten
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

BAB 68

“Setelah penderitaan itu..Kamu masih tak menceraikannya?” Amarah Marven langsung membuncah, seolah ingin menyadarkan wanita di depannya itu.“Naina, jika kamu takut. Saya bisa membalas semuanya untukmu. Bahkan jika harus membunuh Jake, saya akan lakukan. Ayahmu sudah tenang disana, tak ada hal yang bisa mengikatmu lebih lama.” Kata Marven serius, “Jadi.. bilang pada saya, mintalah pada saya. Jangan memendamnya sendirian.”Naina membeku, menatap Marven dengan mata yang masih dipenuhi air mata. Hatinya bergetar mendengar kata-kata pria itu.Membunuh Jake?Tidak. Itu bukan yang dia inginkan… tapi, di saat yang sama, dia tidak bisa menyangkal keinginannya untuk membalas semua rasa sakit yang telah dia alami.“Saya.. tak akan berpikiran seperti itu meskipun saya ingin sekali melihat Jake merasakan penderitaan saya.” Katanya dengan pelan.Marven menghela nafas, memegang kedua tangan Naina tanpa ragu. “Lalu, apa yang ingin kamu lakukan? Saya akan membantumu.” Katanya dengan lembut.Naina ter
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

BAB 69

“Mau saya antar pulang?” Tawar Marven dengan lembut. Saat ini mereka sudah tiba di bandara dan akan kembali, namun melihat jam yang sudah hampir malam membuat Naina menolak.“Jake pasti sudah pulang, saya tidak ingin anda berdebat dengan pria sepertinya.” Kata Naina sopan.Marven terkekeh, “Jika itu demi kamu sepertinya saya tidak masalah.”Naina menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. "Terima kasih, tapi saya bisa sendiri, Tuan," ujarnya dengan suara lembut. Marven menatapnya dalam, seolah menimbang sesuatu. "Baiklah," katanya akhirnya. "Tapi jika sesuatu terjadi, hubungi saya." Naina mengangguk pelan. "Saya mengerti." Namun, ketika Marven mengulurkan tangan untuk menepuk lembut kepalanya, Naina sedikit terkejut. Sentuhan itu hangat dan terasa begitu menenangkan, membuatnya hampir lupa bahwa begitu sampai di rumah, dia akan kembali menghadapi neraka yang menunggunya. "Saya serius, Naina," suara Marven terdengar lebih dalam. "Jangan ragu untuk meminta bantuan." Naina t
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

BAB 70

“Jake, aku ingin anting berlian seperti Naina. Kenapa kau membelikannya sedangkan aku tidak?” Tanya Evelyn dengan merajuk saat mereka berada di dalam mobil.“Aku tak membelikannya, dia beli sendiri.” Kata Jake sambil fokus menyetir.Evelyn mengerutkan keningnya lalu dengan cepat dia mencari di internet tentang anting itu. Saat menemukan anting yang dia maksud, matanya langsung terbelalak melihat harga yang terpampang di layar.“Jake…” Suara Evelyn melemah, tangannya masih menggenggam ponselnya erat. “Anting itu… harganya lebih dari sembilan puluh ribu dolar?” Jake melirik sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. “Katanya dia membeli di pasar, mungkin itu bukan berlian asli” katanya santai. “Jake, aku memegangnya sendiri. Aku tahu berlian asli atau bukan.” Kata Evelyn dengan serius. Evelyn menggigit bibirnya, rasa tidak terima mulai menyusup ke dalam dadanya. “Tapi dari mana dia bisa punya uang sebanyak itu? Bukankah kau bilang dia tidak bekerja sebelumnya dan baru saja diterima ker
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status