Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

BAB 71

“Kopi anda, tuan.” Kata Naina dengan sopan kala menyajikan kopi untuk Marven.Marven yang sedang duduk di balkon kamarnya langsung mengangkat wajahnya kala melihat Naina.“Letakkan di sana.” Katanya sambil menunjuk ke arah meja di sampingnya.Naina mengangguk dan segera meletakkannya di meja dan ingin beranjak pergi.“Apa ada pekerjaan lain?” Tanya pria itu yang membuat Naina berhenti.“Tidak ada pekerjaan khusus, namun saya ingin membantu pelayan lain agar pekerjaannya cepat selesai. Apa anda masih membutuhkan sesuatu, tuan?” Kata Naina dengan sopan.“Kamu bukan pelayan. Jangan bantu pekerjaan mereka.” Kata Marven dengan dingin.Naina bingung, bukankah dia memang pelayan? Lebih tepatnya asisten rumah tangga?"Tapi, bukankah saya memang dipekerjakan untuk membantu di rumah ini, tuan?" tanya Naina dengan bingung. Marven menatapnya tajam, lalu menghela napas seolah sedang menahan kesabaran. "Kamu bukan pelayan biasa, Naina. Saya mempekerjakanmu sebagai asisten pribadi, bukan untuk men
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

BAB 72

“S-sembilan puluh juta?”Wajah Evelyn sangat terkejut kala dia mendengar harga gaun bekas yang dia jual mencapai harga fantastis. Bisa dibayangkan berapa harga gaun itu saat masih baru.“Ini edisi terbatas, tapi saya tak bisa menawar lebih tinggi lagi.” Kata penjaga toko itu dengan tenang.“S-saya menjualnya.” Kata Evelyn, dia juga tak merasa rugi sama sekali karena gaun ini milik Naina dan dia mendapatkan uang sebanyak itu hanya dengan menjual satu gaun.Evelyn hampir tidak bisa menahan senyumnya saat menerima bukti transaksi. Dengan tangan gemetar karena antusias, dia memasukkan kartu debitnya untuk menerima transferan uang. "Sembilan puluh juta…" gumamnya pelan, matanya berbinar penuh kegembiraan. Penjaga toko mengangguk sambil memasukkan gaun ke dalam bungkusan khusus. "Gaun ini memang sangat eksklusif. Pastikan Anda tidak menyesal menjualnya," katanya santai. Evelyn tertawa kecil. "Tentu saja tidak. Saya bahkan merasa seperti memenangkan lotre!" Dia keluar dari toko denga
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

BAB 73

“E-eh… A-ada apa ini?” Evelyn sangat terkejut kala mobilnya di hadang oleh mobil polisi.Salah seorang polisi mengetuk kaca mobilnya dengan wajah dingin, Evelyn yang ketakutan perlahan membuka kaca mobilnya perlahan.“Bisa saya lihat surat-surat dan identitas anda?” Tanya Polisi itu.Evelyn menelan ludah, tangannya sedikit gemetar saat merogoh tasnya dan mengeluarkan dompet. "A-ada masalah apa, Pak?" tanyanya dengan suara bergetar. Polisi itu tidak langsung menjawab, melainkan menerima surat-surat yang diberikan Evelyn dan mengeceknya sebentar. "Kami mendapat laporan mengenai dugaan transaksi barang curian. Kami perlu membawa Anda ke kantor untuk dimintai keterangan." "A-apa? Barang curian?!" Evelyn langsung panik. "Tidak mungkin! Saya hanya menjual gaun, itu milik saya!" Polisi itu tetap tenang. "Menurut laporan, gaun tersebut adalah barang pribadi yang dibuat khusus untuk seseorang dan tidak pernah diberikan atau dijual kepada Anda. Jika Anda tidak keberatan, silahkan ikut kam
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

BAB 74

Hampir dua jam Ben dan Naina mencari dokumen yang hilang, meskipun seharusnya Naina sudah memasuki jam pulang tapi dia tetap profesional membantu Ben mencari.Ben mengusap wajahnya dengan frustasi. “Sudah hampir dua jam, tapi masih belum ketemu juga…” Naina duduk sejenak di kursi, mencoba mengingat kembali segala sesuatu yang terjadi hari ini. Dia tidak mungkin masuk ke ruang kerja Marven tanpa izin, dan setahunya, hanya beberapa orang tertentu yang bisa mengakses ruangan itu. “Tadi pagi, siapa saja yang masuk ke ruangan Tuan Marven?” tanya Naina, mencoba berpikir logis. Ben menghela napas, mencoba mengingat. “Saya, Pak Johan, dan seorang staf kebersihan. Tapi staf kebersihan tidak mungkin mengambil dokumen penting, mereka hanya membersihkan ruangan.” Naina memiringkan kepalanya. “Tunggu… staf kebersihan?” Ben menatapnya dengan serius. “Iya, kenapa?” “Kita tidak bisa mengesampingkan siapa pun,” kata Naina tegas. “Apakah ada rekaman CCTV di sekitar ruangan itu?” Ben tampa
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

BAB 75

“Kamu menyuruhnya mengikuti pencuri itu?!” Amarah Marven langsung memuncak kala mendengar jika Ben kehilangan jejak Naina selama mengejar pencuri dokumen itu.Ben langsung menunduk merasa bersalah, “Maafkan saya, tuan. Saya tidak tahu jika akan kehilangan jejak Nyonya.”Marven mengepalkan tangannya, matanya menajam penuh kemarahan. “Cari dia! Saya tidak peduli bagaimana caranya, temukan Naina sekarang juga!” Ben segera mengangguk dan memberi instruksi kepada timnya. Sementara itu, Marven mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. “Nyalakan semua kamera lalu lintas di sekitar lokasi terakhirnya. Saya ingin laporan dalam lima menit.” Pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan. Apakah Naina baik-baik saja? Apakah pria yang dia kejar berbahaya? Marven menatap jam tangannya, waktu terasa berjalan sangat lambat. Satu menit, dua menit… hingga akhirnya ponselnya kembali bergetar. “Tuan, kami menemukan rekaman CCTV. Nyonya Naina terlihat memasuki gang sempit, lalu menghil
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

BAB 76

“T-tuan, bisakah anda menurunkan saya? Sekarang para pelayan sedang melihat kita.” Cicit Naina kala Marven terus memeluknya dalam gendongannya.Marven hanya melirik sekilas ke arah para pelayan yang berdiri terpSaya di depan mansion, beberapa bahkan tampak terkejut melihat bos mereka yang biasanya dingin kini menggendong seorang wanita dengan penuh perhatian. “Biar saja,” jawabnya singkat, tetap melangkah masuk ke dalam rumah tanpa niat menurunkannya. “Tapi… Tuan…” Naina menggigit bibirnya, wajahnya mulai memanas karena tatapan penasaran dari para pelayan. “Diam.” Marven memotong dengan nada otoritatif, tetapi tangannya justru semakin mengeratkan pelukan di sekitar tubuh Naina. Begitu masuk ke dalam mansion, Marven langsung menuju ke kamarnya. Dia menendang pintu hingga terbuka dan membaringkan Naina di atas tempat tidurnya dengan hati-hati. “Jangan keluar sebelum Saya bilang boleh,” katanya tegas sambil melepas jasnya. Naina menatapnya dengan bingung. “Kenapa?” Marven m
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

BAB 77

“Dia tidak pulang, Jake?” Tanya Evelyn saat Jake sejak tadi mondar mandir di depan pintu apartemen.Jake yang sejak tadi kesal berusaha menelpon Naina, namun nomor teleponnya selalu tidak aktif.“Dimana dia?” Gumamnya dengan penuh amarah.Evelyn yang melihat itu langsung berdiri dan menghampiri Jake, “Sejak Naina bekerja dia selalu pulang telat bahkan baru beberapa hari kerja sudah diajak dinas diluar kota. Jake, apa kau tidak curiga?” Tanya Evelyn seolah menambah bumbu kemarahan Jake.“Apa maksudmu?” Tanyanya dengan serius.“Apa kau tidak sadar, Naina memiliki barang-barang mahal sedangkan kau tak pernah memberikannya. Apa sebenarnya dia menjadi seorang simpanan? Secara logika Naina tak mungkin mampu membeli barang itu.” Kata Evelyn dengan wajah terkejut.Jake mengepalkan tangannya kuat-kuat, rahangnya mengeras mendengar kata-kata Evelyn. Kata ‘simpanan’ yang keluar dari mulut wanita itu membuat amarahnya semakin memuncak. “Tidak mungkin,” gumam Jake, mencoba menyangkal. “Naina buk
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

BAB 78

Suasana di meja makan menjadi sangat canggung. Diamnya Naina setelah Marven menanyakan soal apakah pria itu pantas atau tidak membuatnya bingung.“Tuan, saya wanita yang sudah bersuami.” Kata Naina dengan pelan.Marven adalah pria tampan dan mempunyai status tinggi, dia pantas mendapatkan wanita yang lebih dari dirinya. Tak ada celah dari Marven untuk mendapatkan wanita yang sempurna untuk menduduki posisi Nyonya Tuner.“Saya bisa menunggu.” Kata Marven dengan serius.Naina menegang. Jawaban Marven begitu tenang, tapi berat di hatinya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.“Tuan, saya tidak bisa memberikan harapan,” katanya akhirnya, suaranya hampir seperti bisikan.Marven tersenyum kecil, tapi matanya tetap tajam. “Saya tidak butuh harapan, Naina. Saya hanya ingin kamu tahu bahwa Saya di sini. Dan Saya tidak akan ke mana-mana.”Naina menunduk, menatap tangannya yang menggenggam sendok dengan erat. Hatinya berperang—antara rasa takut, ragu, dan sesuatu yang lain yang enggan dia akui.Sej
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

BAB 79

“T-tuan, bisa lepaskan saya?” Naina merasa sangat gugup, sudah lama waktu berlalu saat Marven memeluknya dengan begitu erat.“Saya masih membutuhkanmu.” Gumam Marven yang tak melepaskan pelukannya sedikitpun.Naina menelan ludahnya dengan susah payah. Suara Marven terdengar begitu lelah, begitu tulus, dan itu membuat hatinya semakin goyah.Akhirnya Naina menyerah dan tetap diam di posisinya meskipun posisi mereka sebuah kesalahan.“Kamu tahu?” Tiba-tiba suara Marven yang berat terdengar. “Saya sudah mengenalmu sangat lama, tapi sepertinya kamu melupakan saya.” Katanya dengan pelan, seolah dia kecewa dengan kenyataan itu.Naina yang mendengar itu bingung, dia benar-benar tak mengenal Marven sebelumnya bahkan dia juga tak pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan hilang ingatan.Jadi.. Kapan mereka bertemu?“Tuan, mungkin anda salah orang.” Kata Naina dengan lembut, karena mungkin Marven salah mengingat seseorang dan menganggapnya itu dirinya.Marven tertawa kecil, tetapi tidak ada
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

BAB 80

“Akhirnya kau tau pulang juga, Naina!” Amarah Jake langsung menyambut Naina kala dia masuk ke dalam apartemen.Naina menghela nafasnya, jika saja dia tak merencanakan kehancuran mereka. Tentu saja dia tak akan kembali.“Jake, lihat sepertinya bibir Naina seperti bekas gigitan.” Kata Evelyn sambil menunjuk bibir Naina yang memang sedikit bengkak.Naina diam-diam menggulung bibirnya ke dalam mulutnya, ingatannya langsung pada ciuman panasnya bersama Marven tadi.Jake menyipitkan matanya, menatap Naina dengan penuh curiga. "Kau dari mana semalaman?" Suaranya terdengar tajam. Naina mengangkat kepalanya, mencoba untuk tetap tenang. "Aku lembur," jawabnya singkat, tidak ingin memberikan celah bagi Jake atau Evelyn untuk menyerangnya lebih jauh. Evelyn tertawa sinis, lalu melipat tangannya di depan dada. "Lembur? Atau justru tidur di tempat pria lain?" sindirnya tajam. Jake mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Jangan bilang kau—" "Kalau aku memang bersama pria lain, apa masala
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status