Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

BAB 91

“Meninggal?!”Suara Naina berubah menjadi serius kala mendengar kabar duka dari kediaman Vesper. Dimana Serina, mantan ibu mertuanya meninggal kemarin malam.Naina menghela nafasnya pelan, kenapa mantan ibu mertuanya itu pergi di waktu yang tidak tepat.“Ada apa, Naina?” Tanya Marven saat pria itu selesai jogging di halaman mansion bersama Naina.“Ah tidak, hanya saja saya harus melayat nanti.” Kata Naina pelan.Marven mengerutkan kening, menghentikan langkahnya. “Melayat? Siapa yang meninggal?” tanyanya dengan nada penasaran. Naina menggenggam ponselnya lebih erat, ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Serina… mantan ibu mertua saya.” Mata Marven sedikit menyipit. Ia tahu betul siapa Jake dan bagaimana pria itu memperlakukan Naina di masa lalu. Mendengar bahwa ibunya meninggal secara mendadak tentu bukan hal biasa. “Kamu ingin saya menemanimu?” tanyanya, suaranya lebih lembut kali ini. Naina tersenyum kecil. “Tidak perlu. Saya hanya ingin datang sebentar untuk menunjukkan
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

BAB 92

“Apa yang kau katakan Jake! Ibu mu meninggal dengan tidak wajar!” Tuan besar Vesper murka mendengar perkataan cucunya itu.Namun Jake tak peduli, “Kalian Pergi saja!!” Katanya dengan kasar untuk mengusir para polisi itu.Para polisi saling bertukar pandang sebelum salah satu dari mereka berbicara dengan nada tegas. “Maaf, Tuan Jake, tapi ini bukan hanya masalah keluarga. Ini adalah kasus dugaan pembunuhan, dan kami tidak bisa begitu saja menutup penyelidikan.” Jake mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. “Aku bilang pergi!” teriaknya, suaranya penuh emosi. Tuan Besar Vesper semakin murka. “Jake! Apa yang kau sembunyikan, hah?! Mengapa kau menolak penyelidikan ini?!” Seluruh ruangan menjadi semakin tegang. Para pelayat mulai berbisik lebih keras, tatapan mereka penuh kecurigaan. Sementara itu, Naina memperhatikan setiap gerakan Jake dengan seksama. Rasa curiganya semakin kuat. Jake tidak hanya panik—dia takut. Dan saat itulah Naina sadar. Jake menyembunyikan sesuatu.Pol
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 93

Di Ruang Interogasi,Jake duduk di kursi dingin dengan tangan mengepal di atas meja. Sorot lampu di atasnya terasa menyilaukan, membuat kepalanya semakin berdenyut. Beberapa jam lalu, polisi akhirnya datang kembali ke rumah duka dengan surat perintah resmi untuk membawanya ke kantor polisi guna penyelidikan lebih lanjut. Seorang detektif masuk ke dalam ruangan, membawa berkas tebal dan duduk di seberang Jake. Tatapannya tajam, penuh analisis. “Jake Vesper,” detektif itu membuka suara, meletakkan berkas di meja. “Kau tahu kenapa kau ada di sini, bukan?” Jake mengusap wajahnya dengan kasar. “Aku sudah bilang, keluargaku ikhlas. Tidak perlu ada penyelidikan lebih lanjut.” Detektif itu terkekeh kecil, lalu membuka berkasnya. “Ikhlas? Atau kau takut sesuatu akan terungkap?” Jake langsung menatapnya tajam. “Apa maksudmu?” Detektif itu menyodorkan sebuah foto. Itu adalah hasil visum Serina. “Ibumu tidak meninggal karena sebab alami. Ada indikasi kekerasan sebelum kematiannya. Luk
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 94

“Apa kau sudah menghubungi istrinya? Seharusnya dia sudah datang pagi ini jika sudah menerima undangan.” Kata detektif pada rekannya yang lain.“Sudah, pak. Mungkin dalam perjalanan.”Baru saja mengatakan hal itu, sebuah mobil mewah terparkir di depan kantor polisi. Detektif itu segera menoleh namun nafasnya langsung tertahan kala melihat siapa yang keluar pertama kali.“Tuan Marven Tuner?!”Tak hanya itu, detektif itu terkejut kala melihat wanita yang dia kenali sebagai istri Jake Vesper keluar dari mobil yang sama.Dia segera memberitahu rekannya untuk bersikap hati-hati di hadapan pria itu dan tak boleh menyinggungnya sedikitpun.Marven melangkah masuk dengan penuh wibawa, sementara Naina berjalan di sampingnya dengan ekspresi tenang. Seluruh ruangan terasa hening seketika, seolah kehadiran pria itu membawa tekanan yang tak terlihat. Detektif yang bertugas segera menyambut mereka dengan sedikit gugup. “Selamat pagi, Tuan Tuner, Nyonya Naina. Silakan ikut saya, kami hanya ingin m
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 95

“Akhirnya selesai juga….” Helaan nafas panjang keluar dari mulut Naina saat dia masuk ke dalam mobil.Marven yang melihat itu tersenyum tipis, “Kerja bagus, Naina. Kamu sudah melakukan yang terbaik.” Kata Marven sambil mengelus pelan rambut Naina.Naina tersenyum, “Saya tidak menyangka jika Jake benar-benar tega membunuh ibunya sendiri meskipun itu ketidaksengajaan sekalipun.” Katanya.“Kamu tahu dia pembunuhnya?” Tanya Marven dengan penasaran.Naina mengangguk, “Terlihat jelas gerak geriknya yang sangat gelisah, Jake selalu bertingkah gegabah jika panik.”Marven tersenyum tipis, matanya penuh ketertarikan. "Kau memperhatikannya dengan baik, ya?" Naina mendesah pelan. "Bukan karena aku mau, tapi aku sudah cukup lama hidup bersamanya. Aku tahu cara dia berbohong, cara dia menutupi sesuatu. Saat dia menolak hasil visum dan langsung ingin mengusir polisi, aku sudah yakin dia menyembunyikan sesuatu." Marven mengangguk setuju. "Dan sekarang, tinggal menunggu polisi menemukan bukti yang
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 96

Di sebuah restoran mewah, Naina yang digandeng oleh Marven masuk ke dalam dengan senyum merekah. “Kita akan makan malam disini?” Tanya Naina sambil mengamati restoran bertema bangunan khas negara prancis itu dengan kagum. Marven tersenyum tipis melihat ekspresi kagum di wajah Naina. “Tentu. Saya ingin memberikanmu pengalaman terbaik,” katanya sambil menuntunnya menuju meja yang sudah disiapkan. Restoran itu dipenuhi cahaya temaram, musik klasik mengalun lembut di latar belakang, menciptakan suasana yang begitu elegan. Seorang pelayan segera datang dan memberikan menu kepada mereka. Naina melihat sekeliling, matanya berbinar. “Tempat ini luar biasa… Saya bahkan merasa seperti seorang bangsawan,” candanya dengan tawa kecil. Marven menatapnya dengan penuh arti. “Memang seharusnya begitu. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik.” Naina menghela napas kecil, berusaha menenangkan debaran jantungnya setiap Marven mengatakan hal-hal yang manis. Namun, di tengah momen hangat itu, tatapa
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 97

“Tidak!! Aku tidak bersalah, aku tak ada sangkut pautnya dengan kematian Nyonya Serina!!” Suara Evelyn bergetar saat berada di ruang interograsi karena dituduh sebagai salah satu pelaku pembunuhan.Detektif menatap Evelyn dengan tajam, mengetuk pena di atas berkasnya dengan ritme pelan namun menekan. “Jika kau tidak bersalah, lalu bagaimana kau bisa memiliki uang dalam jumlah besar tak lama setelah kematian Nyonya Serina?”Evelyn menelan ludah, tubuhnya sedikit gemetar. “Itu… itu bukan uang dari Jake! Aku mendapatkannya dari bisnis lain!”Detektif menaikkan alisnya, lalu menyodorkan sebuah foto di atas meja. “Kau dan sepupumu tertangkap kamera CCTV saat menarik sejumlah besar uang dari rumah sakit, setelah kami telusuri ada transaksi janggal. Sepertinya kau menipu Jake untuk memberikan uang pada rumah sakit dan kau mengambilnya dengan koneksi sepupumu. Kau bisa dipidana karena penipuan!”Evelyn membeku di tempatnya. Mata bulatnya menatap foto itu dengan penuh ketakutan. “Tidak… tidak
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

BAB 98

“Saya tidak bisa mengikatmu dengan pekerjaan, tapi setidaknya, saya ingin orang lain tahu bahwa kamu milik saya.”Kata-kata Marven membuat Naina terdiam sejenak, hingga saat dia menguasai pikirannya kembali, Naina menatap Marven dengan mata ragu.“Kamu mengajak saya tunangan?” Tanya Naina ragu.Marven menatapnya tanpa ragu sedikit pun. “Ya,” jawabnya tegas.Naina menelan ludah, hatinya berdebar semakin kencang. “Tapi… ini terlalu cepat. Kita bahkan belum lama mengenal satu sama lain.”Marven tersenyum tipis, lalu menggenggam tangannya dengan lembut. “Apa itu masalah? Saya tahu apa yang saya mau, dan saya mau kamu, Naina.”Naina merasa jantungnya hampir melompat keluar. Pria ini selalu tahu bagaimana membuatnya kehilangan kata-kata. Dia menunduk, menatap cincin di dalam kotak kecil itu, berkilauan di bawah cahaya mobil.Tak ada alasan untuk menolak Marven, apalagi mereka sudah membicarakan status mereka yang berbeda dan pria itu sama sekali tak peduli. Marven juga sangat baik, bahkan m
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

BAB 99

“Evelyn! Kau juga disini?” Suara Jake yang ada di dalam jeruji besi selagi menunggu putusan hakim, sangat senang kala melihat Evelyn yang datang menemuinya disana.Evelyn dengan senyum palsunya menatap Jake dengan wajah sendu, “Jake, aku tak menyangka kau akan seperti ini. Melihatmu seperti ini aku jadi sedih.” Kata Evelyn sambil mengusap air mata palsunya.Jake yang melihat itu tersentuh, “Hanya kau yang megerti aku, Evelyn. Tidak seperti Naina yang malah membuangku saat seperti ini.”Mendengar itu Evelyn terkejut, dia berpikir jika Naina meninggalkan Jake dalam keadaan seperti ini maka tak akan ada gunanya lagi dia memeras Jake.“Bagaimana bisa Naina meninggalkanmu? Dia sangat kejam. Padahal kau bisa bebas jika ditebus uang lima ratus juta. Aku sudah bernegosiasi pada aparat disini dan mereka setuju asal kau mempunyai uang lima ratus juta.” Kata Evelyn sambil iba.“Andai aku punya uang sebanyak itu, pasti aku akan membebaskanmu jake.” Kata Evelyn sambil menangis, namun di balik itu
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

BAB 100

“Tip?”Naina yang mendengar itu langsung menoleh setelah staf hotel membersihkan kamarnya menyodorkan tangan terbuka di hadapannya.“Tip?” Beo-nya.Staf itu langsung berdecak kesal, “Iya, saya kan sudah membersihkan kamar anda.” Katanya dengan ketus.Naina menatap staf itu dengan dingin. “Bukankah membersihkan kamar tamu memang bagian dari pekerjaan Anda?” Staf itu mendengus, wajahnya jelas menunjukkan kejengkelan. “Memang, tapi kalau mau pelayanan yang lebih baik, ya kasih tip dong, Bu.” Naina menghela napas, mencoba menahan emosinya. Dia sudah sering menginap di berbagai hotel, tapi belum pernah menemui staf yang secara terang-terangan meminta tip dengan cara seperti ini. “Jadi, kalau tamu tidak memberi tip, kalian tidak akan membersihkan kamar dengan baik?” tanyanya, menatap staf itu tajam. Staf itu terlihat canggung sesaat, tapi kemudian mengangkat bahu. “Terserah mau berpikir begitu atau tidak. Tapi kalau mau kamar bersih dan pelayanan lebih cepat, ya ada harganya.” Nai
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status