Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 81 - Chapter 90

117 Chapters

BAB 81

“Ini.. kamar saya?” Tanya Naina dengan terkejut. Dia kira setelah memutuskan untuk mengambil fasilitas tempat tinggal, ia akan ditempatkan di mess pelayan. Tapi ternyata.. “Kenapa? Kurang bagus? Memang ini terlihat terlalu sederhana. Atau kamu mau kamar saya saja, saya bisa tidur dimanapun.” Kata Marven dengan lembut. "T-tidak! Ini sudah lebih dari cukup!" Naina buru-buru menjawab, matanya masih terpaku pada kamar luas dengan desain elegan di depannya. Marven menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap Naina dengan senyum samar. "Bagus kalau kamu suka." Naina melangkah masuk dengan ragu, tangannya menyentuh sprei lembut di ranjang besar itu. "Tapi... bukankah ini terlalu mewah untuk saya?" Marven mendekat, membuat jantung Naina berdebar tanpa alasan. "Kamu pantas mendapatkan yang terbaik, Naina." Naina menatap Marven sejenak, lalu berkata “Saya terus merepotkan anda, tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih kepada anda.” Marven tersenyum tipis, lalu mempersempit jar
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 82

“Melanjutkan perjodohan?” Suara Marven berubah menjadi lebih dingin.Ben menelan ludahnya takut, “Benar, tuan besar juga tahu jika saat makan malam itu anda bersama Nyonya Naina. Sepertinya tak ada jalan lain, tuan.” Kata Ben dengan pelan.Marven memandang ke arah Ben dengan tatapan tajam, “Pakai cara lain.” Kata Marven dengan tegas.Ben langsung menatap tuannya, “A-apa?!”“Akuisisi perusahaan keluarga Olivia Sandes. Kakek hanya ingin memperkuat bisnis keluarga, maka ambil bisnisnya dan hadiahkan untuk pria tua itu.” Kata Marven dengan dingin.Ben menatap Marven dengan mata membelalak, hampir tak percaya dengan perintah tuannya yang begitu tegas dan tanpa keraguan. “Tuan, ini—” “Saya tidak akan menikahi siapa pun selain Naina,” potong Marven dengan suara tajam. “Jika kakek ingin memperkuat bisnis keluarga, aku akan memberikannya lebih dari yang dia harapkan. Olivia Sandes bukan masalahnya, bisnisnya yang menjadi daya tarik utama, bukan?” Ben menelan ludahnya. “Tapi, tuan, ini ak
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 83

“Anda..” Ucapan Naina menggantung kala pelayan yang berada di dekatnya berbisik.“Beliau adalah Nyonya Sisca Tuner, anak tiri tuan besar dan bibi tiri tuan Marven.” Bisik pelayan itu pelan.Naina yang mendengar itu terdiam beberapa saat. Jika statusnya seperti itu, berarti dia tidak boleh bersikap sembarangan.“Nyonya, maaf bersikap kurang sopan. Mari duduk, saya akan menyiapkan teh untuk anda.” Sambut Naina dengan ramah tanpa ingin memicu konflik lebih lanjut.Namun, Nyonya Sisca hanya menyeringai sinis. “Ah, kau cukup tahu diri rupanya.” Dia berjalan dengan angkuh ke sofa terdekat dan duduk dengan sikap penuh wibawa.Sementara itu, Naina dengan tenang menuangkan teh ke dalam cangkir dan meletakkannya di hadapan Nyonya Sisca. “Silakan, Nyonya.”Wanita itu menatap teh tersebut sebelum mengangkat alis. “Kau tidak takut aku akan menumpahkannya ke wajahmu?”Naina tersenyum tipis. “Saya percaya Nyonya bukan orang yang kekanak-kanakan.”Pelayan yang ada di sekitar mereka hampir menahan nap
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

BAB 84

Di mansion, Naina masih berlutut di depan Nyonya Sisca, dengan tangan halusnya yang perlahan mengeringkan kaki wanita itu menggunakan handuk lembut."Hmm... sepertinya kau mulai terbiasa melayani, ya?" ujar Nyonya Sisca dengan nada mengejek.Naina hanya tersenyum tipis dan menunduk tanpa berkata apa-apa.BRAK!Pintu ruangan terbuka dengan kasar, membuat semua orang di dalamnya terkejut.Marven berdiri di ambang pintu, tatapannya tajam dan penuh amarah saat melihat Naina berlutut di lantai, masih memegang handuk di tangannya.“Naina, berdiri.” Suaranya berat dan dingin, membuat semua pelayan langsung menahan napas.Naina mendongak, terkejut melihat Marven yang kini berdiri dengan rahang mengeras. Dia perlahan berdiri, tapi sebelum dia bisa berkata apa-apa, Marven sudah berjalan mendekat dan menarik tangannya dengan tegas, membantunya berdiri.“Kita pergi,” katanya tegas.Nyonya Sisca tersenyum kecil, tampak tidak terpengaruh. "Oh? Begitu cepat kau datang, Marven?" tanyanya santai.Marv
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

BAB 85

“Bagaimana ini, Jake. Uangmu hangus begitu saja. Jika kita tak bisa mendapatkan proyek baru segera, keluarga Vesper akan jatuh miskin.” Kata Evelyn dengan khawatir.Jake mengusap kepalanya dengan frustasi, apalagi mereka gagal bertemu dengan Marven. “Sementara ini uang bulanan biar Naina yang tanggung. Untungnya dia bekerja sehingga sedikit membantuku.” Kata Jake pelan.Evelyn mengangguk, “Iya, tapi.. dimana dia?” Tanya Evelyn sambil mengedarkan pandangannya di ruang apartemen itu.Jake menghela napas kasar, baru menyadari bahwa sejak tadi Naina memang tidak terlihat. Dia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Naina, tetapi tidak ada jawaban. “Kemana wanita itu pergi?” gumam Jake, mulai merasa tidak enak. Evelyn menyilangkan tangan di dadanya, ekspresi wajahnya penuh kecurigaan. “Jangan-jangan dia sudah tahu tentang kita dan memutuskan pergi?” Jake langsung menatap Evelyn dengan tajam. “Tidak mungkin. Naina terlalu bodoh untuk meninggalkanku begitu saja.” Namun, jauh di dal
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

BAB 86

“Jake?” Gumam Naina saat ada dua puluh panggilan tak terjawab dari pria itu.Naina menghela nafas, karena sibuk mengurus Nyonya Sisca dia tak sempat memegang ponselnya seharian.Saat dia ingin mengabaikannya lagi, tiba-tiba Jake kembali memanggil.“Halo?” Jawab Naina dengan tenang seolah tak masalah.“Kau dimana? Aku juga melihat baju-bajumu sudah kau kemasi. Kau sebenarnya kemana!!”Naina menarik napas panjang sebelum menjawab, suaranya tetap tenang. “Aku sudah pergi dari apartemen, Jake. Kita sedang dalam proses perceraian, tak ada alasan bagiku untuk tetap tinggal di sana. Aku juga sudah mengirimu pesan apa kau tak membacanya?” Dari seberang telepon, Jake terdengar menggeram kesal. “Jangan bertingkah seolah kamu bisa begitu saja meninggalkan semuanya, Naina! Kau masih istriku!” Naina mengepalkan tangannya erat. Dulu, mungkin dia akan gemetar menghadapi kemarahan Jake. Tapi sekarang? Tidak lagi. “Tidak lama lagi aku bukan,” jawabnya dengan tegas. Terdengar suara tawa sinis d
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

BAB 87

Suara nafas pelan namun terasa sangat dekat membuat Naina yang tertidur merasa terganggu. Dia tak ingat jika kemarin malam telah tidur satu ranjang dengan Marven.Naina mengerjapkan matanya pelan, kesadarannya perlahan kembali. Saat dia ingin bergerak, dia merasakan sesuatu yang hangat melingkari pinggangnya. Jantungnya langsung berdebar kencang saat menyadari posisi mereka—Marven tidur di sebelahnya, satu lengannya melingkar erat di pinggangnya, seolah tak ingin melepaskannya. ‘Aku… tidur satu ranjang dengannya?’ pikir Naina panik. Dia menoleh perlahan, melihat wajah Marven yang tertidur lelap di dekatnya. Wajah pria itu tampak lebih lembut dalam tidurnya, jauh dari kesan dingin dan tegas seperti biasanya. Naina menelan ludah, merasa jantungnya semakin berdegup kencang. Dia harus segera bangun sebelum Marven terjaga dan menyadari kedekatan mereka. Namun, saat dia mencoba bergerak, lengan Marven justru mengerat, menariknya semakin dekat. “Jangan bergerak,” suara Marven ter
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

BAB 88

“Aku harus menyelesaikan ini segera.” Gumam Naina sesaat sebelum masuk ke apartemen. Namun, bukan karena kembali tapi membawa surat cerai.Saat dia masuk ke dalam, disana sudah ada Jake yang tengah duduk seperti menunggunya.Dan saat itu juga pria itu bangkit dan mematikan rokoknya di asbak di depannya.“Aku tahu kau akan pulang.” Katanya dengan tenang.Naina hanya diam, menatap Jake dengan datar. “Tanda tangani ini. Aku tak punya banyak waktu.”Jake menatap surat cerai yang diletakkan Naina di atas meja. Matanya menyipit sesaat sebelum ia mengangkat kepalanya dan menatap perempuan itu lekat-lekat.“Kau benar-benar tak tahu diri, aku sudah membiayai pengobatan ayahmu dan ini balasanmu ketika dia sudah meninggal?!”Naina menghela nafasnya, “Kau benar-benar tak tahu atau berpura-pura?” Katanya dengan datar.Jake menatap Naina dengan penuh emosi, “Dengar Naina, aku tidak akan pernah menceraikanmu. Ingat itu baik-baik!”Namun saat Naina ingin membalas ucapan pria itu, tiba-tiba terdengar
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

BAB 89

“Jake? Kenapa kamu disini, bukankah kau seharusnya menemani Evelyn?” Kata Naina dengan tenang sambil mengkode suster itu untuk segera pergi.Jake menatap punggung suster itu sejenak sebelum kembali menatap Naina dengan sorot penuh selidik. “Jangan mengalihkan pembicaraan. Apa yang barusan terjadi?”Naina tersenyum tipis, berusaha tetap tenang. “Aku hanya berbincang dengan suster. Aku sedikit pusing setelah mendonorkan darahku untuk Evelyn, itu saja.”Jake berjalan mendekat, tatapannya masih penuh kecurigaan. “Kau bersikap aneh, Naina.”Naina mendengus pelan. “Aku selalu aneh di matamu, bukan?”Jake tak menjawab, hanya menghela napas kasar dan mengusap wajahnya. “Sudahlah. Evelyn sudah stabil sekarang, dan aku akan mengurus semuanya. Aku akan mengantarmu pulang setelah ini.”Naina mengepalkan tangannya di balik selimut. “Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.”Jake menatapnya tajam. “Jangan keras kepala, Naina.”Tapi kali ini, Naina tidak peduli. Dalam hatinya, ia tahu bahwa sebentar la
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

BAB 90

“Total pembayaranya jadi seratus dua puluh juta, tuan. Anda ingin menggunakan debit/credit?” Jake yang berdiri di depan administrasi menegang kala mendengar nominal biaya rumah sakit Evelyn yang begitu besar.“B-berapa tadi?”“Seratus dua puluh juta, Tuan,” ulang petugas administrasi dengan nada profesional. Jake menelan ludah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Uang sebanyak itu bukan jumlah yang kecil, terutama ketika bisnisnya sedang kacau. “Bisa… bisa dibayar sebagian dulu?” tanyanya, mencoba menawar. Petugas itu menggeleng. “Maaf, Tuan. Kebijakan rumah sakit mengharuskan pembayaran penuh untuk pasien di ruang VIP sebelum tindakan selanjutnya dilakukan.” Jake mencengkram rambutnya frustasi. Ia langsung merogoh ponselnya, mencari kontak-kontak yang mungkin bisa membantunya. Saat ia melihat nama Naina, tangannya sempat berhenti, tapi ia segera menggeleng. Tidak, perempuan itu jelas tidak akan membantunya lagi. Ia mencoba menelpon beberapa rekan bisnisnya, tapi tak ada y
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status