Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

BAB 101

“Kenapa tidak mengabari saya?” Suara Marven berubah menjadi dingin.Naina yang mendengar itu menelan ludahnya pelan, “Bukankah saya sudah bilang jika saya bekerja?”Naina mendengar nafas berat dari sana, “Makan siang dimana? Saya akan menjemputmu.”Naina melirik jam di pergelangan tangannya. Dia memang belum makan siang, tapi…“Saya masih di hotel, mungkin makan di sini saja,” jawabnya hati-hati.“Hotel? Kamu bekerja di hotel?!”Naina menutup matanya pelan karena kebodohannya sendiri, dia tak memberitahu Marven jika dia bekerja langsung dibawah Nyonya Sisca karena tahu pria itu pasti akan menolak tegas.“Saya bertemu klien, jadi makan di restoran hotel.” Kata Naina cepat.Marven terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas panjang. “Baik. Saya akan ke sana dalam dua puluh menit. Tunggu saya.”Sebelum Naina sempat menolak, panggilan sudah terputus. Dia menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk.Tyo yang masih berdiri di dekatnya berdeham kecil. “Tuan Marven?”Naina
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

BAB 102

“Apa yang salah!! Kenapa saya di hukum!!” Suara Jake menggema di ruang persidangan saat putusan hakim telah di tetapkan dengan ketukan palu.Jake benar-benar tak bisa menerima ini, dia sudah membayar untuk dibebaskan, tapi kenapa dia tetap di penjara selama dua puluh lima tahun?Dia dengan cepat mencari Evelyn di kursi penonton, untuk melihat apakah wanita itu ada di barisan orang yang sedang menonton sidang ini.Namun, matanya membelalak saat tidak menemukan sosok Evelyn di sana."Evelyn?! Di mana dia?!" Jake berteriak panik, matanya liar mencari wanita yang seharusnya membantunya.Pengacaranya hanya bisa menghela napas berat. “Tuan, tak ada orang yang berna Evelyn yang hadir di persidangan. Bukti sudah jelas dan anda harus di hukum. Mohon menerima putusan.” Kata pengacara itu, karena pengacara itu sudah berusaha keras untuk menangguhkan putusan Jake namun tetap gagal. Jake memang harus menerima hukuman sesuai putusan yang berlaku.Jake merasakan tubuhnya melemas. Dikhianati.Dia men
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 103

“Bagaimana? Sudah puas melihat penderitaan, Jake?” Tanya Marven dengan lembut saat mereka berada di dalam mobil.Naina yang mendengar itu tersenyum, “Dua puluh lima tahun cukup untuk membayar darah yang saya keluarkan, namun tidak cukup untuk menebus dosanya yang telah membunuh anaknya sendiri.” Kata Naina yang meremas tas yang ada di pangkuannya itu.Marven menatap Naina sejenak sebelum meraih tangannya dengan lembut, menggenggamnya erat. “Kamu sudah melewati banyak hal,” katanya pelan. “Kamu lupakan semua itu, tinggalkan masa lalumu dan kita rajut lagi kisah yang bahagia.”Naina tersenyum lalu mengangguk, “Tapi saya masih belum puas jika Evelyn masih bebas dan berkeliaran dengan uang Jake.”“Saya akan mengurusnya, saya pastikan dia tak bisa kabur kemana-mana. Apa yang ingin kamu lakukan dengannya? Membuatnya dipenjara?” Tanya Marven dengan lembut.Naina menggeleng, “Saya ingin dia merasakan rasanya hampir mati saat darah hampir habis di tubuhnya.” Katanya dengan dingin.Marven menga
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 104

Setiap inci tubuh rasanya seperti nyeri yang berkepanjangan, Evelyn yang tampak sangat pucat mulai sadar dari efek anestesi yang dimasukkan ke dalam tubuhnya.Sama-samar Evelyn melihat bayangan dua orang yang berada di depannya, dengan pelan dia bertanya, “S-siapa kalian?” Tanyanya dengan lemah.“Baru diambil dua kantong darah kau seperti akan mati, bagaimana? Menyakitkan bukan?” Suara yang sangat dikenali oleh Evelyn membuat dia sadar jika wanita di depan ini yang melakukan ini semua.“K-kau kejam!” Suaranya yang lemah mulai sedikit lebih tinggi, tatapannya yang kabur menangkap sosok Naina yang berdiri dengan seorang pria yang merangkul bahunya.“Kejam? Apa aku tak salah dengar. Aku yang bertahun-tahun mendonorkan darah dan juga hati untukmu apa itu tidak kejam juga, ha?! Karena kau, aku harus kehilangan anakku!” Emosi Naina mulai terpancing.Evelyn menelan ludah dengan susah payah, tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya berdenyut hebat. Dia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi tubuh
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

BAB 105

“Nyonya, ada paket.” Suara pelayan sambil membawa kotak yang cukup besar membuat Naina yang sebelumnya menatap ke arah laptop langsung mengangkat pandangannya.“Paket? Dari siapa?” Tanya Naina penasaran karena dia tak membeli apapun.“Dari kediaman Nyonya Sisca.”Mendengar hal itu Naina langsung berdiri dan menerima paket tersebut, “Terima kasih, kamu bisa pergi.”Pelayan tersebut mengangguk lalu pergi meninggalkan kamar Naina.Dengan segera Naina membuka kota itu, dan sebuah nama brand terkenal langsung terpampang nyata.Mata Naina membesar saat membaca label di dalam kotak—Pierre Laurent. Ini adalah brand desainer terkenal yang hanya melayani klien kelas atas. Dengan hati-hati, dia membuka kotak itu, dan di dalamnya terdapat sebuah gaun yang begitu elegan. Warna biru safir yang dalam, dengan potongan yang tegas namun tetap anggun. Detail sulaman tangan di bagian bahu menambah kesan berwibawa, namun tetap feminin. Jari-jarinya menyentuh kain lembut itu dengan kagum. Dia tidak per
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 106

“Silahkan, Nyonya..” Suara Tyo membuat Naina yang sudah mengenakan gaun pemberian Nyonya Sisca masuk ke dalam mobil.Tyo menutup pintu dengan sopan sebelum duduk di kursi pengemudi. “Anda sudah siap, Nyonya?” tanyanya sambil melirik Naina dari kaca spion.Naina menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. “Saya harus siap, bukan?” jawabnya dengan senyum tipis.Hingga saat mobil mereka sampai, Tyo langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Naina.Kilatan lampu kamera menyambut Naina kala ia keluar dari mobil.Sejenak, Naina terdiam saat kilatan lampu kamera menyerangnya dari segala arah. Wartawan dan tamu undangan tampaknya sudah menunggu sejak tadi, ingin melihat langsung siapa wanita yang datang bersama Tyo—orang kepercayaan Nyonya Sisca. Dengan langkah percaya diri, Naina melangkah keluar dari mobil, membiarkan ujung gaunnya melambai anggun. Wajahnya tetap tenang, meskipun dia bisa merasakan tatapan-tatapan menilai dari para tamu. “Siapa dia?” bisik beberapa orang di k
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 107

Nyonya Sisca langsung buru-buru mendekati Marven, dia takut jika ponakannya itu mengacaukan semuanya.“Marven, kau datang.” katanya dengan ramah, berusaha meredakan aura kemarahan yang tiba-tiba muncul.Marven mengabaikan Nyonya Sisca begitu saja, tapi wanita itu langsung memegang tangannya dan menggeleng.“Biarkan dia menyelesaikan sambutannya dulu.” katanya penuh permohonan, karena ini juga demi kebaikan mereka.Marven menatap Nyonya Sisca dengan tajam, rahangnya mengeras. Namun, setelah beberapa detik, dia menarik napas dalam dan menoleh ke arah podium. Naina masih berdiri di sana, berbicara dengan percaya diri di hadapan para tamu. Dia terlihat anggun dalam balutan gaun mewah itu, suaranya tenang namun penuh wibawa. Marven mengepalkan tangannya. ‘Seharusnya dia yang melindungi Naina, bukan membiarkan wanita itu menghadapi semua ini sendirian.’Di sampingnya, Nyonya Sisca berbisik pelan, “Aku tahu kau marah, tapi lihatlah dia, Marven. Naina bukan wanita lemah. Dia bisa menghada
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 108

“Marven, dengarkan saya dulu.”“Apa, Naina? Saya benar-benar tak ingin kamu mengikuti jejak bibi. Saya bisa memberikan semua yang kamu butuhkan, harta, status dan juga jabatan yang kamu inginkan. Apalagi yang kurang?” Kata Marven dengan serius.Naina menatap Marven dengan sorot yang sulit diartikan. Hatinya terasa sesak mendengar kata-kata itu.“Marven, saya tidak butuh harta, status, atau jabatan dari kamu,” katanya pelan, tapi tegas.”Tapi saya ingin pantas. Pantas berada disisimu tanpa direndahkan oleh orang lain.”Marven terdiam, tatapannya melembut saat melihat ketulusan di mata Naina. “Kamu tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun, Naina,” katanya lirih. Naina menggeleng, senyum tipis tersungging di bibirnya. “Bukan untuk mereka, Marven. Tapi untuk saya sendiri. Saya ingin berdiri di sampingmu sebagai seseorang yang setara, bukan hanya sebagai wanita yang berlindung di balik namamu.” Marven mengepalkan tangannya, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya.
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 109

“Kakak!”Suara melengking itu membuat mansion yang biasanya tenang langsung pecah, Naina yang tadinya membantu pelayan menyiapkan sarapan seperti biasa langsung menoleh.“Siapa dia?” Tanya Naina pada pelayan di sampingnya.“Oh, itu Nona Rosana. Adik tiri tuan Marven, Nyonya.” Kata pelayan itu dengan ramah.Naina yang mendengar itu mengangguk, dia benar-benar belum tahu anggota keluarga besar Tuner dan sepertinya mulai sekarang dia harus mencari tahu agar bisa menyambut mereka jika datang.Dengan cepat dia langsung menghampiri wanita itu, dan tersenyum ramah.Namun, saat Naina mendekat Rosana langsung menatapnya sinis. “Kau pelayan baru? Dimana kakak, apa masih tidur? Sepertinya aku akan membangunkannya.” Naina terdiam sejenak, tapi senyumnya tidak luntur. Dia bisa merasakan ketidaksukaan dalam nada bicara Rosana, tapi memilih untuk tetap tenang.“Dia masih mandi, mungkin sekarang sudah selesai.” Katanya dengan lembut.Rosana langsung melirik tajam, “Kenapa kau begitu tahu? Dan bagaim
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 110

“Aku dengar Rosana kembali.” Suara Nyonya Sisca membuat Naina yang sebelumnya sedang fokus pada dokumen yang diberikan padanya sedikit buyar.“Benar, bibi.” Katanya dengan singkat namun jelas.“Yah, anak itu memang sedikit manja. Tapi, kau harus hati-hati dengannya.” Kata Nyonya Sisca dengan tenang.Naina menatap Nyonya Sisca dengan sedikit bingung. "Kenapa, Bibi?"Nyonya Sisca menyilangkan tangan di depan dadanya, ekspresinya sulit ditebak. "Rosana itu tidak sebodoh kelihatannya. Dia tahu bagaimana mendapatkan apa yang dia inginkan, dan biasanya dia tidak peduli siapa yang harus disingkirkan untuk itu."Naina terdiam untuk beberapa saat, namun dia sepertinya tak perlu mengurus hal ini.“Terima kasih atas peringatannya, bibi. Tapi sepertinya Rosana tak mungkin menganggap saya saingannya yang harus disingkirkan. Bukankah kita akan menjadi keluarga?”Nyonya Sisca tersenyum kecil, tapi ada kilatan tajam di matanya. “Keluarga, ya? Ya semoga begitu.” Katanya sambil pergi meninggalkan Nain
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status