Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 121 - Chapter 130

181 Chapters

BAB 121

Suasana mansion yang biasanya tenang, kini ricuh saat Naina baru kembali ke mansion.Dia dengan penasaran langsung segera masuk dan melihat. Disana ia melihat para pelayan yang tampak menunduk ketakutan dan Rosana yang berdiri di sana sambil menginjak-injak gaun.Naina yang penasaran langsung mendekat, “Rosana, apa yang terjadi? Dan kenapa kamu merusak gaun itu?” tanya Naina yang tak tahu jika gaun itu adalah miliknya.Rosana menoleh cepat, mata merahnya dipenuhi amarah dan kegetiran. Melihat Naina berdiri di hadapannya, amarah yang tadi sudah hampir reda justru kembali membara.“Jadi akhirnya kau datang juga,” katanya dengan suara dingin.Naina mengernyit, matanya tertuju pada gaun yang sudah tak berbentuk lagi. Warna lembutnya kini ternoda oleh kotoran sepatu dan sobekan kasar. “Itu... gaun siapa?”Rosana tersenyum miring, tatapannya menusuk. “Oh, jadi kau pura-pura tidak tahu? Ini gaun untukmu, Naina. Dari kak Marven. Biar semua orang tahu betapa spesialnya kau—sampai-sampai dia me
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 122

“M-marven, kamu sudah pulang?”Suara Naina terlihat sangat gugup, dia ingin menyembunyikan gaun itu tapi tak tahu dimana dia harus menyembunyikannya karena Marven sudah berjalan mendekatinya.Marven mendekat dengan langkah pelan, alisnya sedikit mengernyit saat melihat kegugupan di wajah Naina. “Kamu sembunyikan sesuatu ya?” tanyanya dengan nada tenang, namun penuh rasa ingin tahu.Naina berdiri cepat, tubuhnya refleks menutupi gantungan tempat gaun itu digantung. “Bukan apa-apa… aku cuma… cuma beres-beres sedikit.”Tatapan Marven mengarah ke belakang tubuh Naina. Dia bisa melihat ujung gaun yang tergantung, sedikit lecek dan benangnya tampak dijahit ulang.“Gaunnya…” gumamnya, sebelum akhirnya menatap Naina dalam-dalam. “Siapa yang merusaknya?”Naina menggeleng cepat, mencoba menghindari pembicaraan itu. “Tidak penting, aku sudah memperbaikinya. Lagipula, aku tahu kamu memesannya… dan aku sangat menghargainya.”Marven mendekat, kini jaraknya hanya sejengkal dari Naina. “Naina, siapa
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 123

Peringatan hari kelahiran tuan besar Tuner diadakan secara mewah namun tetap tertutup.Mobil mewah sudah berjejer rapi di halaman mansion, para tamu yang diundang juga bukan kalangan sosial sembarangan.Bahkan seorang presiden dengan rela mengatur waktunya untuk datang mengucapkan selamat pada tuan besar Tuner itu.Di dalam ballroom utama mansion Tuner, cahaya kristal dari lampu gantung mewah memantul pada lantai marmer, menciptakan kilau elegan di setiap sudut ruangan. Lantunan musik orkestra mengalun lembut, menambah kesan anggun dan sakral dari peringatan ulang tahun Tuan Besar Antony Tuner—sosok legendaris di dunia bisnis dan aristokrasi.Para tamu mengenakan busana terbaik mereka—gaun malam berkilau dan setelan jas yang dijahit oleh desainer papan atas dunia. Semua berdiri dengan penuh penghormatan saat Tuan Besar Tuner akhirnya muncul, berjalan perlahan dengan bantuan tongkatnya, namun tetap memancarkan wibawa yang tak tergoyahkan.“Selamat ulang tahun, Tuan Tuner” ucap salah sat
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 124

Para tamu yang semula menikmati momen khidmat itu langsung terdiam, beberapa bahkan saling menatap dengan tatapan bingung—antara penasaran dan canggung. Suasana yang tadinya tenang, kembali menegang.Rosana kini berdiri di tengah ruangan, wajahnya tersenyum, tapi sorot matanya tajam, menusuk ke arah Naina.“Hadiah dari Kak Marven luar biasa,” lanjutnya, suaranya terdengar manis namun penuh sindiran. “Tapi aku rasa… jika kau sungguh berniat menjadi bagian dari keluarga ini, kau juga seharusnya membawa sesuatu untuk menunjukkan niat baikmu, bukan hanya berdiri cantik di sampingnya.”Beberapa tamu mulai berbisik pelan, menahan komentar. Nyonya Sisca yang berdiri di sisi lain tampak gelisah, tapi belum ikut campur. Sementara itu, Marven mulai melangkah maju dengan ekspresi muram.Namun, sebelum Marven bisa berkata apa pun, Naina mengambil satu langkah ke depan. Tatapannya tetap tenang, tapi nadanya lembut tapi tegas.“Saya memang tidak membawa hadiah semewah jam emas atau berlian langka,”
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

BAB 125

“Kenapa belum ada berita yang muncul?” gumam Rosana yang berkali-kali mengecek ponselnya di tengah pesta.“Rosana, sedang apa kau disana? Kemarilah, kakek akan kenalkan dirimu dengan beberapa pemuda dari keluarga lain,” kata tuan Antony saat melihat Rosana tak fokuspada acara pesta ini.Rosana tersentak, buru-buru menyembunyikan ponselnya di balik clutch bag-nya dan berusaha tersenyum. “I-iya, Kek. Maaf, aku hanya mengecek pesan penting tadi.” Suaranya terdengar datar, tapi matanya masih melirik ke layar ponsel yang gelap.Tuan Antony menyipitkan mata, tidak begitu percaya, tapi dia tak ingin membuat keributan di acara penting ini. Ia melambaikan tangan, menyuruh Rosana mendekat.“Ayo, mereka dari keluarga Malvino dan keluarga Zhu. Keduanya sedang mencari mitra bisnis—dan mungkin menantu. Jangan habiskan waktumu dengan hal remeh,” kata Tuan Antony sambil sedikit menekankan nada akhirnya.Rosana tersenyum palsu, tapi di dalam hatinya mendidih. “Kenapa? Apa orang itu gagal? Atau Marven
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

BAB 126

“Dimana Rosana?” tanya Naina saat tak melihat wanita itu saat acara lelang di mulai.“Tidak tahu, tapi biarkan saja,” kata Marven dengan tenang, “dari barang lelang itu, kamu mau yang mana? aku akan membelikannya.”Naina menoleh menatap ke arah Marven, “tidak, barang lelang sangat mahal. Lebih baik disimpan saja uangnya.”Marven melirik Naina sebentar, lalu berkata pelan, “Aku tahu kamu tidak suka yang berlebihan, tapi ini bukan soal harga. Ini soal penghargaan.”Naina menunduk sejenak, merasa hatinya terenyuh namun masih bimbang. “Tetap saja, Marven… aku tidak ingin terlihat seperti memanfaatkanmu.”Marven menghela napas pendek, lalu menatap ke depan, ke arah panggung. “Kalau aku ingin membelikanmu sesuatu, itu karena aku ingin. Bukan karena kamu memintanya. Dan aku pikir kamu layak mendapatkannya.”Belum sempat Naina menanggapi, suara panitia lelang menggema, mengumumkan barang selanjutnya—sebuah bros antik yang memiliki nilai sejarah tinggi dan pernah dimiliki mendiang istri Tuan A
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

BAB 127

“Akhirnya acaranya selesai,” Naina menghela nafas lega saat dia memasuki mobil bersama dengan Marven.Marven terkekeh, lalu mengusap kepala Naina lembut, “kerja bagus, sayang.”Naina tersenyum samar, untungnya hari ini tidak ada masalah yang berarti dan juga berita buruk tentangnya.“Itu semua berkatmu, jika tidak mungkin aku tidak bisa berdiri dengan kepala terangkat,” kata Naina tulus.“Sudah tugasku. Ayo kita pergi ke restoran untuk makan, aku tahu kamu tadi menahan diri untuk tidak makan sampai kenyang.”Naina tertawa kecil mendengar kalimat Marven. “Kamu terlalu memperhatikanku. Tapi memang… aku lapar,” akunya malu-malu sambil memegang perutnya yang sejak tadi tak nyaman karena menahan lapar demi menjaga citra di hadapan para tamu penting.Marven menoleh singkat padanya dengan senyum tipis, lalu menyalakan mesin mobil. “Kalau begitu, malam ini kamu bebas pesan apapun. Tak perlu berpikir soal harga.”“Jadi aku boleh menghabiskan uangmu malam ini?”Marven tertawa kecil, suaranya da
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

BAB 128

“Rosana? Apa yang sedang kamu lakukan?”Naina bertanya dengan nada lembut, kala melihat wanita itu pagi hari sudah kembali ke mansion namun dengan raut wajah masam.Rosana hanya menatap sinis, lalu melanjutkan menata semua bajunya ke dalam koper.“Mau aku bantu?” Naina masih berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, meski tahu sebenarnya itu akan sulit.Rosana berhenti sejenak, tangannya menggenggam erat gaun yang nyaris ia masukkan ke koper. Ia menoleh perlahan, menatap Naina dengan sorot mata tajam namun lelah.“Kau benar-benar suka berpura-pura ya?” ucap Rosana dingin. “Kau tahu aku akan pergi, dan kau masih saja bersikap manis seolah-olah semuanya baik-baik saja.”Naina menghela nafasnya, tidak tahu letak kesalahannya dimana. “Maaf, Rosana. Aku benar-benar tak pernah merebut posisimu. Tapi, bagaimanapun perasaan tak bisa di paksakan, aku yakin kamu akan mendapatkan pria–”“Jangan banyak bicara! Aku hanya ingin kak Marven. Aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, bahkan jika kake
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

BAB 129

Marven melihat kesana kemari, namun dia tak menemukan keberadaan Rosana.“Apa kamu menemukannya?” tanya Marven pada Ben. Sudah hampir setengah jam mereka mencari keberadaan Rosana.Ben menggeleng cepat, napasnya masih sedikit terengah karena sempat mengejar ke arah lain. “Tidak, Tuan. Saya hanya menemukan tas kecil miliknya di dekat tumpukan kardus tadi. Tapi Rosana tidak ada di sekitar.”Marven memicingkan mata, langkahnya gelisah menyusuri sepanjang gang, menyapu setiap sudut gelap dengan pandangan tajam. Situasinya jelas mencurigakan—terlalu cepat, terlalu rapi, dan Rosana hilang begitu saja.“Dia tidak mungkin bisa menghilang tanpa jejak. Ini sudah direncanakan,” gumam Marven pelan tapi penuh tekanan.“Tolong emhh—-”Marven langsung menoleh, “kamu mendengar itu?”Suara lirih itu terdengar lagi, teredam, seolah dari balik tembok atau tumpukan barang di gang sempit itu.Ben mengangguk, “saya dengar, tuan.”Marven langsung melangkah cepat ke arah suara, menyibak beberapa kardus dan
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

BAB 130

Marven terdiam.Pertanyaan Rosana membuatnya tak bisa berkata tegas seperti dulu. Dia masih punya hati untuk menjaga perasaannya dalam kondisi rentan seperti ini.“Tak perlu kamu pikirkan, sebentar lagi kita sampai di mansion.”Rosana menunduk pelan, menggigit bibirnya.Beberapa menit kemudian, gerbang mansion terbuka.“Kita sudah sampai,” ucap Marven pelan, menoleh sebentar ke arah Rosana.Gadis itu tidak menjawab, hanya mengangguk pelan.Begitu mobil berhenti, beberapa pelayan langsung menghampiri dengan wajah panik saat melihat kondisi Rosana.Marven turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Rosana. Ia kembali membantunya keluar dengan lembut.“Panggil dokter,” perintah Marven singkat pada Ben, lalu menuntun Rosana masuk ke dalam mansion.*****“Biasanya kau pulang lebih awal, Naina. Apa Marven ada urusan?” tanya Nyonya Sisca saat melihat Naina masih ada di kantor jam empat lebih.Niana tersenyum, “Marven katanya ada urusan di luar kota, bibi. Sekalian aku ada pekerjaan yang belum
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status