Para tamu yang semula menikmati momen khidmat itu langsung terdiam, beberapa bahkan saling menatap dengan tatapan bingung—antara penasaran dan canggung. Suasana yang tadinya tenang, kembali menegang.Rosana kini berdiri di tengah ruangan, wajahnya tersenyum, tapi sorot matanya tajam, menusuk ke arah Naina.“Hadiah dari Kak Marven luar biasa,” lanjutnya, suaranya terdengar manis namun penuh sindiran. “Tapi aku rasa… jika kau sungguh berniat menjadi bagian dari keluarga ini, kau juga seharusnya membawa sesuatu untuk menunjukkan niat baikmu, bukan hanya berdiri cantik di sampingnya.”Beberapa tamu mulai berbisik pelan, menahan komentar. Nyonya Sisca yang berdiri di sisi lain tampak gelisah, tapi belum ikut campur. Sementara itu, Marven mulai melangkah maju dengan ekspresi muram.Namun, sebelum Marven bisa berkata apa pun, Naina mengambil satu langkah ke depan. Tatapannya tetap tenang, tapi nadanya lembut tapi tegas.“Saya memang tidak membawa hadiah semewah jam emas atau berlian langka,”
Last Updated : 2025-03-15 Read more