Pendeta tersenyum lembut, menatap pasangan yang berdiri di hadapannya dengan penuh makna. “Saudara-saudara sekalian, kita berkumpul di sini hari ini untuk menyaksikan dan merayakan pernikahan Marven dan Naina. Pernikahan adalah ikatan suci, sebuah janji yang dibuat dengan cinta, kepercayaan, dan kesetiaan.” Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara lembut pendeta yang melanjutkan, “Marven, apakah kau bersedia menerima Naina sebagai istrimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam suka maupun duka, dalam kekayaan maupun kesederhanaan, dalam kesehatan maupun sakit, hingga maut memisahkan kalian?” Marven menatap Naina dalam-dalam, matanya penuh keyakinan. Tanpa ragu, dia menjawab dengan suara yang kuat dan mantap, “Aku bersedia.” Pendeta tersenyum, lalu menoleh ke arah Naina. “Naina, apakah kau bersedia menerima Marven sebagai suamimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam suka maupun duka, dalam kekayaan maupun kesederhanaan, dalam kesehatan maupun sakit, hingga maut memisa
Huling Na-update : 2025-03-30 Magbasa pa