Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 161 - Chapter 170

181 Chapters

BAB 161

“Ini semuanya untukku?!” Rosana yang melihat semua oleh-oleh dalam satu koper besar langsung berbinar.Dia dengan tak sabar membukanya, dan semua barang kebanyakan adalah dress cantik, tas dan juga pernak pernik yang cantik dari jepang.Naina tersenyum senang melihat reaksi adiknya yang begitu antusias. “Tentu saja, itu semua untukmu. Kami sengaja pilih satu koper khusus biar kamu nggak protes nanti.”Rosana langsung mengeluarkan satu per satu barang dari dalam koper, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru. “Kak Naina, kamu memang kakak ipar terbaik sedunia!”Marven yang baru selesai makan hanya mengangkat alis, “Dan aku? Tak dianggap?”Rosana menoleh sambil memeluk sebuah dress berwarna pastel. “Kak Marven juga baik... kadang-kadang,” ucapnya cepat sambil tertawa geli.Naina ikut tertawa, “Aku merasa seperti punya adik yang berusia belasan tahun.”Rosana semakin tersenyum lebar, “aku kan memang awet muda,” katanya sambil mengibaskan rambutnya.Naina m
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

BAB 162

“Kau masih marah karena ciuman kemarin?”Rosana yang sebelumnya fokus pada tabletnya langsung menoleh tajam ketika Andrian membahas masalah ciuman yang tak disengaja kemarin.“Jangan mengajakku bicara,” ucapnya dengan dingin.Andrian tersenyum tipis, “padahal itu tidak sengaja, misal sengaja juga kita saling menikmati.”Pukulan keras langsung diterima oleh Andrian, Rosana langsung naik pitam karena pria itu berkata seolah dia juga menyukai ciuman itu.Andrian langsung meringis sambil menahan pipinya yang memerah. “Aduh! Rosana, kau benar-benar kuat juga kalau marah,” katanya masih berusaha tersenyum meskipun jelas-jelas kesakitan.Rosana berdiri dengan tangan masih mengepal, matanya menyala penuh amarah. “Jangan pernah bilang hal seperti itu lagi! Kau pikir aku semudah itu dibuat luluh hanya karena—karena insiden memalukan itu?!”Andrian mengangkat kedua tangannya menyerah, “Oke, oke… aku minta maaf. Mulutku memang terlalu lancang. Tapi aku serius minta maaf, Rosana.”Rosana menghela
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

BAB 163

“Jika anda menghabiskan sushi hingga tumpukan piringnya mencapai satu meter lebih anda akan diberikan diskon,”Ucap pelayan saat mereka menyajikan sushi di meja Andrian dan Rohana.“Berapa persen?” tanya Andrian yang tampak tertarik.Rosana langsung menendang pelan kaki Andrian karena pria itu seperti orang yang mencari diskonan besar untuk makan.Pelayan itu tersenyum ramah, “Diskonnya lima puluh persen, Tuan. Tapi harus benar-benar satu meter penuh, ya.”Andrian langsung bersinar matanya, “Tantangan diterima.”Rosana mendesah dan menatapnya tajam, lalu menendang pelan kaki Andrian di bawah meja. “Kau serius mau makan sebanyak itu hanya demi diskon?”Andrian menoleh padanya dengan ekspresi polos, “Ini bukan soal diskon, ini soal kehormatan pria sejati dalam menaklukkan tantangan sushi.”Rosana memutar matanya, “Kau ini seperti anak kecil.”Andrian menyeringai, “Dan kau yang akan aku buat bangga saat tumpukan piringku mencapai puncaknya.”“Yang ada kau muntah di tengah jalan.”“Tapi j
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

BAB 164

“Iya, apakah tidak ada tanda-tanda kehamilan?” tanya Marven dengan penuh harapan.Mereka melakukannya tanpa libur, seharusnya harapannya bisa tercapai karena dia sudah bekerja sangat keras.Naina terbatuk-batuk sampai Marven segera mengambilkan minum untuknya.“Kamu gila? kita baru menikah jalan tiga minggu ini.”Marven menyodorkan gelas air ke Naina sambil mengelus punggungnya pelan. “Tiga minggu yang produktif,” jawabnya dengan nada serius tapi ekspresi wajah yang terlalu berharap membuat Naina hampir menyemburkan air yang baru ia teguk.“Produktif dari mana?” katanya geli sambil meletakkan gelasnya. “Aku bahkan belum telat datang bulan.”Marven menghela napas dramatis dan bersandar di sofa. “Setiap malam itu perjuangan, sayang. Aku merasa seperti sedang ikut olimpiade.”Naina langsung memukul bantal ke wajah Marven sambil tertawa, “Olimpiade dari mana, dasar lebay!”Marven menarik bantal itu dan menatap istrinya dengan penuh tekad. “Kalau ini gagal, aku akan mengalami paceklik.” N
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

BAB 165

“Hari ini perilisan resmi produk yang Rosana dan Andrian kerjakan?” tanya Naina pada suaminya itu yang tengah mengangkat barbel di balkon kamar mereka.“Iya, kamu tak ingin datang? Jika tidak ya tak usah datang. Aku bisa membuat alasan.” Ucap Marven dengan enteng.Naina langsung mendengus, suaminya selalu saja menyimpulkan apapun sendiri, “Aku hanya ingin memastikan. Pantas saja pelayan tadi sibuk memilihkan gaun untukku.”Marven menurunkan barbel perlahan, ototnya masih tegang tapi senyumnya mulai mengembang. Ia menatap Naina yang berdiri dengan tangan bersedekap dan alis sedikit terangkat.“Hm, pelayan membuat istriku terlihat tertekan. Sudah aku bilang jika tak ingin tak usah datang, toh ini bukan acara yang wajib kita datangi.”“E-eh, bukan begitu. Kenapa sih kamu, selalu saja seperti ini.”Marven langsung mendekati istrinya dan langsung membopongnya hingga dia duduk di pangkuannya.“Karena aku ingin istriku hidup bebas,”Naina memegang bahu pria itu dengan senyum tipis, “bagaiman
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

BAB 166

“Selamat datang tuan dan nyonya Tuner, meja anda sudah disiapkan, silahkan masuk.” Salah satu panitia acara ini menyambut Naina dan juga Marven dengan sopan.Malam ini adalah acara perilisan produk yang dibuat oleh Rosana dan Andrian sebagai mitra kerja.Seluruh ruangan menjadi hening sejenak saat pasangan Tuner memasuki area acara. Semua mata tertuju pada Naina yang mengenakan gaun hijau sage yang menambah pesona kecantikannya, sementara Marven dengan setelan jas hitam tampak gagah di sampingnya. Senyum Naina yang memikat dan kehadiran Marven yang karismatik membuat suasana semakin elegan.Panitia yang menyambut mereka langsung memberikan isyarat untuk menuju ke meja VIP yang sudah disiapkan di depan. Ketika mereka berjalan menuju meja, beberapa tamu tak bisa menahan tatapan kagum, terutama pada penampilan Naina yang begitu mempesona malam itu.Setelah duduk, Marven melepaskan tangannya dari tangan Naina dan meraih gelas anggur yang sudah disediakan di meja. “Apa kamu merasa nyaman?”
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

BAB 167

“Selamat Ros, akhirnya kamu bisa menyelesaikan proyekmu dengan baik.” Ucap Naina begitu mendekati Rosana yang baru saja turun dari panggung.Marven juga ikut tersenyum bangga, “mobil tesla mu sudah menunggu di rumah.”Mata Rosana langsung berbinar mendengar ucapan itu, “Serius?! Kalian nggak bercanda, kan?”Naina tertawa kecil melihat reaksi adik iparnya yang kembali seperti anak kecil, “Tentu saja tidak. Itu bagian dari kesepakatanmu dengan Marven, kan?”Rosana langsung memeluk Naina dengan semangat. “Aku sayang banget sama kakak ipar yang satu ini!” katanya dengan gaya manja yang khas.Marven menepuk pelan kepala Rosana, meski ekspresinya tetap dingin seperti biasa, namun senyumnya tak bisa ia sembunyikan. “Jangan sampai Tesla itu jadi dekorasi garasi, buktikan kalau kamu memang pantas memilikinya.”Rosana langsung berdiri tegap, wajahnya penuh percaya diri. “Tenang saja! Setelah ini aku akan bikin proyek lebih besar lagi! Andrian harus siap-siap diajak lembur setiap hari!”Marven d
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

BAB 168

“Ayah sudah memutuskan tinggal di Jerman?” suara Nyonya Sisca terdengar lebih serius.Tuan Antony menatap putri angkatnya itu dengan lembut, “Ibumu ada disana, ayah juga ingin di makamkan disana jika ayah sudah meninggal.”Nyonya Sisca menghela nafasnya pelan, “Ayah seperti benar-benar akan pergi jauh. Ayah sehat kan?” tanyanya dengan khawatir, “disana Sisca maupun Marven tak ada yang bisa menjaga ayah, kenapa tidak tinggal disini saja agar Sisca bisa memantau dan menjaga kesehatan ayah?”Tuan Antony tersenyum kecil, namun ada kesedihan lembut di balik tatapan matanya. Ia menggenggam tangan Nyonya Sisca perlahan, seperti ingin menenangkan sekaligus menegaskan sesuatu yang berat.“Ayah sehat, nak. Tapi yang namanya usia… tak ada yang benar-benar bisa menjamin. Dan di sini… ayah sudah melihat cukup. Marven bahagia. Kamu pun hidup dengan tenang. Apa lagi yang perlu ayah khawatirkan?”“Tapi, ayah...”“Ayah hanya ingin kembali ke tempat di mana semuanya dimulai, dan mungkin, akan diakhiri.
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

BAB 169

Suasana di mansion terasa sangat hangat, hari ini Naina tengah membuat kue untuk suaminya yang sedang lembut meskipun hari ini adalah hari weekend.“Nyonya, anda akan membuat apa hari ini?” tanya salah satu pelayan yang ikut penasaran dan juga antusias karena mereka pasti juga akan mencicipi makanan nyonyanya yang sangat lezat itu.Naina tersenyum manis sambil menggulung lengan bajunya, terlihat santai namun penuh semangat. “Hari ini aku ingin membuat cheese cake stroberi. Marven bilang ingin sesuatu yang manis-manis… jadi aku akan berikan yang paling manis,” ujarnya sambil tertawa kecil.Para pelayan langsung bersorak kecil, ikut senang dan tak sabar mencicipinya.“Wah, pasti Tuan Marven tambah sayang!”Naina mengedipkan mata sambil menunjuk spatula ke arah mereka, “Makanya, bantu aku angkut bahan-bahannya dari kulkas, nanti kalian dapat satu loyang sendiri.”Tak butuh waktu lama, dapur mansion pun berubah menjadi tempat penuh tawa dan aroma manis dari adonan yang mulai dipanggang. S
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

BAB 170

Air mata menetes pelan di sudut mata Tuan Antony, tapi ia tersenyum lebar, tangannya gemetar saat menggenggam erat jemari Naina. “Astaga… Tuhan benar-benar memberiku hadiah terakhir yang luar biasa sebelum aku pergi…”“Sayang, padahal aku ingin mengatakan ini pada kakek saat merayakan ulang tahun mu nanti.Naina tertawa pelan, “aku tak sabar memberitahu kakek kabar bahagia ini. Lihat, kakek tampak terkejut karena bahagia.” ucap Naina sambil melihat tuan Antony yang masih terkejut dengan kabar kehamilannya itu.Tuan Antony menghela napas pelan, lalu tertawa kecil sambil mengusap sudut matanya yang masih basah, “Terkejut sekali, tentu saja. Tapi ini kejutan terbaik yang pernah kudapatkan seumur hidupku.”Marven merangkul istrinya dari samping, lalu menoleh ke arah kakeknya. “Kami ingin membuat kakek bangga. Jadi nanti waktu ulang tahun kakek tahun depan, kita rayakan bersama dengan buyut kecil sebagai anggota baru kita.”“Benar,” sahut Naina, tersenyum manis sambil menepuk lembut perutn
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more
PREV
1
...
141516171819
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status