Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 131 - Chapter 140

181 Chapters

BAB 131

Dia sudah tertidur?Marven melirik ke arah Rosana yang tengah tidur di ranjang sedangkan dia duduk di sofa kamar itu.Setelah memastikan wanita itu tertidur pulas, dia dengan pelan mulai bangkit dan menaruh buku bacaannya di meja. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.“Sepertinya Naina belum tidur.” gumamnya pelan.Keluar dari kamar pelan-pelan, Marven melangkah sedikit kemudian mengetuk pintu kamarnya yang saat ini digunakan oleh Naina.Tok. Tok.Tak ada jawaban. Ia coba putar gagang pintu—tak terkunci.Pelan-pelan Marven membukanya dan menemukan Naina duduk bersandar di sisi ranjang, lampu meja menyala lembut. Dia tidak tidur.Marven masuk dan menutup pintu, “Kamu belum tidur, kan?”Naina menoleh perlahan, matanya merah dan sembab, tapi senyumnya tetap ada—tipis, tapi menyayat. “Aku tidak bisa tidur,” jawabnya lirih.Marven menatapnya sejenak, lalu duduk di pinggir ranjang, sedikit berjarak. “Maaf,”Naina memandang Marven dengan tatapan dalam, “Untuk apa?”Marven menunduk seben
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

BAB 132

“Kamu suka bunga? Disini kebanyakan yang ditanam adalah bunga tulip. Warna-warna bunga tulip memiliki arti, apa kau tahu?” Suara Naina yang lembut hanya direspon diam oleh Rosana.Mereka duduk di tengah hamparan tanaman bunga tulip, bahkan Naina membuat pinknik kecil-kecilan disana.Rosana menatap lurus ke depan, ke arah kelopak-kelopak tulip yang bergoyang pelan ditiup angin. Matanya kosong, tapi ada sedikit kilau yang menyiratkan ia mendengarkan.“Aku tahu,” jawabnya akhirnya. “Tulip kuning untuk persahabatan… merah untuk cinta sejati… putih untuk permintaan maaf, dan ungu untuk keanggunan.”Naina tersenyum, senang Rosana mau merespons. “Tepat sekali. Aku senang kamu tahu,” katanya sambil menuangkan teh ke dalam cangkir Rosana. “Aku pilih tempat ini karena suasananya menenangkan. Kadang, bunga bisa bicara lebih banyak dari manusia.”Rosana menoleh sedikit, menatap cangkir teh di hadapannya. “Aku tidak gila untuk bicara pada tanaman.”Naina tertawa pelan, “haha, benar. Maaf.”Rosana
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

BAB 133

Naina menunggu apa yang akan diucapkan oleh Rosana selanjutnya, tapi sebuah panggilan diujung taman membuat mereka menoleh.“Kalian disini?”Marven menghampiri mereka dengan senyuman tipis lalu duduk di samping Naina dan memeluk pinggangnya.Siapapun yang melihat pasti tahu jika dimata Marven hanya ada Naina di hatinya. Hal itu membuat Rosana tersenyum kecut tapi juga sadar diri.Rosana mengalihkan pandangan, menatap bunga-bunga tulip yang menari pelan tertiup angin. “Sudah kuduga,” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar. Tapi Naina mendengarnya, dan tak berkata apa-apa. Kadang diam adalah bentuk empati yang paling tulus.Marven menatap Rosana sejenak, ekspresinya tenang tapi penuh kehati-hatian. “Aku dengar dari Naina, kamu sudah mulai membaik. Aku senang mendengarnya.”Rosana mengangguk pelan. “Aku sedang mencoba.”“Kalau kamu butuh bantuan, kita semua ada,” ujar Marven dengan nada tulus.Rosana tersenyum, kali ini lebih tulus dari sebelumnya. “Sore ini aku akan kembali ke kediaman tu
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

BAB 134

“Kejadian kemarin sebenarnya bukan ulah musuh, tapi hanya orang bayaran dari Rosana untuk melancarkan rencananya.” Suara Marven tampak tenang menjelaskan.Tuan Antony menghela nafasnya, dia memegang tongkatnya dengan tangan gemetar. “Dia memang harus dijauhkan darimu, tapi sepertinya dia sudah sedikit sadar. Apa yang kau lakukan di mansion?”Marven yang mendengar itu tersenyum, menatap kakeknya dengan dalam.“Saya tak melakukan apapun. Tapi sepertinya Naina yang merubahnya dalam sekejab.”“Naina?”Marven mengangguk, “maka dari itu saya tidak terlalu memikirkan kenakalan Rosana, karena saya tahu Naina sudah membuat wanita itu sadar.”Tuan Antony menatap ke arah Marven, “kau benar-benar ingin menikahinya?”Marven menatap lurus ke arah Tuan Antony, senyum lembutnya mengendap di sudut bibir. “Ya, Kek… Saya benar-benar ingin menikahi Naina. Bukan karena dia kuat, atau sabar… tapi karena dia membuat saya ingin menjadi pria yang lebih baik. Bersamanya, semuanya terasa… pulang.”Tuan Antony m
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

BAB 135

“Nyonya, ini dokumen yang harus ditinjau dan ada kunjungan ke Restoran Victoria.” Suara asistennya yang bernama Fian membuat Naina tersenyum.Tak terasa sudah dua bulan dia bekerja disini dan sekarang memiliki asisten yang membantunya.“Oke. Untuk siang nanti aku sekalian makan siang dengan Marven. Tolong atur tempat ya..” kata Naina dengan lembut.Fian mencatat cepat di tabletnya, lalu mengangguk. “Baik, Nyonya. Saya akan reservasi di tempat yang tenang dan privat. Apakah ada menu khusus yang ingin dipesan?”Naina tersenyum kecil sambil menutup dokumen di tangannya. “Marven suka pasta seafood, tapi aku ingin ada hidangan penutup yang manis juga. Mungkin crème brûlée?”Fian mencatat cepat lagi, “Akan saya atur. Apakah ada hal lain yang perlu saya siapkan untuk makan siang nanti?”Naina menggeleng, lalu menatap keluar jendela. Hari itu cerah, cocok untuk makan siang bersama seseorang yang ia cintai. “Itu saja, Fian. Terima kasih.”Setelah Fian keluar, Naina sempat termenung sejenak. Sa
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

BAB 136

“Bagaimana makanannya?” tanya Naina sambil memakan pastanya.Marven mengangguk pelan, menaruh garpunya dan menyeka mulut dengan serbet. “Enak. Sausnya pas, tidak terlalu berat. Pasta-nya juga dimasak al dente, persis seperti seleraku.”Naina tersenyum, lalu mencicipi pasta di piringnya sendiri. “Aku minta mereka ganti resep sausnya dua minggu lalu. Ternyata hasilnya tidak buruk.”Marven menatapnya dengan kagum. “Kamu benar-benar memperhatikan detail sekecil itu, ya?”“Kalau ingin restoran ini bangkit, semua harus diperhatikan,” jawab Naina ringan. “Mulai dari rasa makanan, suasana ruang, sampai hal-hal kecil yang orang pikir tidak penting.”Marven mencondongkan tubuh sedikit ke arahnya. “Termasuk memilih tempat duduk yang pencahayaannya paling bagus untuk difoto?”Naina tersenyum simpul. “Tentu. Lagipula, sayang kalau wajah kamu tidak mendapat pencahayaan sempurna.”Marven tertawa pelan. “Jadi aku memang hanya aset visual, ya?”“Kamu aset yang sangat menguntungkan,” jawab Naina sambil
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

BAB 137

“Gaun ini sangat cocok, pilihan bibi the best!” Komentar Rosana saat melihat Naina memakai gaun pilihan Nyonya Sisca.Nyonya Sisca meninggikan dagunya seolah bangga pada dirinya sendiri, “tentu saja, pilihanku selalu bagus. Tapi aku bingung, lebih baik rambut ini di gerai atau di stylist agar lebih cantik? Bagaimana menurutmu, Rosana?”Naina hanya tersenyum melihat dua wanita yang malah terlihat excited pada acara makan malamnya dengan Marven.Rosana memiringkan kepala, menatap Naina dengan penuh pertimbangan. “Kalau menurutku... rambut digerai akan memberi kesan anggun dan natural. Tapi kalau mau sedikit dramatis, gaya sanggul longgar juga akan cantik sekali.”Nyonya Sisca mengangguk cepat. “Setuju. Tapi jangan terlalu kaku ya, biar tetap ada kesan lembut. Kita kan bukan mau ke pesta kerajaan, hanya makan malam... istimewa.”Naina tertawa pelan. “Kalian lebih semangat dari aku sendiri.”Rosana menggoda, “Ya iyalah! Ini bukan makan malam biasa. Siapa tahu kakak melamarmu nanti.”Naina
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

BAB 138

Marven menarikkan kursi untuk Naina dengan anggun, lalu duduk di seberangnya sambil menatap wajah wanita itu yang tampak bahagia sekaligus bingung.“Kamu memesan semua ini?” tanya Naina lagi, matanya masih menyapu setiap hidangan yang tertata cantik—semuanya adalah makanan favoritnya, dari sup labu yang lembut, pasta krim dengan jamur, sampai minuman favoritnya yang jarang ada di menu restoran biasa.Marven tersenyum hangat. “Tentu saja. Makan malam khusus untukmu harus ada semua makanan yang kamu sukai.”Naina tersenyum lembut, “Kamu benar-benar memperhatikanku, ya?”“Setiap detik,” jawab Marven tenang. “Aku tahu kamu suka makan dengan suasana yang tenang, cahaya lembut, dan makanan yang bukan hanya enak… tapi juga membawa kenangan.”Naina menatapnya, matanya sedikit berkilat. “Kamu tahu, ini seperti mimpi.”Marven membalas tatapannya dengan lembut, “Kalau begitu… aku harap malam ini jadi mimpimu yang paling indah.”Dan perlahan, suasana di antara mereka berubah—lebih hangat, lebih d
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

BAB 139

“A-apa?” Naina gugup mendengar permintaan itu.Namun Marven masih menatapnya dengan lekat, “Aku ingin dirimu malam ini, Naina. Tapi, jika kamu belum siap aku masih bisa menunggu selama malam pertama pernikahan kita.” Katanya dengan lembut meskipun matanya menunjukkan keinginan yang membara.“A-aku …”DOR!Suara Confetti popper mengejutkan mereka berdua dan berlanjut dengan suara sorakan dari Rosana dan juga Nyonya Sisca.“Selamat! Akhirnya akan ada pernikahan di keluarga Tuner!”Marven menghela napas panjang, menutup mata sejenak sebelum menoleh dengan ekspresi kesal ke arah dua orang yang baru saja merusak suasana.Di ambang pintu, Rosana berdiri dengan senyum lebar, sementara Nyonya Sisca bertepuk tangan penuh semangat. Balon-balon kecil beterbangan, dan mereka tampak begitu menikmati momen itu—meskipun jelas sekali bahwa Marven tidak.“Kalian sengaja, kan?” tanya Marven, suaranya terdengar pasrah.Rosana mengangkat bahu dengan wajah polos. “Sengaja apa? Kami hanya ingin memastikan
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

BAB 140

“Kenapa datang wajahmu kusut sekali?” tanya nyonya Sisca dengan penasaran saat Marven datang dengan hawa yang tak enak.Namun dia tak menjawab, hingga tawa Rosana dan Naina terdengar mendekat membuat Marven mendengus kesal.Nyonya Sisca tersenyum tipis, “Kau ingin berduaan dengan Naina? Bibi bisa membantumu.” Bisiknya pelan.Marven melirik Nyonya Sisca dengan penuh harapan. “Serius, Bi? Aku sudah lelah diganggu Rosana terus.”Nyonya Sisca terkekeh kecil, matanya berbinar jahil. “Tentu saja. Percayakan pada bibi.”Tak lama kemudian, Rosana dan Naina tiba di ruangan, masih tertawa karena sesuatu yang mereka bicarakan sebelumnya.“Kenapa Kak Marven cemberut begitu?” Rosana menggoda, melirik ke arah pria itu yang tampak lesu.Nyonya Sisca langsung berdeham, lalu menepuk tangan seolah mengumumkan sesuatu yang penting. “Rosana, bantu bibi memilih perhiasan untuk acara pertunangan nanti, ya? Rasanya ada beberapa koleksi yang perlu diatur ulang.”Rosana tampak ragu sejenak, tapi begitu meliha
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status