Share

BAB 138

Author: Mayasa
last update Last Updated: 2025-03-24 19:25:33

Marven menarikkan kursi untuk Naina dengan anggun, lalu duduk di seberangnya sambil menatap wajah wanita itu yang tampak bahagia sekaligus bingung.

“Kamu memesan semua ini?” tanya Naina lagi, matanya masih menyapu setiap hidangan yang tertata cantik—semuanya adalah makanan favoritnya, dari sup labu yang lembut, pasta krim dengan jamur, sampai minuman favoritnya yang jarang ada di menu restoran biasa.

Marven tersenyum hangat. “Tentu saja. Makan malam khusus untukmu harus ada semua makanan yang kamu sukai.”

Naina tersenyum lembut, “Kamu benar-benar memperhatikanku, ya?”

“Setiap detik,” jawab Marven tenang. “Aku tahu kamu suka makan dengan suasana yang tenang, cahaya lembut, dan makanan yang bukan hanya enak… tapi juga membawa kenangan.”

Naina menatapnya, matanya sedikit berkilat. “Kamu tahu, ini seperti mimpi.”

Marven membalas tatapannya dengan lembut, “Kalau begitu… aku harap malam ini jadi mimpimu yang paling indah.”

Dan perlahan, suasana di antara mereka berubah—lebih hangat, lebih d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Kamiaty
aduuuuhhh aku jd ikut bahagia aku jd ikut senyum2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 139

    “A-apa?” Naina gugup mendengar permintaan itu.Namun Marven masih menatapnya dengan lekat, “Aku ingin dirimu malam ini, Naina. Tapi, jika kamu belum siap aku masih bisa menunggu selama malam pertama pernikahan kita.” Katanya dengan lembut meskipun matanya menunjukkan keinginan yang membara.“A-aku …”DOR!Suara Confetti popper mengejutkan mereka berdua dan berlanjut dengan suara sorakan dari Rosana dan juga Nyonya Sisca.“Selamat! Akhirnya akan ada pernikahan di keluarga Tuner!”Marven menghela napas panjang, menutup mata sejenak sebelum menoleh dengan ekspresi kesal ke arah dua orang yang baru saja merusak suasana.Di ambang pintu, Rosana berdiri dengan senyum lebar, sementara Nyonya Sisca bertepuk tangan penuh semangat. Balon-balon kecil beterbangan, dan mereka tampak begitu menikmati momen itu—meskipun jelas sekali bahwa Marven tidak.“Kalian sengaja, kan?” tanya Marven, suaranya terdengar pasrah.Rosana mengangkat bahu dengan wajah polos. “Sengaja apa? Kami hanya ingin memastikan

    Last Updated : 2025-03-25
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 140

    “Kenapa datang wajahmu kusut sekali?” tanya nyonya Sisca dengan penasaran saat Marven datang dengan hawa yang tak enak.Namun dia tak menjawab, hingga tawa Rosana dan Naina terdengar mendekat membuat Marven mendengus kesal.Nyonya Sisca tersenyum tipis, “Kau ingin berduaan dengan Naina? Bibi bisa membantumu.” Bisiknya pelan.Marven melirik Nyonya Sisca dengan penuh harapan. “Serius, Bi? Aku sudah lelah diganggu Rosana terus.”Nyonya Sisca terkekeh kecil, matanya berbinar jahil. “Tentu saja. Percayakan pada bibi.”Tak lama kemudian, Rosana dan Naina tiba di ruangan, masih tertawa karena sesuatu yang mereka bicarakan sebelumnya.“Kenapa Kak Marven cemberut begitu?” Rosana menggoda, melirik ke arah pria itu yang tampak lesu.Nyonya Sisca langsung berdeham, lalu menepuk tangan seolah mengumumkan sesuatu yang penting. “Rosana, bantu bibi memilih perhiasan untuk acara pertunangan nanti, ya? Rasanya ada beberapa koleksi yang perlu diatur ulang.”Rosana tampak ragu sejenak, tapi begitu meliha

    Last Updated : 2025-03-26
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 141

    “Tampaknya anda diet ya, nyonya? Gaun yang di fitting minggu lalu masih kebesaran.” Kata desainer pada Naina saat Naina mencoba gaun pernikahannya dan juga resepsi pernikahannya.Naina tersenyum malu, “Saya rasa lengan saya kemarin terlalu besar jadi takut membuat desain nyonya Laurent tak tampil maksimal karena kekurangan saya.”Nyonya Laurent, sang desainer, menggeleng sambil tersenyum. “Kekurangan? Oh sayang, kau justru terlihat semakin anggun dengan tubuh yang sedikit berisi. Tapi kalau kau merasa lebih nyaman seperti ini, kita bisa menyesuaikannya.”Marven yang sejak tadi duduk di sofa ikut berkomentar, “Aku bahkan tidak sadar kamu diet. Kenapa tidak bilang padaku?”Naina tertawa kecil sambil menatapnya melalui cermin. “Bukan diet ketat, hanya mengurangi makanan manis saja.”Marven mendengus pelan, “Kalau begitu, malam ini aku akan memastikan kamu makan lebih banyak.”Nyonya Laurent tertawa melihat interaksi mereka. “Kalian pasangan yang manis. Baiklah, aku akan menyesuaikan gaun

    Last Updated : 2025-03-27
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 142

    “Undangan sudah dikirim, souvenir untuk tamu yang datang sudah dipesan. Apa ya yang kurang?” Naina masih serius menatap latopnya dan melihat list yang kurang dari acara pernikahannya. Marven yang duduk di sebelahnya melirik sekilas ke layar laptop, lalu tersenyum santai. “Kurang satu hal.” Naina mengangkat alis, “Apa?” Pria itu mendekat, berbisik di telinganya, “Waktu berduaan dengan calon suamimu.” Naina terkekeh, lalu mendorong wajah Marven pelan. “Marven, aku serius. Aku tidak mau ada yang terlewat.” Marven tertawa kecil, lalu meraih tangan Naina dan menggenggamnya erat. “Sayang, semuanya sudah hampir sempurna. Yang paling penting adalah kita menikah dan bahagia. Jadi, jangan terlalu stres, ya?” Naina menghela napas, lalu tersenyum lembut. “Baiklah. Tapi kalau ada yang kurang nanti, kamu ikut bertanggung jawab.” Marven mengangkat tangannya, pura-pura menyerah. “Siap, nyonya masa depanku.” Naina tersenyum, lalu menutup laptopnya. “Setelah menikah kita akan bulan madu dimana

    Last Updated : 2025-03-28
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 143

    Saat hari pernikahan tiba, semua orang tengah disibukkan dengan berbagai persiapan. Para penata rias Naina juga berlalu lalang seolah sangat sibuk untuk membuat ratu sehari mereka tampak sempurna di hari sakralnya. “Gaunnya sudah rapi, pastikan kerudungnya tidak kusut,” ujar seorang penata rias sambil dengan hati-hati merapikan kain panjang yang menjuntai di belakang Naina. “Lipstiknya sedikit lagi, jangan terlalu merah, cukup natural tapi tetap segar,” sahut yang lain sambil mengambil kuas kecil untuk sentuhan akhir. Naina hanya bisa duduk diam, memperhatikan bayangannya di cermin besar. Tangannya saling menggenggam di pangkuan, mencoba menenangkan diri dari rasa gugup yang mulai menyelusup. Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar, disusul suara ceria Rosana yang masuk dengan penuh semangat. “Ya ampun, kak! Aku hampir tidak mengenalimu!” Naina tertawa kecil. “Apa aku berubah drastis?” Rosana mengangguk dramatis. “Kau terlihat luar biasa. Kak Marven pasti bakal melongo melihat

    Last Updated : 2025-03-29
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 144

    Pendeta tersenyum lembut, menatap pasangan yang berdiri di hadapannya dengan penuh makna. “Saudara-saudara sekalian, kita berkumpul di sini hari ini untuk menyaksikan dan merayakan pernikahan Marven dan Naina. Pernikahan adalah ikatan suci, sebuah janji yang dibuat dengan cinta, kepercayaan, dan kesetiaan.” Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara lembut pendeta yang melanjutkan, “Marven, apakah kau bersedia menerima Naina sebagai istrimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam suka maupun duka, dalam kekayaan maupun kesederhanaan, dalam kesehatan maupun sakit, hingga maut memisahkan kalian?” Marven menatap Naina dalam-dalam, matanya penuh keyakinan. Tanpa ragu, dia menjawab dengan suara yang kuat dan mantap, “Aku bersedia.” Pendeta tersenyum, lalu menoleh ke arah Naina. “Naina, apakah kau bersedia menerima Marven sebagai suamimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam suka maupun duka, dalam kekayaan maupun kesederhanaan, dalam kesehatan maupun sakit, hingga maut memisa

    Last Updated : 2025-03-30
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 145

    “Sepertinya resepsi untuk nanti malam akan meriah karena ada pasangan baru yang juga ikut berdansa,” kata Naina menggoda Rosana."Kakak jangan menggodaku! Ini ulah MC itu yang punya ide gila. Padahal jelas aku yang menangkap bunganya, bukan berdua!" Rosana bersungut-sungut, tangannya sibuk merapikan gaunnya yang sedikit kusut karena insiden tadi.Naina terkikik pelan, menikmati ekspresi kesal adiknya. "Tapi tetap saja, kau bersinggungan dengan pria yang sesuai dengan tipemu. Itu semacam tanda dari semesta, tahu?" godanya.Rosana mendengus, "Tanda apanya? Itu cuma kecelakaan! Lagipula, dia bahkan tidak menolongku dengan benar, malah hampir menjatuhkan diri sendiri!"Naina menatapnya melalui pantulan cermin, senyum penuh arti terukir di wajahnya. "Tapi kau tidak bisa membohongi diri sendiri. Saat tadi melihatnya, pipimu merah, Ros."Rosana membelalakkan mata sebelum buru-buru menutupi pipinya dengan kedua tangan. "Hah?! Itu pasti karena udara di dalam gereja terlalu panas! Bukan karena

    Last Updated : 2025-04-01
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 146

    “Pasangan pengantin memasuki ruang resepsi! Selamat untuk tuan dan nyonya Tuner!” Saat MC mulai berseru pintu besar aula terbuka lebar.Para tamu bertepuk tangan meriah saat Marven dan Naina melangkah masuk, tangan mereka bertaut erat. Cahaya kristal chandelier di langit-langit aula memantulkan kilau indah di gaun Naina, sementara Marven dengan setelan hitam elegannya tampak begitu gagah.Naina bisa merasakan detak jantungnya lebih cepat dari biasanya, bukan karena gugup, tapi karena kebahagiaan yang membuncah dalam dirinya. Malam ini, dia benar-benar menjadi nyonya Tuner.Marven tetap menjaga ekspresinya yang tegas dan dingin seperti biasa, tapi genggaman tangannya pada Naina erat, seolah ingin menunjukkan bahwa dia tidak akan pernah melepaskannya.Mereka berjalan melewati barisan tamu yang tersenyum dan memberi selamat, sebelum akhirnya tiba di tengah aula. MC kembali berseru, "Sekarang, mari kita mulai malam ini dengan tarian pertama pasangan pengantin!"Alunan musik lembut mulai

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 186

    Beberapa bulan kemudian, suasana mewah dan hangat menyelimuti ballroom utama di mansion keluarga Tuner. Dekorasi elegan dipenuhi bunga putih dan ungu, selaras dengan tema pernikahan Rosana dan Andrian. Para tamu duduk tenang menyaksikan dua sejoli yang kini berdiri di altar, saling menatap dengan mata berbinar.Rosana terlihat anggun dalam gaun putih panjang yang menjuntai lembut, sementara Andrian tampak gagah dengan setelan jas hitam elegan. Di tengah keheningan yang khidmat, suara pendeta pun terdengar lantang dan syahdu:“Silakan ucapkan janji suci pernikahan kalian.”Andrian mengambil tangan Rosana dengan mantap. Suaranya terdengar tenang, namun penuh emosi.“Aku, Andrian, berjanji untuk mencintaimu, Rosana, di setiap hari baik maupun buruk. Aku akan menjadi rumah tempatmu pulang, pelindung saat kau lelah, dan sahabat yang selalu ada. Hari ini, aku tidak hanya menikahi wanita yang kucintai… aku juga menikahi masa depanku.”Rosana menarik napas pelan, matanya berkaca-kaca. Ia meng

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 185

    “Baby boy datang….” Nyonya Sisca membawa box bayi dengan semangat.Naina yang terbaring di ranjang tersenyum bahagia karena ini adalah pertama kalinya dia melihat putranya setelah beberapa hari dalam perawatan.Nyonya Sisca meletakkan box bayi itu dengan hati-hati di samping ranjang Naina. “Lihatlah, dia sudah membuka matanya tadi pagi. Seperti sedang mencari-cari ibunya,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca karena haru.Naina mengangkat tangannya pelan, matanya sudah basah melihat sosok mungil di dalam box itu. “Sayang… sini, peluk mama,” bisiknya lirih.Marven dengan hati-hati mengangkat bayi itu dan meletakkannya di dada Naina. Tangis kecil si bayi langsung mereda saat merasakan dekapan ibunya.“Raynar Elric Tuner,” gumam Naina sambil mencium kening putranya. “Selamat datang di dunia, nak…”Marven berdiri di samping mereka, mengelus lembut kepala istrinya dan putranya. “Keluarga kita lengkap sekarang…” ucapnya pelan, penuh rasa syukur.Rosana yang menyaksikan dari pintu hanya ter

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 184

    Di luar ruang operasi, ketiganya tampak berdoa masing-masing menunggu kabar baik.Setelah beberapa jam telah terlewati, mereka mendengar suara tangis bayi di dalam.Nyonya Sisca dan Rosana langsung menoleh, senyum mereka akhirnya merekah.“Bayinya selamat!” Ucap Nyonya Sisca bahagia.Namun Marven sama sekali tak merasa lega, karena dia belum melihat dokter keluar dan bagaimana keadaan istrinya di dalam.Marven berdiri perlahan, tubuhnya kaku seperti batu. Suara tangis bayi yang seharusnya menjadi kabar bahagia justru terasa menggantung baginya. Matanya tak lepas dari pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat.Rosana berdiri di sampingnya, ikut terdiam saat menyadari ekspresi kakaknya tak berubah. Nyonya Sisca, yang sebelumnya tersenyum lega, kini ikut dilanda cemas lagi.Beberapa menit kemudian, pintu ruang operasi akhirnya terbuka.Seorang dokter keluar, wajahnya tampak lelah, namun tetap menunjukkan sikap profesional. Marven langsung menghampirinya dengan langkah tergesa.“Dok,

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 183

    “Sayang, hati-hati!”Suara Marven menggema cukup keras dari balik balkon, namun Naina yang sedang berjalan santai dari arah taman tidak terlalu mendengarnya. Fokusnya tertuju pada burung kecil yang bertengger di pagar, membuat langkahnya sedikit melambat.Namun tiba-tiba kakinya menginjak batu kecil yang tertanam tak rata di jalan setapak. Dalam sekejap, tubuh Naina kehilangan keseimbangan. Dia terjatuh ke samping, dan suara benturan tubuhnya di tanah disertai ringisan kesakitan langsung membuat jantung Marven seakan berhenti berdetak.“Naina!”Ia langsung berlari menuruni anak tangga tanpa pikir panjang. Beberapa pelayan yang melihat kejadian itu pun ikut panik.“Aaahh… Marven… perutku…” suara Naina lirih namun penuh ketakutan, tangannya menggenggam erat perutnya yang besar.Ketika Marven sampai di sisinya, ia melihat noda darah mulai merembes dari balik gaun Naina. Wajahnya langsung pucat. “B-Ben! Siapkan mobil sekarang! Cepat! Kita ke rumah sakit!” teriaknya tanpa menoleh.Ben yang

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 182

    “Di lamar?!” Marven dan Naina langsung menoleh bersamaan saat mendengar hal itu.Rosana menundukkan kepalanya malu, “Iya kak,”Naina langsung menjerit kecil penuh antusias sambil memeluk adiknya, “Aaaa! Ros, selamat! Ya ampun, kamu akhirnya dilamar juga! Aku seneng banget!”Marven hanya menghela napas panjang lalu menatap Andrian tajam tapi dengan nada menggoda, “Kau berani-beraninya melamar adikku tanpa izin? Minimal kasih kode dulu”Andrian mengangkat tangan seperti menyerah, “Sumpah, tuan Marven, saya niatnya baik dan serius. Dan cincin itu bukan cuma simbol, saya juga sudah siapkan semuanya untuk langkah selanjutnya.”Naina menoleh ke Marven sambil tersenyum penu

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 181

    “Wow cantik sekali, pilihanku memang tak pernah salah,” puji Andrian saat melihat Rosana keluar dengan gaun hijau cantik namun tak berlebihan.Rosana menahan senyumnya sambil memukul lengan pria itu, “jangan menggodaku!”Andrian tertawa ringan sambil merapikan jasnya, lalu membuka pintu mobil untuk Rosana. “Aku hanya jujur, kok. Lagipula, malam ini sepertinya aku yang beruntung bisa pergi dengan wanita secantik kamu.”Rosana tersipu, tapi tetap gengsi untuk mengakuinya. “Huh, bisa aja kamu. Ayo jalan, sebelum aku berubah pikiran.”Andrian mengangguk sambil menahan senyum puas. “Baik, nona Rosana. Tapi kalau kamu berubah pikiran dan memutuskan untuk mencintaiku sekarang juga, aku nggak keberatan.”Rosana hanya mendecak pelan, “Dasar kamu…,” lalu masuk ke mobil dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan.Dan saat mereka sampai di sebuah restoran yang menyajikan makanan ala timur tengah, Rosana masuk dengan dibantu oleh Andrian yang setia menggandengnya.“Selamat datang, tuan dan nona. M

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 180

    “Kematian pada ibu hamil memang beberapa terjadi tuan, tapi itu hanya sebagian kecil dari ibu yang selamat,” jelas dokter saat diundang langsung diruang kerja Marven.Marven sejak kemarin terus dihantui oleh rasa ketakutan istrinya sampai menyuruh Ben mengundang ahli kandungan untuk berkonsultasi sendiri.Dokter yang duduk dengan tenang di hadapan Marven menatap pria muda itu dengan bijak. “Saya paham kekhawatiran Anda, Tuan Marven. Kecemasan seperti ini sangat wajar, apalagi bagi suami yang sangat mencintai istrinya dan calon anaknya. Tapi izinkan saya memberikan sedikit ketenangan…”Marven, yang duduk bersandar dengan tangan saling menggenggam di depan mulutnya, hanya mengangguk pelan. Matanya tampak lelah—bukan karena kurang tidur, tapi karena dihantui ketakutan sejak Naina mengungkapkan kekhawatirannya.“Pertama, kondisi nyonya Naina sejauh ini sangat baik. Tensi, detak jantung janin, pertumbuhan, semua dalam batas normal dan sehat. Tak ada indikasi bahaya seperti preeklampsia, pl

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 179

    “Sejak kapan perutmu sudah sebesar ini, sayang?” Marven terkejut saat bangun tidur mendapati perut istrinya membuncit dan ada gerakan kecil disana.Naina dengan kesal langsung memukul pelan suaminya itu, “ini sudah hampir tujuh bulan, wajar jika perutku besar.”Marven terkekeh pelan, “Sebentar lagi kita akan bertemu baby boy,” gumamnya sambil menciumi perut istrinya dengan gemas namun langsung ditendang oleh anaknya dari dalam.Marven terperanjat kecil saat perut istrinya menendang balik tepat di pipinya. “Wah! Ini anakmu atau petarung MMA, sih?” ucapnya sambil tertawa geli, masih memegang pipinya yang baru saja ‘disentuh’ oleh calon buah hatinya.Naina ikut tertawa, meski sedikit meringis karena tendangan itu memang cukup kuat. “Dia aktif banget, apalagi kalau dengar suara kamu. Mungkin dia tahu ayahnya cerewet.”Marven menyipitkan mata berpura-pura tersinggung. “Cerewet demi anak dan istri tercinta, oke? Lagian, suara ayahnya ini yang bikin kamu nyaman di perut sana, ya kan, Nak?” k

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 178

    “Bagaimana keadaan istri saya dok? apakah dia dan calon anak saya baik-baik saja?” tanya Marven dengan wajah kalut penuh ketakutan dan merasa bersalah karena melakukannya dengan keras hingga istrinya kesakitan.Dokter terlihat tenang, menatap Marven dan Naina yang duduk di ranjang rumah sakit. Naina sudah berbaring dengan infus di tangan, sementara Marven masih menggenggam jemarinya erat-erat.“Untung kalian cepat datang,” ucap dokter sambil mengecek data di tablet-nya. “Istri Anda mengalami kontraksi ringan akibat tekanan fisik yang terlalu intens. Tapi tenang, kondisi janinnya masih stabil, tidak ada tanda bahaya besar. Namun…”Marven menegakkan tubuhnya, wajahnya menegang. “Namun…?”Dokter menatap Marven dalam-dalam. “Dia harus benar-benar beristirahat dan menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat, termasuk… hubungan suami istri. Setidaknya sampai trimester pertamanya benar-benar aman. Saya akan beri obat pereda kram, dan nanti ada vitamin tambahan juga.”Marven menghela napas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status