Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 41 - Chapter 50

61 Chapters

BAB 41

“Beliau dehidrasi parah dan terjadi infeksi pada lututnya. Untungnya anda segera membawanya ke rumah sakit.” Kata dokter itu dengan serius.Jake yang tadi menyandarkan tubuhnya ke tembok langsung menegakkan tubuhnya, “Apa? Infeksi? Berapa lama sembuhnya? Dia harus mendonorkan darahnya satu bulan lagi, dok.” Kata Jake dengan serius.Marven yang mendengarkan itu mengepalkan tangannya, namun dia tak bertindak anarkis. “Lakukan perawatan terbaik, pindahkan juga di kamar VVIP.” Kata Marven dengan tegas.Jake terkejut, “VVIP? Hei, kalau ngomong jangan seenak jidat kau pikir VVIP di ibukota murah? Tidak, tidak, aku suaminya dok. Rawat di kamar kelas 3 saja.” Kata Jake dengan nada keberatan.Dokter mengerutkan kening mendengar perdebatan keduanya, tetapi tetap menjaga profesionalitasnya. "Saya sarankan untuk merawat pasien di lingkungan yang lebih nyaman agar pemulihan lebih cepat," ujar dokter itu dengan tegas.Marven melirik tajam ke arah Jake. "Tidak peduli berapa biayanya, Naina pantas me
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

BAB 42

“Cantik?” Tanya Evelyn dengan wajah bahagia kala mengenakan gaun berwarna biru muda itu di hadapan Jake.Jake yang tadinya melamun langsung tersadar kala Evelyn ada di hadapannya.Jake menatap Evelyn dari ujung kepala hingga ujung kaki, mengamati gaun biru muda yang dikenakannya. Evelyn terlihat anggun dan penuh percaya diri, jelas dia tahu bahwa penampilannya memukau. Jake mengangguk kecil, mencoba menunjukkan antusiasme meskipun pikirannya masih sedikit melayang. "Ya, cantik," jawab Jake singkat dengan senyuman tipis, lalu melirik ke arah jam tangannya. "Kita harus segera berangkat. Aku tidak ingin terlambat untuk acara ini." Evelyn tersenyum puas, memperbaiki gaunnya sedikit, lalu mengapit lengan Jake dengan manja. "Tentu saja. Aku tidak sabar melihat siapa saja yang akan hadir di perjamuan ini. Dan, tentu saja, memastikan kau mendapatkan perhatian yang layak." Jake hanya memberikan anggukan kecil sambil berjalan menuju pintu. Suara telepon kembali terdengar, sejak mereka tiba
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

BAB 43

Restoran mewah yang dengan lampu gantung krystal besar membuat suasana eksklusif semakin terasa.Jake dan Evelyn melangkah masuk melalui undangan yang telah diberikan, disana tak terlalu banyak orang namun hidangan mewah sudah disiapkan begitu indah.“Apakah kehidupan orang kaya di ibukota seperti ini?” Bisik Evelyn sambil berdecak kagum.Jake menyunggingkan senyum tipis sambil merapikan jasnya, berjalan dengan penuh percaya diri. "Tentu saja," jawabnya, sedikit membanggakan diri. "Inilah dunia yang sedang kuusahakan untuk keluarga Vesper. Nikmati saja suasananya."Evelyn mengangguk kecil, tatapannya terpaku pada interior restoran yang memancarkan kemewahan. Lampu gantung kristal besar yang tergantung di langit-langit memberikan kilauan lembut, sementara meja-meja dihiasi dengan taplak sutra putih dan piring porselen berlapis emas. Pelayan-pelayan berdiri tegak, siap melayani tamu dengan senyum profesional.Jake menuntun Evelyn ke salah satu meja yang telah disiapkan untuk mereka, pos
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

BAB 44

“Ayah?”Naina berlari menghampiri ayahnya yang berdiri di taman dengan wajah senyum bahagia.“Ayah sudah sembuh? Sekarang ayah bisa berdiri dan terlihat sehat. Apakah ayah benar-benar sembuh?” Naina tampak sangat kegirangan saat melihat ayahnya sudah sehat seperti dulu.“Ayah, kenapa ayah diam saja?” Tanya Naina bingung.Namun, pria paruh baya itu masih saja senyum dan tak menjawab. Hingga akhirnya dia berbicara, “Ayah sehat, sangat sehat.” Katanya dengan lembut.Naina tersenyum lebar lalu memeluk erat ayahnya dengan penuh rasa rindu. Kepalanya dielus lembut seperti dulu, yang membuat Naina semakin bahagia.“Sudah waktunya ayah pergi, ayah hanya ingin berpamitan denganmu sebelum benar-benar meninggalkanmu.” Kata pria itu dengan lembut.Naina mengerutkan kening, pelukan eratnya perlahan mengendur. "Apa maksud ayah? Pergi ke mana?" tanyanya dengan suara yang penuh kecemasan.Pria itu tetap tersenyum lembut, tangannya yang hangat masih mengelus kepala Naina. "Naina, ayah sangat bangga pa
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

BAB 45

Suara langkah kaki terdengar keras di lorong rumah sakit, Marven yang menggendong Naina langsung menuju ke ICU dimana ayah Naina dirawat.Marven yang melihat Ben masih berdiri di pintu tertutup langsung menghampirinya. Lalu menurunkan Naina dengan hati-hati.“Bagaimana keadaannya?” Tanya Marven dengan serius.Naina juga tampak sangat khawatir ingin tahu keadaan ayahnya. “Benar, bagaimana keadaan ayah saya, tuan Ben?”Ben tampak mendesah, “Dokter belum keluar, tapi ayah anda tampak sangat kritis sejak lusa dan semakin memburuk sejak dini hari tadi. “Naina langsung terduduk lemas mendengar hal itu.Naina menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya bergetar hebat, menahan isak tangis yang tak mampu lagi dibendung. “Ayah... ayahku...” suaranya bergetar, penuh kepedihan.Marven segera berjongkok di sampingnya, menenangkan dengan menaruh tangan di pundaknya. “Naina, dengarkan saya. Kita harus kuat sekarang. Ayahmu membutuhkan doamu. Percayalah pada dokter yang sedang bekerja keras untuk
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

BAB 46

“Jake, kau mau kemana?” Tanya Evelyn kala melihat Jake memakai kemejanya setelah semalam mereka menghabiskan malam panas berdua.“Aku ingin melihat Naina, juga ingin menelpon rumah sakit ayah mertuaku.” Kata Jake dengan tenang.Evelyn yang masih duduk di ranjang hanya mengangguk meskipun kesal, “Apa kau tak ingin melepasnya saja? Kau tak mencintainya kan?”Jake yang mendengar pertanyaan itu langsung melirik ke arah Evelyn dengan tajam, “Aku tak ingin membahas hal ini, istirahatlah hari ini aku akan menemuimu lagi jika urusanku telah selesai.” Kata Jake dengan tegas.Jake melangkah keluar dari kamar dengan langkah cepat, meninggalkan Evelyn yang masih duduk di ranjang, wajahnya penuh dengan campuran kesal dan rasa ingin tahu. Evelyn menggigit bibirnya, merasa tidak puas dengan sikap Jake yang tampaknya terus mempertahankan sesuatu yang sudah tidak berarti baginya. Di luar, Jake berjalan ke mobilnya sambil mengeluarkan ponsel. Dia memutar nomor rumah sakit tempat ayah Naina dirawat, me
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

BAB 47

“Naina!!” Suara Jake begitu nyaring di tempat pemakaman umum itu.Semua orang langsung menoleh saat teriak panggilan itu datang.Saat Marven ingin mencegah Jake mendekat, Naina langsung memegang tangan Marven untuk menahannya.Marven langsung menoleh, “Naina?”Naina mengangguk pelan sambil menarik napas panjang, meskipun wajahnya masih dipenuhi kesedihan. "Biar saya yang menghadapinya, Tuan Marven," katanya dengan suara yang bergetar namun penuh tekad.Jake berjalan cepat mendekati mereka, wajahnya menunjukkan campuran kemarahan dan kebingungan. "Naina! Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang ini? Aku baru tahu dari rumah sakit kalau ayahmu sudah meninggal!"PLAK!Seluruh tempat pemakaman langsung hening seketika. Tamparan itu bergema, bukan hanya di udara, tapi juga di hati Jake yang tampak terkejut, bahkan nyaris kehilangan kata-kata. Dia memegang pipinya yang merah akibat tamparan itu, menatap Naina dengan sorot mata tak percaya.Naina, dengan air mata yang mengalir deras di pipiny
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

BAB 48

“Kenapa kau diam saja? Masih marah?” Tanya Jake saat mereka berada di perjalanan pulang ke rumah mereka yang ada di kota.Naina hanya diam menatap ke arah jendela tanpa menghiraukan Jake yang terus berbicara seperti anjing menggonggong.Bahkan saat sampai di rumah, Naina langsung keluar dan masuk ke kamar dan menguncinya.Tangan Naina gemetar, air matanya mulai tumpah namun dia menahannya. Giginya bergemeletuk menahan emosi namun dia tak boleh terbawa emosi jika dia ingin membalas kematian ayahnya.Dengan cepat dia membuka ponselnya dan menghubungkan dengan kamera kecil yang sudah dia pasang di apartemen Evelyn.Dia ingin lihat apakah jebakannya sudah mengenai target atau belum.Hari pertama tak ada tanda-tanda Jake ada disana, tapi saat dia membuka di tanggal dia dikurung wajahnyanya langsung mengeras.Pada rekaman hari saat Naina dikurung di apartemennya, terlihat jelas Jake memasuki apartemen Evelyn bersama wanita itu. Terlihat jelas Jake memasuki apartemen Evelyn dengan langkah se
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

BAB 49

“Ahhh!! Ahhh!! Lebih cepat, Ahhh mhhh…” Suara desahan yang begitu nikmat terdengar.“Ahh Evelynn.. Aku hampir sampai, ahhh”Suara yang begitu menjijikkan membuat telinga seperti kotor dibuatnya.Naina memeluk lututnya di atas kasur, menaikkan volume di ponselnya dan mendengar suara menjijikkan itu memenuhi kamar rumahnya.Semalam Jake izin pergi ke ibukota untuk mengambil sesuatu, namun saat Naina mengecek ternyata dia sedang berada di apartemen Evelyn dan melakukan perbuatan menjijikkan itu disana sehari kematian ayahnya.Naina menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan emosi yang meluap-luap dalam dadanya. Air matanya jatuh tanpa henti, tapi bukan karena kesedihan, melainkan kemarahan yang tak lagi bisa dia tahan. Tangannya gemetar saat dia memutar ulang rekaman itu, memastikan bahwa apa yang dia lihat dan dengar bukanlah sekedar bayangan atau ilusi."Sehari setelah ayahku meninggal..." gumamnya dengan suara bergetar. "Kau benar-benar tak punya hati, Jake."Dia memejamkan matanya sejenak
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

BAB 50

–“Aku tidak pulang malam ini, jadi jangan tunggu aku.” Notifikasi pesan dari Jake membuat Naina terdiam sejenak sebelum membalas. “Naina?” Suara Marven membuatnya tersadar. Dia langsung mendongak, menyadari telah mengabaikan pria di depannya. “Eh, iya, Tuan. Maaf,” ujar Naina buru-buru sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. “Jadi, bagaimana? Apa kamu bisa menolongku?” tanya Marven lagi, masih berusaha meyakinkannya untuk menjadi pasangan pura-pura guna menolak perjodohan itu. Setelah berpikir sejenak, Naina akhirnya mengangguk. “Baik, tapi bagaimana dengan Tuan Besar? Saya khawatir kalau Tuan Besar mengetahui rencana ini,” jawab Naina dengan nada penuh kekhawatiran. Marven tersenyum tipis, seolah-olah sudah memikirkan kemungkinan itu sebelumnya. "Kakek tidak akan tahu jika kita melakukannya dengan baik. Saya hanya perlu meyakinkan dia bahwa saya sudah punya seseorang yang benar-benar saya pilih. Jika dia percaya, maka dia tidak akan memaksa lagi." Naina tampak ragu, tapi dia
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status