Semua Bab PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Bab 31 - Bab 40

61 Bab

BAB 31

“Kamu sejak tadi tersenyum, Naina. Apa ada hal baik?” Suara Marven membuat Naina langsung tersadar dari lamunannya.Namun tak melepaskan senyumnya yang sejak tadi terpasang, “Tidak begitu, tuan. Hanya saja liburan saya kemarin menyenangkan.” Kata Naina dengan tenang.Marven mengangkat salah satu alisnya, seolah penasaran tapi juga tak ingin bertanya lebih lanjut.“Susun dokumen ini, dan minta pelayan lain untuk menyiapkan ruang meeting di mansion. Ada beberapa karyawan nanti yang datang untuk membahas proyek.” Kata Marven sambil menyerahkan setumpuk dokumen tebal kepada Naina.Naina menerima dokumen itu dengan sigap, meski dalam hati dia sedikit terkejut dengan tumpukan yang lebih tebal dari biasanya. “Baik, Tuan. Akan saya susun dan pastikan ruang meeting siap sebelum tamu datang,” jawabnya dengan nada profesional.Marven memandangi Naina sejenak, lalu kembali fokus ke layar komputernya. “Dan pastikan pelayan lainnya tidak membuat kekacauan. Saya tidak ingin ada hal yang mengganggu p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

BAB 32

“Proyek real estate ini bisa memakan biaya ratusan milyaran, namun terdapat kendala di bagian masyarakat disana yang tidak ingin pindah dan diberikan kompensasi. Ini adalah PR untuk kita semua, tuan. Menurut anda bagaimana solusi agar proyek ini bisa segera direalisasikan?” Salah satu karyawan Marven mengajukan pertanyaan seperti itu, karena dari tim mereka sudah tidak bisa memikirkan cara yang lebih efektif.Marven tampak tenang, seolah ini bukanlah masalah serius. Bahkan, dengan santai dia menatap Naina yang duduk di sisi kanannya. “Menurutmu bagaimana, Naina?”Naina yang mendengar itu terkejut, bahkan tak hanya Naina tapi semua orang yang ikut rapat kali ini.Bagaimana tidak? Naina hanyalah asisten rumah tangga, namun dilibatkan dalam rapat penting seperti ini. Namun, para karyawan disana tak berani menginterupsi.Naina terdiam sejenak, mencoba mencerna pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan kepadanya. Matanya bertemu dengan tatapan Marven yang tenang, seolah memberikan dorongan aga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

BAB 33

“Kau sudah memberikannya makanan? Apa dia langsung memakannya?”Pertanyaan itu langsung muncul kala Naina baru saja kembali dari apartemen Evelyn. Di tengah kesibukannya, Jake masih sempat-sempatnya bertanya hal seperti itu.“Apa aku harus menunggunya selesai makan? Atau bahkan aku harus menyuapinya?” Tanya Naina dengan datar kemudian kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.“Kau semakin sensitif, tidak seperti dulu. Apa karena pria itu kau berubah?” Tanya Jake yang langsung menutup laptopnya dengan keras.Naina mengabaikannya, sudah pasti Jake akan membawa-bawa Marven di perdebatan mereka kali ini.“Sudah aku bilang, jangan bawa-bawa dia. Dia tak ada hubungannya denganku apalagi denganmu.” Kata Niana tegas lalu menata piring di meja makan.Jake menatap Naina penuh selidik, seolah tak percaya. “Jangan membohongi aku, Naina.”Naina yang mendengar itu langsung meletakkan sup di meja dengan keras hingga menimbulkan suara. “Aku berbohong seperti apa? Dan kenapa k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

BAB 34

Setelah malam yang begitu menyesakkan, Naina akhirnya bisa menghirup udara pagi yang segar di dalam mobil yang dikendarai oleh pak Johan.Wajah yang sebelumnya kusut akhirnya mulai kembali tersenyum, “Anda akhirnya pindah ke ibukota, nyonya. Apakah suami anda sudah mengijinkan anda bekerja?”Naina tersenyum saat mendengar pertanyaan pak Johan, dia hanya menjawab dengan singkat. “Tidak, pak.”Pak Johan mengangguk, “Tapi saya penasaran, kenapa anda memilih bekerja. Karena saya lihat suami anda juga bukan dari kalangan biasa.”“Bukankah kita sebagai wanita tak harus bergantung pada pria?”Pak Johan tersenyum mendengar jawaban Naina. “Anda benar, Nyonya. Wanita sekarang memang harus mandiri. Tapi, saya rasa itu bukan satu-satunya alasan Anda bekerja, kan?” Naina menatap keluar jendela, memperhatikan gedung-gedung tinggi yang mulai menghiasi jalanan ibukota. “Ada banyak alasan, Pak Johan. Beberapa di antaranya mungkin sulit dijelaskan. Tapi intinya, saya ingin memiliki kendali atas hidup
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

BAB 35

“Selamat datang, tuan besar…” Semua pelayan berjejer dan menunduk menyambut tetua di keluarga Tuner.Antony Tuner, patriark keluarga Tuner, melangkah masuk dengan aura otoritas yang begitu kuat hingga membuat semua orang di sekitarnya terdiam. Matanya yang tajam menyapu setiap sudut ruangan, seolah mencari-cari sesuatu yang tidak beres. Dengan tongkat kayunya yang menghentak lantai keras, setiap langkahnya memancarkan dominasi.Naina, yang berjalan di barisan terdepan para pelayan, merasa tatapan Antony sempat berhenti sejenak padanya. Tapi dia tetap menunduk, menjaga ketenangan di wajahnya meski hatinya berdebar. Antony terkenal dengan sifatnya yang dingin dan sulit dipuaskan, dan kehadirannya selalu menjadi ujian bagi siapa pun di mansion ini.Setelah Antony duduk di ruang tamu utama, dia melirik ke arah Naina sebagai asisten rumah tangga di mansion ini. “Dimana Marven?” tanyanya dengan nada berat.“Tuan Marven sedang bekerja, Tuan Antony. Kami sudah memberi tahu bahwa anda tiba,” j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

BAB 36

“Bagaimana bisa pria tua itu ke mansion!! Apa kamu tidak bisa mencegahnya, padahal saya sudah bilang menyuruh bawahannya mengantarnya ke kantor!” Marven sangat marah ketika mendengar kakeknya berada di mansion.Ben yang mendengar itu hanya menunduk, “Saya juga, tidak tahu tuan. Saya baru mendapatkan kabar setelah saya baru tiba di perusahaan karna mengurus dokumen di mansion. Jika saya tahu tuan besar tiba, saya tidak akan pergi ke kantor dan mengatr semuanya.”Marven melonggarkan dasinya dengan frustasi sambil melihat ke arah supir pribadinya dengan tajam, “Percepat mobilnya.”Sopir Marven segera meningkatkan kecepatan mobil, sementara Marven memijat pelipisnya dengan kesal. "Kakek tidak seharusnya ada di mansion. Dia pasti akan membuat kekacauan," gumamnya dengan nada frustasi.Ben, yang duduk di samping Marven, merasa tegang. Lalu mengeluarkan ponsel kala mendengar suara pesan dari orang mansion. Tapi, begitu dia melihat isi pesan itu wajahnya semakin tegang. “T-tuan..”Marven yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

BAB 37

“Awsshh..” Ringis Naina kala dokter membersihkan lukanya. Rasanya sangat perih dan panas secara bersamaan.“Mohon tahan ya, nyonya. Jika tidak dibersihkan akan jadi infeksi.” Kata Dokter wanita itu pada Naina.Naina menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit yang menusuk saat dokter terus membersihkan lukanya dengan hati-hati. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, tapi dia tetap duduk tegak.Ben yang berdiri di dekat pintu langsung bertanya, “Apakah itu parah, dokter?”Dokter wanita itu menoleh sejenak ke arah Ben, lalu kembali fokus membersihkan luka Naina. “Lukanya cukup dalam, tapi untungnya tidak mengenai tulang atau jaringan vital. Kalau tidak ditangani dengan baik, ini bisa jadi infeksi serius. Untung segera ditangani.”Ben mengangguk mengerti hingga dokter selesai membalut kedua lutut Naina kemudian pergi.Ben langsung mendekat, “Nyonya, setelah istirahat saya akan mengantar anda pulang. Apakah anda perlu kursi roda?”Naina menggeleng, “Saya masih bisa berjalan, tuan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

BAB 38

PLAK!!Naina membelalak sambil memegang wajahnya karena ditampar tiba-tiba oleh Jake, dia terkejut sekaligus bingung.“Kau kenapa? Kenapa memukulku tiba-tiba setelah pulang?!!!” Naina berseru keras pada Jake.Jake menatap Naina dengan mata penuh kemarahan dan kekecewaan. “Kau masih berani bertanya kenapa?!” serunya dengan suara keras. Dia melemparkan ponselnya ke meja di dekat mereka, memperlihatkan foto Naina masuk ke mobil mewah.Naina memandangi foto itu dengan dahi berkerut. “Apa maksudmu? Kau memukulku hanya karena ini?!”Jake mendekat, menunjuk foto tersebut. “Jangan pura-pura tidak tahu, Naina! Setiap pagi kau pergi, dan sekarang aku tahu kau dijemput oleh mobil mewah ini. Siapa dia? Kau selingkuh, ya?!”Naina menggeleng dengan ekspresi tak percaya. “Kau gila, aku tidak berselingkuh!”“Kau masih mengelak?? LIhat itu, siapa yang bisa menjemputmu dengan mobil mewah itu selain selingkuhanmu!!” Naina terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Dia tak boleh mengungkapkan pada Jake ji
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

BAB 39

“Wah… Kalian masih bersama? Benar-benar pasangan sempurna!” Celin, teman lama Evelyn yang sedang merayakan ulang tahunnya, menyapa dengan nada menggoda saat melihat keduanya tiba.Evelyn menggandeng lengan Jake dengan anggun sambil tersenyum kecil, “Ah, kau ini bisa saja. Maaf, kami datang sedikit terlambat,” jawabnya dengan nada ramah namun tetap menjaga kesopanan.Celin terkekeh sambil melambaikan tangan, “Aish… Tidak perlu sungkan begitu! Ayo, Ayo, masuklah, kalian harus menikmati acara ini.”Jake dan Evelyn melangkah masuk ke dalam klub yang telah disulap menjadi tempat perayaan mewah oleh Celin. Lampu-lampu neon yang berkilauan dan musik yang menggema di seluruh ruangan menciptakan suasana yang hangat sekaligus megah, membuat pesta itu terasa penuh semangat.Di dalam klub, gelak tawa dan obrolan riang terdengar di setiap sudut ruangan. Beberapa teman lama mereka menghampiri, menyambut Jake dan Evelyn dengan pelukan hangat dan candaan nostalgia. "Jake! Evelyn! Lama sekali kita ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

BAB 40

“Aaaah.. Ahhhh… mmmhhh Jake—” Erangan Evelyn memenuhi apartemen itu dengan panas.Jake yang dibawa oleh nafsu telah kehilangan akal hingga bermain api dengan Evelyn. Dia tak menyadari panggilan telepon dari ponselnya berdering sejak tadi.Sementara Jake dan Evelyn larut dalam aktivitas panas mereka, di meja samping, ponsel Jake terus berdering tanpa henti. Nama "Rumah Sakit" terpampang jelas di layar, namun tidak ada yang memperhatikan. Di sisi lain, di rumah sakit, seorang perawat menatap layar komputer dengan cemas. Kondisi ayah Naina yang dirawat di ruang ICU semakin memburuk, dan mereka sangat membutuhkan keputusan keluarga untuk langkah medis berikutnya. "Masih tidak ada jawaban?" tanya dokter dengan nada khawatir.Perawat menggeleng. "Kami sudah mencoba beberapa kali, tapi ponselnya terus tidak diangkat."Dokter mendesah berat. "Kita tidak punya banyak waktu. Hubungi lagi, dan jika tidak ada respons, cari kontak darurat lainnya."Di apartemen Jake, ponsel itu akhirnya berhent
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status