Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 11 - Chapter 20

61 Chapters

BAB 11

“Naina? Hei..”Naina yang tadi melamun langsung menyadarkan diri dari lamunannya, tangannya masih gemetar memegang kontrak kerja itu.“Saya bisa menambahkan gaji kamu jika itu kurang. Asuransi kesehatan itu tidak hanya kamu yang dapat, tapi ayahmu. Jadi, Kamu tidak perlu memikirkan uang lagi untuk pengobatan ayahmu.” Kata Marven dengan nada suara rendah.Naina menatap ke arah Marven dengan mata bergetar, jelas dia sangat bingung sekaligus senang. Tanpa sadar dia langsung turun dari sofa itu dan berlutut di hadapan pria itu.“T-tuan, saya sangat berterima kasih. Anda sangat baik, terima kasih, terima kasih.” Kata Naina yang terus menundukkan kepalanya hampir bersujud di kaki Marven.Marven segera berdiri dan langsung memegang bahu Naina dan menyuruhnya bangkit.Marven tampak sedikit tidak nyaman dengan sikap Naina yang begitu rendah hati hingga berlutut. Dengan cepat, dia membungkuk sedikit dan memegang bahu Naina, membantunya berdiri. "Naina, berdirilah. Tidak perlu seperti ini," kata
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

BAB 12

Keluar dari ruang kerja Marven, Naina tampak bingung harus mengerjakan apalagi. Melihat para pekerja lain yang melakukan tugasnya dengan baik, membuat dia tak memiliki banyak hal yang harus dia urus.Tanpa sadar, dia berjalan ke arah taman bunga di belakang mansion. Bunga-bunga yang mekar dengan cantik itu membuat Naina tersenyum.“Ruangan tuan Marven terlihat suram, apa aku harus memetik beberapa tangkai dan menaruhnya di beberapa sudut ruang kerja itu?” Gumam Naina, hingga setelah berpikir lama dia akhirnya memetik berbagai macam bunga disana dan membawanya masuk ke dalam mansion.“Apakah ada vas bunga disini?” Tanya Naina pada pelayan lain yang ada di belakang.Pelayan yang ditanya Naina tampak sedikit terkejut sebelum segera mengangguk. "Ada, Bu Naina. Saya bisa mengambilkan untuk Anda. Vas bunga biasanya disimpan di pantry dekat dapur.""Baik, terima kasih. Kalau begitu, tolong ambilkan satu yang ukurannya sedang," kata Naina dengan senyum hangat.Pelayan itu segera bergegas, sem
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

BAB 13

“Ambil dua kantong darahnya!” perintah Jake dengan senyum puas, sambil mendorong tubuh Naina ke ranjang rumah sakit.Suster yang mendengar itu segera mengangguk. “Baik, Tuan,” jawabnya sopan sebelum mulai menyiapkan alat-alat untuk mengambil darah.Naina hanya bisa terdiam, pasrah. Ketika jarum mulai menusuk kulitnya, ia merasakan air mata mengalir tanpa bisa dicegah. Rasa sakit di hatinya jauh lebih besar daripada di lengannya.Melihat air mata itu, suster tampak salah paham. “Apakah terasa sakit, Nyonya?” tanyanya lembut, dengan nada penuh perhatian.“Sakit,” jawab Naina dengan suara lirih, hampir seperti bisikan. Namun, bukan jarum itu yang menyakitinya. Luka yang ia rasakan berasal dari kenyataan pahit yang tak bisa ia ubah.Dia pikir, jika dia bisa melepaskan diri dari Jake, maka akan menjadi akhir dari penderitaannya. Tapi kenyataannya, Jake masih memiliki cengkeraman kuat dalam hidupnya. Jika bukan karena ayahnya, Naina tidak akan pernah sudi mendonorkan darahnya untuk wanita ya
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

BAB 14

“Tuan, ada kabar buruk. Nyonya Naina koma.” Suara Ben yang menggelegar memecah keheningan, langsung membuat suasana di ruang kerja Marven berubah tegang.“Apa?!” Marven langsung berdiri dari kursinya, tatapannya tajam menusuk ke arah Ben.Ben mengangguk cepat, wajahnya menunjukkan rasa cemas. “Tim belum memberikan informasi detail tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi kondisi Nyonya Naina saat ini kritis.”Marven mengepalkan tangannya dengan geram, rahangnya mengeras menahan emosi yang hampir meluap. Matanya tajam, penuh determinasi.“Kita ke rumah sakit sekarang!” katanya tegas, suaranya seperti perintah yang tak bisa dibantah.********Di kamarnya, Evelyn menatap Jake dengan mata berkaca-kaca, ekspresi wajahnya penuh kepura-puraan. "Jake... Kau tidak marah padaku, kan? Aku tidak bermaksud membuat Naina koma. Aku hanya... aku benar-benar tidak punya pilihan. Aku hanya ingin hidup," ucapnya dengan suara lemah, seolah-olah dia adalah korban dalam situasi ini.Jake menghela napas pa
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

BAB 15

“Kau… siapa?” Marven, yang mendengar pertanyaan itu, hanya melirik sekilas ke arah sumber suara. Tatapannya tajam, penuh wibawa, tetapi ia sama sekali tidak berniat menjawab. Setelah sesaat, ia mengalihkan perhatian kembali ke dokter, seolah Jake hanyalah angin lalu.“Bagaimana keadaannya?” tanya Marven dengan nada tegas dan dingin. “Saya tidak punya waktu untuk berbasa-basi sekarang.”“Anda?” Dokter menggantungkan pertanyaannya, wajahnya tampak terlihat bingung.“Saya orang terdekatnya.” Kata Marven tegas.Jake yang mendengar pernyataan Marven langsung melangkah maju dengan ekspresi penuh kemarahan. “Orang terdekatnya? Kau bercanda? Aku suaminya! Siapa kau yang tiba-tiba muncul mengaku orang terdekat istriku.” Marven menoleh perlahan, matanya yang dingin dan penuh otoritas menatap langsung ke arah Jake. “Suami?” ucapnya dengan nada rendah namun menusuk. “Lalu, apa yang kamu lakukan hingga dia sekarang berada dalam kondisi seperti ini? Seorang suami seharusnya melindungi, bukan meng
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

BAB 16

BRAK!Suara pintu yang dibuka kasar oleh seseorang membuat Naina dan Marven yang ada di dalam ruangan terkejut.Disana, Jake terlihat berwajah kusut menahan amarah. Naina segera bangkit dari tidurnya namun Marven mencegahnya.“Tidur lagi saja, jangan pedulikan.” Kata Marven dengan tenang.Naina bingung, “Tapi–”“NAINA!! Bagus ya, kau ternyata berselingkuh di belakangku? Pantas saja aku curiga, ternyata bajingan ini adalah selingkuhanmu!!” Emosi Jake meledak seketika melihat Marven yang sangat peduli pada Naina.“Apa yang kau katakan. Aku tidak berselingkuh!” Naina yang dituduh tidak terima, apalagi yang Jake tuduh adalah bos-nya sendiri.“Lalu dia siapa? Dia mengaku orang terdekatmu tadi, aku benar-benar tak percaya. Kau ternyata rubah licik yang memanfaatkan aku untuk kesembuhan ayahmu dan kau malah berselingkuh dengan pria jalanan yang tak jelas!”Naina yang mendengar itu benar-benar tak percaya, ingin sekali dia meludahi Jake sekarang karena mengaku jika dimanfaatkan olehnya. Tapi
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

BAB 17

“Jake…” Suara Evelyn yang sangat lembut memanggil Jake, membuat pria yang baru tiba tersenyum.“Sudah bangun, hm?” Tanya Jake dengan begitu lembut.Evelyn tersenyum lalu mengangguk seperti anak kecil. “Apa tadi kau menemui istrimu?” “Iya, untuk melihatnya sebentar. Dan dia juga sudah sadar, sudah ku bilang bukan jika Naina pasti sehat kembali. Jadi kau tak perlu menyalahkan diri lagi karena dia mendonorkan darahnya padamu.” Kata Jake dengan lembut.Evelyn menunduk, memalingkan wajahnya dengan ekspresi seolah menahan rasa bersalah. "Tapi aku tetap merasa bersalah, Jake. Aku tidak pernah ingin ini terjadi. Aku hanya ingin sembuh, bukan menyakiti orang lain..." ucapnya lirih, suaranya hampir seperti bisikan.Jake menghela napas panjang, lalu duduk di tepi ranjang Evelyn. Ia menggenggam tangan wanita itu dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh keyakinan. "Evelyn, dengarkan aku. Semua ini bukan salahmu. Jika ada yang harus disalahkan, itu aku. Aku yang mengambil keputusan ini, dan aku
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

BAB 18

Kehidupan tenang Naina kembali terusik. Setelah Marven pergi, dia berpikir jika dia bisa istirahat dengan nyaman. Tapi, siapa sangka jika dia harus kedatangan dua makhluk hidup yang sebenarnya ingin dia buang jauh. “Naina…” Suara lembut yang dibuat-buat oleh Evelyn membuat Naina serasa ingin muntah. “Evelyn memanggilmu, paling tidak pasang wajah senyum. Apa harus kau jutek seperti itu?” Kata Jake dengan nada tidak suka. Naina menghela nafasnya, “Kalian kenapa disini? Dokter bilang aku butuh istirahat, jadi daripada mengusikku lebih baik kalian pergi saja.” Evelyn tersenyum tipis, meskipun senyumnya tidak mampu menyembunyikan nada mengejek yang terselip dalam suaranya. “Oh, Naina, kami hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Lagipula, aku merasa bersalah karena kamu sampai harus mendonorkan darahmu untukku.” Jake melirik Naina dengan tatapan tajam. “Evelyn mencoba bersikap baik, tapi kau malah membalasnya dengan sikap dingin seperti ini. Apa kau tidak punya rasa terima kasih?”
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

BAB 19

“Tuan, sudah sangat larut. Apakah Anda tidak sebaiknya pulang?” tanya Naina dengan nada hati-hati. Bagaimanapun, dia adalah wanita yang sudah berstatus istri. Jika orang lain melihat situasi ini, tentu akan menjadi bahan pembicaraan yang tidak menyenangkan. Marven yang tadinya sibuk dengan laptopnya langsung mendongak, menatap Naina yang duduk di ranjang. Tatapannya tenang, namun penuh otoritas. “Saya tidak masalah tidur di sofa,” jawabnya dengan nada datar namun tegas. “Jika kamu ingin tidur, maka tidurlah. Saya tidak akan mengganggu.” Naina menggigit bibirnya, merasa dilema. Bagian dari dirinya ingin bersikap profesional, namun situasi ini membuatnya merasa canggung. Apalagi, Marven tampak begitu santai, seolah keberadaannya di sini adalah hal yang biasa. “Baiklah, Tuan. Tapi... tolong jangan begadang terlalu lama,” gumamnya akhirnya, sebelum menarik selimut untuk menutupi dirinya, berusaha mengabaikan rasa canggung yang terus menghantuinya. Pada akhirnya Naina terlelap dalam t
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

BAB 20

Tiap lorong rumah sakit yang dilewati, jantung Naina berdetak kuat, seperti memberi isyarat akan sesuatu yang tak terduga. Perasaan was-was menyelimuti, semakin terasa saat mereka tiba di taman rumah sakit.“Wajahmu terlihat tegang. Apa kamu tidak nyaman?” tanya Marven, suaranya rendah namun penuh perhatian.Naina terkejut, buru-buru menggeleng. “Eh—tidak, Tuan. Saya cukup nyaman. Taman di rumah sakit ini dirawat dengan sangat baik,” jawabnya gugup, berusaha menutupi kegelisahannya.Marven mengangguk pelan. “Benar. Matahari pagi ini cukup hangat, bagus untuk pemulihanmu,” katanya sambil mendorong kursi roda Naina menuju kursi di tengah taman.Setelah memastikan Naina duduk nyaman, Marven juga mengambil tempat di kursi di dekatnya. Mereka menikmati pemandangan taman yang dihiasi hamparan bunga berwarna-warni.Tiba-tiba, Marven berkata, “Sebenarnya, saya tidak terlalu menyukai bunga.”Naina terdiam sejenak, sedikit kaku mendengar pernyataan itu. Dia melirik ke belakang, mencoba membaca
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status