Share

BAB 14

Author: Mayasa
last update Last Updated: 2025-01-09 17:13:37

“Tuan, ada kabar buruk. Nyonya Naina koma.” Suara Ben yang menggelegar memecah keheningan, langsung membuat suasana di ruang kerja Marven berubah tegang.

“Apa?!” Marven langsung berdiri dari kursinya, tatapannya tajam menusuk ke arah Ben.

Ben mengangguk cepat, wajahnya menunjukkan rasa cemas. “Tim belum memberikan informasi detail tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi kondisi Nyonya Naina saat ini kritis.”

Marven mengepalkan tangannya dengan geram, rahangnya mengeras menahan emosi yang hampir meluap. Matanya tajam, penuh determinasi.

“Kita ke rumah sakit sekarang!” katanya tegas, suaranya seperti perintah yang tak bisa dibantah.

********

Di kamarnya, Evelyn menatap Jake dengan mata berkaca-kaca, ekspresi wajahnya penuh kepura-puraan. "Jake... Kau tidak marah padaku, kan? Aku tidak bermaksud membuat Naina koma. Aku hanya... aku benar-benar tidak punya pilihan. Aku hanya ingin hidup," ucapnya dengan suara lemah, seolah-olah dia adalah korban dalam situasi ini.

Jake menghela napas pa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
NGOs NGOs An
agak tidak masuk akal. RS berani melakukan pengambilan darah seperti ini. bisa kena tuduhan Malpraktek.
goodnovel comment avatar
Sri Kamiaty
dasar lakik binatang tk punya hati mentingkan selingkuhany semoga naina bisa sadar kembali kluar dri kehidupan suaminya Aamiin
goodnovel comment avatar
Ir4cs ArungP
karakter naina disini sangat membosankan dan sangat gblok katanya mau balas dendam masih juga ngasih drahnya lagian ngapain takut marvel udh biayain pengobtan bapaknya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 15

    “Kau… siapa?” Marven, yang mendengar pertanyaan itu, hanya melirik sekilas ke arah sumber suara. Tatapannya tajam, penuh wibawa, tetapi ia sama sekali tidak berniat menjawab. Setelah sesaat, ia mengalihkan perhatian kembali ke dokter, seolah Jake hanyalah angin lalu.“Bagaimana keadaannya?” tanya Marven dengan nada tegas dan dingin. “Saya tidak punya waktu untuk berbasa-basi sekarang.”“Anda?” Dokter menggantungkan pertanyaannya, wajahnya tampak terlihat bingung.“Saya orang terdekatnya.” Kata Marven tegas.Jake yang mendengar pernyataan Marven langsung melangkah maju dengan ekspresi penuh kemarahan. “Orang terdekatnya? Kau bercanda? Aku suaminya! Siapa kau yang tiba-tiba muncul mengaku orang terdekat istriku.” Marven menoleh perlahan, matanya yang dingin dan penuh otoritas menatap langsung ke arah Jake. “Suami?” ucapnya dengan nada rendah namun menusuk. “Lalu, apa yang kamu lakukan hingga dia sekarang berada dalam kondisi seperti ini? Seorang suami seharusnya melindungi, bukan meng

    Last Updated : 2025-01-09
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 16

    BRAK!Suara pintu yang dibuka kasar oleh seseorang membuat Naina dan Marven yang ada di dalam ruangan terkejut.Disana, Jake terlihat berwajah kusut menahan amarah. Naina segera bangkit dari tidurnya namun Marven mencegahnya.“Tidur lagi saja, jangan pedulikan.” Kata Marven dengan tenang.Naina bingung, “Tapi–”“NAINA!! Bagus ya, kau ternyata berselingkuh di belakangku? Pantas saja aku curiga, ternyata bajingan ini adalah selingkuhanmu!!” Emosi Jake meledak seketika melihat Marven yang sangat peduli pada Naina.“Apa yang kau katakan. Aku tidak berselingkuh!” Naina yang dituduh tidak terima, apalagi yang Jake tuduh adalah bos-nya sendiri.“Lalu dia siapa? Dia mengaku orang terdekatmu tadi, aku benar-benar tak percaya. Kau ternyata rubah licik yang memanfaatkan aku untuk kesembuhan ayahmu dan kau malah berselingkuh dengan pria jalanan yang tak jelas!”Naina yang mendengar itu benar-benar tak percaya, ingin sekali dia meludahi Jake sekarang karena mengaku jika dimanfaatkan olehnya. Tapi

    Last Updated : 2025-01-10
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 17

    “Jake…” Suara Evelyn yang sangat lembut memanggil Jake, membuat pria yang baru tiba tersenyum.“Sudah bangun, hm?” Tanya Jake dengan begitu lembut.Evelyn tersenyum lalu mengangguk seperti anak kecil. “Apa tadi kau menemui istrimu?” “Iya, untuk melihatnya sebentar. Dan dia juga sudah sadar, sudah ku bilang bukan jika Naina pasti sehat kembali. Jadi kau tak perlu menyalahkan diri lagi karena dia mendonorkan darahnya padamu.” Kata Jake dengan lembut.Evelyn menunduk, memalingkan wajahnya dengan ekspresi seolah menahan rasa bersalah. "Tapi aku tetap merasa bersalah, Jake. Aku tidak pernah ingin ini terjadi. Aku hanya ingin sembuh, bukan menyakiti orang lain..." ucapnya lirih, suaranya hampir seperti bisikan.Jake menghela napas panjang, lalu duduk di tepi ranjang Evelyn. Ia menggenggam tangan wanita itu dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh keyakinan. "Evelyn, dengarkan aku. Semua ini bukan salahmu. Jika ada yang harus disalahkan, itu aku. Aku yang mengambil keputusan ini, dan aku

    Last Updated : 2025-01-10
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 18

    Kehidupan tenang Naina kembali terusik. Setelah Marven pergi, dia berpikir jika dia bisa istirahat dengan nyaman. Tapi, siapa sangka jika dia harus kedatangan dua makhluk hidup yang sebenarnya ingin dia buang jauh. “Naina…” Suara lembut yang dibuat-buat oleh Evelyn membuat Naina serasa ingin muntah. “Evelyn memanggilmu, paling tidak pasang wajah senyum. Apa harus kau jutek seperti itu?” Kata Jake dengan nada tidak suka. Naina menghela nafasnya, “Kalian kenapa disini? Dokter bilang aku butuh istirahat, jadi daripada mengusikku lebih baik kalian pergi saja.” Evelyn tersenyum tipis, meskipun senyumnya tidak mampu menyembunyikan nada mengejek yang terselip dalam suaranya. “Oh, Naina, kami hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Lagipula, aku merasa bersalah karena kamu sampai harus mendonorkan darahmu untukku.” Jake melirik Naina dengan tatapan tajam. “Evelyn mencoba bersikap baik, tapi kau malah membalasnya dengan sikap dingin seperti ini. Apa kau tidak punya rasa terima kasih?”

    Last Updated : 2025-01-11
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 19

    “Tuan, sudah sangat larut. Apakah Anda tidak sebaiknya pulang?” tanya Naina dengan nada hati-hati. Bagaimanapun, dia adalah wanita yang sudah berstatus istri. Jika orang lain melihat situasi ini, tentu akan menjadi bahan pembicaraan yang tidak menyenangkan. Marven yang tadinya sibuk dengan laptopnya langsung mendongak, menatap Naina yang duduk di ranjang. Tatapannya tenang, namun penuh otoritas. “Saya tidak masalah tidur di sofa,” jawabnya dengan nada datar namun tegas. “Jika kamu ingin tidur, maka tidurlah. Saya tidak akan mengganggu.” Naina menggigit bibirnya, merasa dilema. Bagian dari dirinya ingin bersikap profesional, namun situasi ini membuatnya merasa canggung. Apalagi, Marven tampak begitu santai, seolah keberadaannya di sini adalah hal yang biasa. “Baiklah, Tuan. Tapi... tolong jangan begadang terlalu lama,” gumamnya akhirnya, sebelum menarik selimut untuk menutupi dirinya, berusaha mengabaikan rasa canggung yang terus menghantuinya. Pada akhirnya Naina terlelap dalam t

    Last Updated : 2025-01-11
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 20

    Tiap lorong rumah sakit yang dilewati, jantung Naina berdetak kuat, seperti memberi isyarat akan sesuatu yang tak terduga. Perasaan was-was menyelimuti, semakin terasa saat mereka tiba di taman rumah sakit.“Wajahmu terlihat tegang. Apa kamu tidak nyaman?” tanya Marven, suaranya rendah namun penuh perhatian.Naina terkejut, buru-buru menggeleng. “Eh—tidak, Tuan. Saya cukup nyaman. Taman di rumah sakit ini dirawat dengan sangat baik,” jawabnya gugup, berusaha menutupi kegelisahannya.Marven mengangguk pelan. “Benar. Matahari pagi ini cukup hangat, bagus untuk pemulihanmu,” katanya sambil mendorong kursi roda Naina menuju kursi di tengah taman.Setelah memastikan Naina duduk nyaman, Marven juga mengambil tempat di kursi di dekatnya. Mereka menikmati pemandangan taman yang dihiasi hamparan bunga berwarna-warni.Tiba-tiba, Marven berkata, “Sebenarnya, saya tidak terlalu menyukai bunga.”Naina terdiam sejenak, sedikit kaku mendengar pernyataan itu. Dia melirik ke belakang, mencoba membaca

    Last Updated : 2025-01-12
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 21

    “Urus kakek. Saya sibuk,” ucap Marven dingin, suaranya datar namun tegas saat mendengar laporan dari asistennya.“Tapi, Tuan. Tuan besar sangat marah karena Anda menolak pertemuan ini,” kata Ben dengan nada was-was di seberang telepon, mencoba meyakinkan bosnya.“Bukan hal besar. Saya tidak peduli. Jika bukan hal penting, jangan hubungi saya lagi,” balas Marven dengan tegas sebelum menutup telepon tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut.Saat ia berbalik, matanya bertemu dengan sosok Jake yang berdiri tepat di belakangnya. Wajah Jake tegang, matanya penuh dengan amarah dan rasa tidak terima.“Aku hanya memperingatkanmu satu hal,” Jake memulai dengan nada tajam, suaranya penuh ancaman. “Jangan dekati Naina, atau berharap dia bisa lepas dariku. Aku bisa menghancurkanmu jika perlu. Jangan lupa siapa aku—Jake Vesper. Keluarga Vesper adalah pengusaha berpengaruh di kota ini. Pria biasa sepertimu? Kau pasti akan habis!”Marven hanya menatap Jake dengan pandangan dingin, tanpa sedikit pun eksp

    Last Updated : 2025-01-12
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 22

    Dua hari berlalu, waktunya Naina pulang ke rumah. Jake yang hari ini entah mengapa tampak lebih perhatian dari sebelumnya.“Aku sudah merekrut pelayan untuk memasak dan membersihkan rumah, mulai sekarang kau tak perlu kelelahan lagi.” Kata Jake dengan lembut.Naina hanya diam dan berjalan pelan menuju ke kamarnya, dari lantai dua dia mendengar seruan Jake lagi. “Aku akan pergi ke kantor, jadi istirahatlah yang baik.” Katanya dengan keras namun tak dihiraukan Naina.“Apa gunanya berubah? Pasti ada sesuatu yang nanti dia minta seperti biasanya.”Gumam Naina kemudian masuk ke dalam kamarnya.Di dalam, dia lebih memilih membuka laptopnya. Entah apa yang membuatnya ingin membuka laptop lamanya kala kuliah.Kenangan foto-fotonya bersama Jake saat masih pacaran tampak begitu bahagia, “Bagaimana bisa orang bisa berubah dalam waktu satu tahun?” Gumam Naina, mengingat perubahan Jake tepat saat ulang tahun pernikahan mereka yang ke–1.Dan setelah itu hidupnya seperti di neraka, benar-benar menyi

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 186

    Beberapa bulan kemudian, suasana mewah dan hangat menyelimuti ballroom utama di mansion keluarga Tuner. Dekorasi elegan dipenuhi bunga putih dan ungu, selaras dengan tema pernikahan Rosana dan Andrian. Para tamu duduk tenang menyaksikan dua sejoli yang kini berdiri di altar, saling menatap dengan mata berbinar.Rosana terlihat anggun dalam gaun putih panjang yang menjuntai lembut, sementara Andrian tampak gagah dengan setelan jas hitam elegan. Di tengah keheningan yang khidmat, suara pendeta pun terdengar lantang dan syahdu:“Silakan ucapkan janji suci pernikahan kalian.”Andrian mengambil tangan Rosana dengan mantap. Suaranya terdengar tenang, namun penuh emosi.“Aku, Andrian, berjanji untuk mencintaimu, Rosana, di setiap hari baik maupun buruk. Aku akan menjadi rumah tempatmu pulang, pelindung saat kau lelah, dan sahabat yang selalu ada. Hari ini, aku tidak hanya menikahi wanita yang kucintai… aku juga menikahi masa depanku.”Rosana menarik napas pelan, matanya berkaca-kaca. Ia meng

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 185

    “Baby boy datang….” Nyonya Sisca membawa box bayi dengan semangat.Naina yang terbaring di ranjang tersenyum bahagia karena ini adalah pertama kalinya dia melihat putranya setelah beberapa hari dalam perawatan.Nyonya Sisca meletakkan box bayi itu dengan hati-hati di samping ranjang Naina. “Lihatlah, dia sudah membuka matanya tadi pagi. Seperti sedang mencari-cari ibunya,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca karena haru.Naina mengangkat tangannya pelan, matanya sudah basah melihat sosok mungil di dalam box itu. “Sayang… sini, peluk mama,” bisiknya lirih.Marven dengan hati-hati mengangkat bayi itu dan meletakkannya di dada Naina. Tangis kecil si bayi langsung mereda saat merasakan dekapan ibunya.“Raynar Elric Tuner,” gumam Naina sambil mencium kening putranya. “Selamat datang di dunia, nak…”Marven berdiri di samping mereka, mengelus lembut kepala istrinya dan putranya. “Keluarga kita lengkap sekarang…” ucapnya pelan, penuh rasa syukur.Rosana yang menyaksikan dari pintu hanya ter

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 184

    Di luar ruang operasi, ketiganya tampak berdoa masing-masing menunggu kabar baik.Setelah beberapa jam telah terlewati, mereka mendengar suara tangis bayi di dalam.Nyonya Sisca dan Rosana langsung menoleh, senyum mereka akhirnya merekah.“Bayinya selamat!” Ucap Nyonya Sisca bahagia.Namun Marven sama sekali tak merasa lega, karena dia belum melihat dokter keluar dan bagaimana keadaan istrinya di dalam.Marven berdiri perlahan, tubuhnya kaku seperti batu. Suara tangis bayi yang seharusnya menjadi kabar bahagia justru terasa menggantung baginya. Matanya tak lepas dari pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat.Rosana berdiri di sampingnya, ikut terdiam saat menyadari ekspresi kakaknya tak berubah. Nyonya Sisca, yang sebelumnya tersenyum lega, kini ikut dilanda cemas lagi.Beberapa menit kemudian, pintu ruang operasi akhirnya terbuka.Seorang dokter keluar, wajahnya tampak lelah, namun tetap menunjukkan sikap profesional. Marven langsung menghampirinya dengan langkah tergesa.“Dok,

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 183

    “Sayang, hati-hati!”Suara Marven menggema cukup keras dari balik balkon, namun Naina yang sedang berjalan santai dari arah taman tidak terlalu mendengarnya. Fokusnya tertuju pada burung kecil yang bertengger di pagar, membuat langkahnya sedikit melambat.Namun tiba-tiba kakinya menginjak batu kecil yang tertanam tak rata di jalan setapak. Dalam sekejap, tubuh Naina kehilangan keseimbangan. Dia terjatuh ke samping, dan suara benturan tubuhnya di tanah disertai ringisan kesakitan langsung membuat jantung Marven seakan berhenti berdetak.“Naina!”Ia langsung berlari menuruni anak tangga tanpa pikir panjang. Beberapa pelayan yang melihat kejadian itu pun ikut panik.“Aaahh… Marven… perutku…” suara Naina lirih namun penuh ketakutan, tangannya menggenggam erat perutnya yang besar.Ketika Marven sampai di sisinya, ia melihat noda darah mulai merembes dari balik gaun Naina. Wajahnya langsung pucat. “B-Ben! Siapkan mobil sekarang! Cepat! Kita ke rumah sakit!” teriaknya tanpa menoleh.Ben yang

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 182

    “Di lamar?!” Marven dan Naina langsung menoleh bersamaan saat mendengar hal itu.Rosana menundukkan kepalanya malu, “Iya kak,”Naina langsung menjerit kecil penuh antusias sambil memeluk adiknya, “Aaaa! Ros, selamat! Ya ampun, kamu akhirnya dilamar juga! Aku seneng banget!”Marven hanya menghela napas panjang lalu menatap Andrian tajam tapi dengan nada menggoda, “Kau berani-beraninya melamar adikku tanpa izin? Minimal kasih kode dulu”Andrian mengangkat tangan seperti menyerah, “Sumpah, tuan Marven, saya niatnya baik dan serius. Dan cincin itu bukan cuma simbol, saya juga sudah siapkan semuanya untuk langkah selanjutnya.”Naina menoleh ke Marven sambil tersenyum penu

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 181

    “Wow cantik sekali, pilihanku memang tak pernah salah,” puji Andrian saat melihat Rosana keluar dengan gaun hijau cantik namun tak berlebihan.Rosana menahan senyumnya sambil memukul lengan pria itu, “jangan menggodaku!”Andrian tertawa ringan sambil merapikan jasnya, lalu membuka pintu mobil untuk Rosana. “Aku hanya jujur, kok. Lagipula, malam ini sepertinya aku yang beruntung bisa pergi dengan wanita secantik kamu.”Rosana tersipu, tapi tetap gengsi untuk mengakuinya. “Huh, bisa aja kamu. Ayo jalan, sebelum aku berubah pikiran.”Andrian mengangguk sambil menahan senyum puas. “Baik, nona Rosana. Tapi kalau kamu berubah pikiran dan memutuskan untuk mencintaiku sekarang juga, aku nggak keberatan.”Rosana hanya mendecak pelan, “Dasar kamu…,” lalu masuk ke mobil dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan.Dan saat mereka sampai di sebuah restoran yang menyajikan makanan ala timur tengah, Rosana masuk dengan dibantu oleh Andrian yang setia menggandengnya.“Selamat datang, tuan dan nona. M

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 180

    “Kematian pada ibu hamil memang beberapa terjadi tuan, tapi itu hanya sebagian kecil dari ibu yang selamat,” jelas dokter saat diundang langsung diruang kerja Marven.Marven sejak kemarin terus dihantui oleh rasa ketakutan istrinya sampai menyuruh Ben mengundang ahli kandungan untuk berkonsultasi sendiri.Dokter yang duduk dengan tenang di hadapan Marven menatap pria muda itu dengan bijak. “Saya paham kekhawatiran Anda, Tuan Marven. Kecemasan seperti ini sangat wajar, apalagi bagi suami yang sangat mencintai istrinya dan calon anaknya. Tapi izinkan saya memberikan sedikit ketenangan…”Marven, yang duduk bersandar dengan tangan saling menggenggam di depan mulutnya, hanya mengangguk pelan. Matanya tampak lelah—bukan karena kurang tidur, tapi karena dihantui ketakutan sejak Naina mengungkapkan kekhawatirannya.“Pertama, kondisi nyonya Naina sejauh ini sangat baik. Tensi, detak jantung janin, pertumbuhan, semua dalam batas normal dan sehat. Tak ada indikasi bahaya seperti preeklampsia, pl

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 179

    “Sejak kapan perutmu sudah sebesar ini, sayang?” Marven terkejut saat bangun tidur mendapati perut istrinya membuncit dan ada gerakan kecil disana.Naina dengan kesal langsung memukul pelan suaminya itu, “ini sudah hampir tujuh bulan, wajar jika perutku besar.”Marven terkekeh pelan, “Sebentar lagi kita akan bertemu baby boy,” gumamnya sambil menciumi perut istrinya dengan gemas namun langsung ditendang oleh anaknya dari dalam.Marven terperanjat kecil saat perut istrinya menendang balik tepat di pipinya. “Wah! Ini anakmu atau petarung MMA, sih?” ucapnya sambil tertawa geli, masih memegang pipinya yang baru saja ‘disentuh’ oleh calon buah hatinya.Naina ikut tertawa, meski sedikit meringis karena tendangan itu memang cukup kuat. “Dia aktif banget, apalagi kalau dengar suara kamu. Mungkin dia tahu ayahnya cerewet.”Marven menyipitkan mata berpura-pura tersinggung. “Cerewet demi anak dan istri tercinta, oke? Lagian, suara ayahnya ini yang bikin kamu nyaman di perut sana, ya kan, Nak?” k

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 178

    “Bagaimana keadaan istri saya dok? apakah dia dan calon anak saya baik-baik saja?” tanya Marven dengan wajah kalut penuh ketakutan dan merasa bersalah karena melakukannya dengan keras hingga istrinya kesakitan.Dokter terlihat tenang, menatap Marven dan Naina yang duduk di ranjang rumah sakit. Naina sudah berbaring dengan infus di tangan, sementara Marven masih menggenggam jemarinya erat-erat.“Untung kalian cepat datang,” ucap dokter sambil mengecek data di tablet-nya. “Istri Anda mengalami kontraksi ringan akibat tekanan fisik yang terlalu intens. Tapi tenang, kondisi janinnya masih stabil, tidak ada tanda bahaya besar. Namun…”Marven menegakkan tubuhnya, wajahnya menegang. “Namun…?”Dokter menatap Marven dalam-dalam. “Dia harus benar-benar beristirahat dan menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat, termasuk… hubungan suami istri. Setidaknya sampai trimester pertamanya benar-benar aman. Saya akan beri obat pereda kram, dan nanti ada vitamin tambahan juga.”Marven menghela napas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status