Home / Rumah Tangga / PELUKAN PANAS SANG PRESDIR / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of PELUKAN PANAS SANG PRESDIR: Chapter 21 - Chapter 30

61 Chapters

BAB 21

“Urus kakek. Saya sibuk,” ucap Marven dingin, suaranya datar namun tegas saat mendengar laporan dari asistennya.“Tapi, Tuan. Tuan besar sangat marah karena Anda menolak pertemuan ini,” kata Ben dengan nada was-was di seberang telepon, mencoba meyakinkan bosnya.“Bukan hal besar. Saya tidak peduli. Jika bukan hal penting, jangan hubungi saya lagi,” balas Marven dengan tegas sebelum menutup telepon tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut.Saat ia berbalik, matanya bertemu dengan sosok Jake yang berdiri tepat di belakangnya. Wajah Jake tegang, matanya penuh dengan amarah dan rasa tidak terima.“Aku hanya memperingatkanmu satu hal,” Jake memulai dengan nada tajam, suaranya penuh ancaman. “Jangan dekati Naina, atau berharap dia bisa lepas dariku. Aku bisa menghancurkanmu jika perlu. Jangan lupa siapa aku—Jake Vesper. Keluarga Vesper adalah pengusaha berpengaruh di kota ini. Pria biasa sepertimu? Kau pasti akan habis!”Marven hanya menatap Jake dengan pandangan dingin, tanpa sedikit pun eksp
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

BAB 22

Dua hari berlalu, waktunya Naina pulang ke rumah. Jake yang hari ini entah mengapa tampak lebih perhatian dari sebelumnya.“Aku sudah merekrut pelayan untuk memasak dan membersihkan rumah, mulai sekarang kau tak perlu kelelahan lagi.” Kata Jake dengan lembut.Naina hanya diam dan berjalan pelan menuju ke kamarnya, dari lantai dua dia mendengar seruan Jake lagi. “Aku akan pergi ke kantor, jadi istirahatlah yang baik.” Katanya dengan keras namun tak dihiraukan Naina.“Apa gunanya berubah? Pasti ada sesuatu yang nanti dia minta seperti biasanya.”Gumam Naina kemudian masuk ke dalam kamarnya.Di dalam, dia lebih memilih membuka laptopnya. Entah apa yang membuatnya ingin membuka laptop lamanya kala kuliah.Kenangan foto-fotonya bersama Jake saat masih pacaran tampak begitu bahagia, “Bagaimana bisa orang bisa berubah dalam waktu satu tahun?” Gumam Naina, mengingat perubahan Jake tepat saat ulang tahun pernikahan mereka yang ke–1.Dan setelah itu hidupnya seperti di neraka, benar-benar menyi
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

BAB 23

Sampai pagi, Jake tak pulang ke rumahnya. Membuat Naina tak perlu beralasan untuk pergi bekerja hari ini. Dia juga sudah meminta pak Johan untuk menjemputnya di depan gang.“Selamat pagi pak.” Kata Naina dengan ramah.Pak Johan tersenyum, “Apa anda sudah sehat? Kata tuan jika anda masih sakit tidak perlu pergi bekerja hari ini.” Kata pak Johan dengan ramah.“Saya sudah sehat dan juga tidak pusing lagi. Dibanding terus di rumah saya lebih sehat bekerja.” Kata Naina.Pak Johan mengangguk lalu menjalankan mobilnya, “Saya sangat terkejut kala mendengar anda koma kemarin. Padahal saya mengantar anda dalam keadaan sehat. Apakah ada sesuatu yang terjadi?”Naina tersenyum tipis, “Ada insiden kecil, tidak parah kok, pak. Oh iya jangan lupa ke toko roti yang sebelumnya ya pak. Tuan, sangat suka rotinya di toko itu jadi saya berencana setiap hari membawakannya.”Pak Johan tersenyum mendengar permintaan Naina.”Baik.”Di sepanjang perjalanan, Naina memandang keluar jendela, menikmati pemandangan p
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

BAB 24

“Kamu berani menentang kakek, Marven?” Suara dingin itu memecah keheningan di ruangan khusus tamu perusahaan, menyelimuti atmosfer dengan ketegangan.Marven tetap tenang, lalu duduk di hadapan pria tua berumur lebih dari tujuh puluh lima tahun itu. “Saya tidak punya waktu untuk membahas hal-hal yang tidak penting, Kek. Jika kedatangan kakek hanya untuk membicarakan pernikahan bisnis, lebih baik kembali ke Jerman. Nikmati masa tua di kampung halaman,” ucap Marven dengan nada datar namun penuh ketegasan.Antony mengepalkan tangannya erat pada pegangan tongkat kayu yang dibawanya, ekspresi wajahnya mengeras. “Kamu semakin tidak tahu aturan! Kamu sudah tiga puluh tahun tapi masih lajang. Apakah kamu ingin keturunan Tuner berhenti di generasimu?!”Marven menghela napas panjang. Lagi-lagi masalah pernikahan dan keturunan—topik yang selalu menjadi fokus utama setiap pertemuan mereka. “Tahun depan, saya pastikan sudah menikah. Siapapun orangnya, Kakek tidak perlu ikut campur,” jawabnya tajam
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

BAB 25

“Apartemen ini, kan?” gumam Naina sambil memeriksa pesan dari Jake yang berisi alamat apartemen tempat mereka tinggal sementara di ibu kota.Dengan sedikit ragu, dia memasukkan pin berupa tanggal pernikahan mereka dan pintu pun terbuka. Naina melangkah masuk, mendapati apartemen itu kosong. Suasana sunyi menyelimuti, hanya barang-barang yang telah tertata seadanya yang menjadi tanda kehadiran Jake di sana.Dia menghela napas, merasa sedikit lega karena setidaknya tempat itu sudah siap dihuni. Tanpa membuang waktu, Naina mulai merapikan barang-barangnya dan juga milik Jake, menyusun pakaian ke dalam lemari dengan cekatan meski pikirannya melayang ke berbagai arah.“Apa aku sebaiknya memindahkan ayah ke rumah sakit di ibu kota saja?” gumamnya pelan, menghentikan aktivitasnya sejenak. Kekhawatiran menyelimuti hatinya; tidak ada yang bisa menjaga ayahnya jika terjadi sesuatu mendesak.Namun, pikiran itu segera dihadang oleh kenyataan. Dia menghela napas panjang. “Tapi aku masih harus mend
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

BAB 26

“Kamera kecil dan penyadap suara ternyata mahal sekali.” Gumam Naina saat melihat marketplace yang ada di ponselnya.Pagi setelah bangun tidur dia sudah mencari-cari alat untuk dia jadikan bukti perselingkuhan Jake. Terlebih saat ini Jake berencana masuk ke ibukota, sudah pasti reputasi sangat penting untuk keluarganya.Tapi, masalahnya uangnya sama sekali tidak cukup karena terakhir kali dia sudah mentransfer uang ke rumah sakit untuk pengobatan ayahnya.Naina mendesah, merasa frustasi karena keterbatasan yang dia miliki.Ceklek!“Naina?” Tiba-tiba Jake muncul di balik pintu yang terbuka.Naina yang melihat itu langsung menyembunyikan ponselnya dan mengantonginya. “Ada apa?” Tanya Naina yang berusaha untuk tetap tenang.“Evelyn ingin makan bubur buatanmu, kau bisa membuatkannya kan?” Tanya Jake.Naina mengangguk dan keluar dari kamar, disana dia melihat Evelyn sudah datang dan menonton televisi disana.“Naina, aku ingin minum susu dulu. Jadi, sebelum membuatkan bubur buatkan susu unt
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

BAB 27

“Nyonya, kenapa kemarin tidak masuk kerja lagi? Bukankah kata pak Johan kemarin anda sudah sehat dan beliau menjemput anda?” Tanya pelayan lain yang ada di mansion saat Naina sedang membuatkan kopi untuk Marven.“Iya, kemarin aku pergi ke perusahaan karena tuan yang memintanya.” Kata Naina dengan ramah.“Anda pergi ke perusahaan?” Beberapa pelayan yang mendekati Naina tampak terkejut.Meskipun bingung, Naina tetap mengangguk “Ada masalah?”Mereka semua saling memandang satu sama lain, “Anda benar-benar dekat ya nyonya dengan tuan?” Tanya salah satu dari mereka.Naina semakin bingung, “Dekat bagaimana? Jika berhubungan dengan pekerjaanku bukankah wajar jika dekat karena aku melayaninya dari jarak dekat?”Pelayan itu menggeleng, “Sebelumnya asisten rumah tangga harus selalu siap di mansion, tidak pernah pergi ke perusahaan apalagi sampai jam kerja selesai. Dan biasanya yang menyiapkan kopi juga tuan Ben, tapi semenjak anda datang tuan Ben sepertinya telah kehilangan satu tugasnya.”Nain
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

BAB 28

“Uang? Berapa yang kamu butuhkan?” Tanya Marven sambil menatap Naina dengan serius.Naina menundukkan kepalanya sambil menjawab, “L-lima belas juta, tuan.” Kata Naina gugup.Dia tahu jika uang itu tergolong besar bagi dia yang baru kerja beberapa hari, tapi dia tak punya pilihan untuk meminta sebagian gajinya lebih awal.Marven terlihat memandang Naina sejenak sebelum akhirnya mengeluarkan kartu bank di sana, “Saya tidak punya cash sebanyak itu, ambil kartu ini. Pin-nya adalah hari pertama kamu bekerja.” Kata Marven dengan tenang.Naina terkejut mendengar kata-kata Marven. Dia sempat terpaku beberapa detik, mencerna apa yang baru saja didengarnya. Sebuah kartu bank? Pin yang diberikan, adalah hari pertama dia bekerja?Dengan perlahan, Naina mengulurkan tangannya untuk menerima kartu tersebut. "Tuan... ini terlalu banyak. Saya hanya memerlukan sejumlah uang untuk beberapa keperluan mendesak, tidak sebesar itu," kata Naina, sedikit ragu.Marven tetap tenang, tanpa mengubah ekspresi waja
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

BAB 29

TING! TONG!Ceklek!“Lama sekali buka pintu saja! Mana Jake?!” Suara keras dan nyaring menggema, memenuhi ruangan begitu Naina membuka pintu.Naina menahan napas sejenak, berusaha menenangkan dirinya. Dalam hati, ia sudah menduga sambutan seperti ini. “Silakan masuk, Bu,” ucapnya dengan nada datar, menutup pintu di belakang wanita tua yang langsung melangkah masuk dengan angkuh.Serina, dengan tas mahal yang menggantung di lengannya, berjalan memasuki ruang tamu tanpa basa-basi. Matanya menyapu ruangan seperti sedang menilai, mencari sesuatu yang bisa dikritik. Ia kemudian duduk di sofa dengan sikap angkuh, tangan terlipat di depan dada.“Buatkan aku minuman,” perintahnya singkat, tanpa menatap Naina.Naina menghela napas pelan, menekan rasa kesal yang mulai muncul di dadanya. Ia memaksakan senyum kecil dan menjawab, “Baik, Bu. Ibu ingin teh atau kopi?”Serina mengangkat alis, menatap Naina dengan pandangan meremehkan. “Kopi. Tapi jangan terlalu manis. Dan jangan lama!” tukasnya sebel
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

BAB 30

“Belanja kali ini sangat menyenangkan. Kau harus sering-sering seperti ini jangan seperti dulu yang melarangku membeli ini dan itu.” Kata Serina sambil memandang tas belanjaannya yang banyak.Naina hanya tersenyum tipis, “Iya, bu.” Kata Naina dengan tenang, lalu mereka masuk ke dalam apartemen.Disana, terlihat wajah Jake yang begitu gelisah dan menghampiri mereka kala melihat mereka sudah kembali.“Jake, lihat. Ibu belanja banyak hari ini, setelah makan malam ibu langsung pulang karena besok ada arisan. Ibu sangat tidak sabar untuk memamerkan tas ibu.” Kata Serina dengan senang.Jake menatap tas belanjaan ibunya dengan tatapan nanar, lalu menarik tangan Naina. “Bu, aku ingin bicara hal penting dengan Naina.”Naina merasa bingung ketika Jake tiba-tiba menarik tangannya, tapi ia tetap mengikuti langkah suaminya ke kamar. Begitu pintu tertutup, Jake menatapnya dengan tajam.“Apa-apaan ini, Naina? Kenapa kau membiarkan ibu belanja sebanyak itu?” tanyanya dengan nada rendah, namun jelas a
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status