Share

BAB 42

Penulis: Mayasa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 19:18:22

“Cantik?” Tanya Evelyn dengan wajah bahagia kala mengenakan gaun berwarna biru muda itu di hadapan Jake.

Jake yang tadinya melamun langsung tersadar kala Evelyn ada di hadapannya.

Jake menatap Evelyn dari ujung kepala hingga ujung kaki, mengamati gaun biru muda yang dikenakannya. Evelyn terlihat anggun dan penuh percaya diri, jelas dia tahu bahwa penampilannya memukau. Jake mengangguk kecil, mencoba menunjukkan antusiasme meskipun pikirannya masih sedikit melayang.

"Ya, cantik," jawab Jake singkat dengan senyuman tipis, lalu melirik ke arah jam tangannya. "Kita harus segera berangkat. Aku tidak ingin terlambat untuk acara ini."

Evelyn tersenyum puas, memperbaiki gaunnya sedikit, lalu mengapit lengan Jake dengan manja. "Tentu saja. Aku tidak sabar melihat siapa saja yang akan hadir di perjamuan ini. Dan, tentu saja, memastikan kau mendapatkan perhatian yang layak."

Jake hanya memberikan anggukan kecil sambil berjalan menuju pintu.

Suara telepon kembali terdengar, sejak mereka tiba
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Asri Widiastuti
masa kau buta Naina, apakah kmu tdk merasakan kebaikan Marven? selama kmu sakit siapa yg paling peduli, bukankah Marven melakukan segalanya buat kmu sembuh secepatnya? sedangkan jake... hanya buat kamu untuk mendonorkan darahmu. jd kmu harus berani ambil keputusan yg akan mengakhiri penderitaanmu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 43

    Restoran mewah yang dengan lampu gantung krystal besar membuat suasana eksklusif semakin terasa.Jake dan Evelyn melangkah masuk melalui undangan yang telah diberikan, disana tak terlalu banyak orang namun hidangan mewah sudah disiapkan begitu indah.“Apakah kehidupan orang kaya di ibukota seperti ini?” Bisik Evelyn sambil berdecak kagum.Jake menyunggingkan senyum tipis sambil merapikan jasnya, berjalan dengan penuh percaya diri. "Tentu saja," jawabnya, sedikit membanggakan diri. "Inilah dunia yang sedang kuusahakan untuk keluarga Vesper. Nikmati saja suasananya."Evelyn mengangguk kecil, tatapannya terpaku pada interior restoran yang memancarkan kemewahan. Lampu gantung kristal besar yang tergantung di langit-langit memberikan kilauan lembut, sementara meja-meja dihiasi dengan taplak sutra putih dan piring porselen berlapis emas. Pelayan-pelayan berdiri tegak, siap melayani tamu dengan senyum profesional.Jake menuntun Evelyn ke salah satu meja yang telah disiapkan untuk mereka, pos

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 44

    “Ayah?”Naina berlari menghampiri ayahnya yang berdiri di taman dengan wajah senyum bahagia.“Ayah sudah sembuh? Sekarang ayah bisa berdiri dan terlihat sehat. Apakah ayah benar-benar sembuh?” Naina tampak sangat kegirangan saat melihat ayahnya sudah sehat seperti dulu.“Ayah, kenapa ayah diam saja?” Tanya Naina bingung.Namun, pria paruh baya itu masih saja senyum dan tak menjawab. Hingga akhirnya dia berbicara, “Ayah sehat, sangat sehat.” Katanya dengan lembut.Naina tersenyum lebar lalu memeluk erat ayahnya dengan penuh rasa rindu. Kepalanya dielus lembut seperti dulu, yang membuat Naina semakin bahagia.“Sudah waktunya ayah pergi, ayah hanya ingin berpamitan denganmu sebelum benar-benar meninggalkanmu.” Kata pria itu dengan lembut.Naina mengerutkan kening, pelukan eratnya perlahan mengendur. "Apa maksud ayah? Pergi ke mana?" tanyanya dengan suara yang penuh kecemasan.Pria itu tetap tersenyum lembut, tangannya yang hangat masih mengelus kepala Naina. "Naina, ayah sangat bangga pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 45

    Suara langkah kaki terdengar keras di lorong rumah sakit, Marven yang menggendong Naina langsung menuju ke ICU dimana ayah Naina dirawat.Marven yang melihat Ben masih berdiri di pintu tertutup langsung menghampirinya. Lalu menurunkan Naina dengan hati-hati.“Bagaimana keadaannya?” Tanya Marven dengan serius.Naina juga tampak sangat khawatir ingin tahu keadaan ayahnya. “Benar, bagaimana keadaan ayah saya, tuan Ben?”Ben tampak mendesah, “Dokter belum keluar, tapi ayah anda tampak sangat kritis sejak lusa dan semakin memburuk sejak dini hari tadi. “Naina langsung terduduk lemas mendengar hal itu.Naina menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya bergetar hebat, menahan isak tangis yang tak mampu lagi dibendung. “Ayah... ayahku...” suaranya bergetar, penuh kepedihan.Marven segera berjongkok di sampingnya, menenangkan dengan menaruh tangan di pundaknya. “Naina, dengarkan saya. Kita harus kuat sekarang. Ayahmu membutuhkan doamu. Percayalah pada dokter yang sedang bekerja keras untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 46

    “Jake, kau mau kemana?” Tanya Evelyn kala melihat Jake memakai kemejanya setelah semalam mereka menghabiskan malam panas berdua.“Aku ingin melihat Naina, juga ingin menelpon rumah sakit ayah mertuaku.” Kata Jake dengan tenang.Evelyn yang masih duduk di ranjang hanya mengangguk meskipun kesal, “Apa kau tak ingin melepasnya saja? Kau tak mencintainya kan?”Jake yang mendengar pertanyaan itu langsung melirik ke arah Evelyn dengan tajam, “Aku tak ingin membahas hal ini, istirahatlah hari ini aku akan menemuimu lagi jika urusanku telah selesai.” Kata Jake dengan tegas.Jake melangkah keluar dari kamar dengan langkah cepat, meninggalkan Evelyn yang masih duduk di ranjang, wajahnya penuh dengan campuran kesal dan rasa ingin tahu. Evelyn menggigit bibirnya, merasa tidak puas dengan sikap Jake yang tampaknya terus mempertahankan sesuatu yang sudah tidak berarti baginya. Di luar, Jake berjalan ke mobilnya sambil mengeluarkan ponsel. Dia memutar nomor rumah sakit tempat ayah Naina dirawat, me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 47

    “Naina!!” Suara Jake begitu nyaring di tempat pemakaman umum itu.Semua orang langsung menoleh saat teriak panggilan itu datang.Saat Marven ingin mencegah Jake mendekat, Naina langsung memegang tangan Marven untuk menahannya.Marven langsung menoleh, “Naina?”Naina mengangguk pelan sambil menarik napas panjang, meskipun wajahnya masih dipenuhi kesedihan. "Biar saya yang menghadapinya, Tuan Marven," katanya dengan suara yang bergetar namun penuh tekad.Jake berjalan cepat mendekati mereka, wajahnya menunjukkan campuran kemarahan dan kebingungan. "Naina! Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang ini? Aku baru tahu dari rumah sakit kalau ayahmu sudah meninggal!"PLAK!Seluruh tempat pemakaman langsung hening seketika. Tamparan itu bergema, bukan hanya di udara, tapi juga di hati Jake yang tampak terkejut, bahkan nyaris kehilangan kata-kata. Dia memegang pipinya yang merah akibat tamparan itu, menatap Naina dengan sorot mata tak percaya.Naina, dengan air mata yang mengalir deras di pipiny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 48

    “Kenapa kau diam saja? Masih marah?” Tanya Jake saat mereka berada di perjalanan pulang ke rumah mereka yang ada di kota.Naina hanya diam menatap ke arah jendela tanpa menghiraukan Jake yang terus berbicara seperti anjing menggonggong.Bahkan saat sampai di rumah, Naina langsung keluar dan masuk ke kamar dan menguncinya.Tangan Naina gemetar, air matanya mulai tumpah namun dia menahannya. Giginya bergemeletuk menahan emosi namun dia tak boleh terbawa emosi jika dia ingin membalas kematian ayahnya.Dengan cepat dia membuka ponselnya dan menghubungkan dengan kamera kecil yang sudah dia pasang di apartemen Evelyn.Dia ingin lihat apakah jebakannya sudah mengenai target atau belum.Hari pertama tak ada tanda-tanda Jake ada disana, tapi saat dia membuka di tanggal dia dikurung wajahnyanya langsung mengeras.Pada rekaman hari saat Naina dikurung di apartemennya, terlihat jelas Jake memasuki apartemen Evelyn bersama wanita itu. Terlihat jelas Jake memasuki apartemen Evelyn dengan langkah se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 49

    “Ahhh!! Ahhh!! Lebih cepat, Ahhh mhhh…” Suara desahan yang begitu nikmat terdengar.“Ahh Evelynn.. Aku hampir sampai, ahhh”Suara yang begitu menjijikkan membuat telinga seperti kotor dibuatnya.Naina memeluk lututnya di atas kasur, menaikkan volume di ponselnya dan mendengar suara menjijikkan itu memenuhi kamar rumahnya.Semalam Jake izin pergi ke ibukota untuk mengambil sesuatu, namun saat Naina mengecek ternyata dia sedang berada di apartemen Evelyn dan melakukan perbuatan menjijikkan itu disana sehari kematian ayahnya.Naina menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan emosi yang meluap-luap dalam dadanya. Air matanya jatuh tanpa henti, tapi bukan karena kesedihan, melainkan kemarahan yang tak lagi bisa dia tahan. Tangannya gemetar saat dia memutar ulang rekaman itu, memastikan bahwa apa yang dia lihat dan dengar bukanlah sekedar bayangan atau ilusi."Sehari setelah ayahku meninggal..." gumamnya dengan suara bergetar. "Kau benar-benar tak punya hati, Jake."Dia memejamkan matanya sejenak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 50

    –“Aku tidak pulang malam ini, jadi jangan tunggu aku.” Notifikasi pesan dari Jake membuat Naina terdiam sejenak sebelum membalas. “Naina?” Suara Marven membuatnya tersadar. Dia langsung mendongak, menyadari telah mengabaikan pria di depannya. “Eh, iya, Tuan. Maaf,” ujar Naina buru-buru sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. “Jadi, bagaimana? Apa kamu bisa menolongku?” tanya Marven lagi, masih berusaha meyakinkannya untuk menjadi pasangan pura-pura guna menolak perjodohan itu. Setelah berpikir sejenak, Naina akhirnya mengangguk. “Baik, tapi bagaimana dengan Tuan Besar? Saya khawatir kalau Tuan Besar mengetahui rencana ini,” jawab Naina dengan nada penuh kekhawatiran. Marven tersenyum tipis, seolah-olah sudah memikirkan kemungkinan itu sebelumnya. "Kakek tidak akan tahu jika kita melakukannya dengan baik. Saya hanya perlu meyakinkan dia bahwa saya sudah punya seseorang yang benar-benar saya pilih. Jika dia percaya, maka dia tidak akan memaksa lagi." Naina tampak ragu, tapi dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28

Bab terbaru

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 61

    “Aku ada perjalanan dinas selama tiga hari.” Kata Naina sambil meletakkan kopi pagi di depan Jake. Hal itu membuat Jake yang sedang bekerja di depan laptopnya langsung mengalihkan perhatiannya, “Aku rasa kau baru saja bekerja, kenapa sudah diajak perjalanan dinas?” Tanyanya dengan curiga.Naina masih bersikap tenang, seolah dia tak membohongi Jake. “Ada karyawan lama yang sedang cuti melahirkan, jadi atasan menyuruhku untuk ikut sambil belajar.” Jake yang mendengar itu ragu, “Oke, hanya tiga hari kan?” Tanya Jake dengan santai.Naina yang mendengar itu langsung mengangguk, dia sedikit bersemangat kala melihat Jake tak mempersulitnya.Jake menyesap kopi yang disajikan Naina sambil tetap menatapnya penuh selidik. "Kau pergi dengan siapa saja?" tanyanya lagi.Naina tersenyum tipis. "Dengan tim kantor, tentu saja," jawabnya ringan, menghindari menyebut nama Marven secara langsung.Jake mengangguk, seolah menerima jawaban itu. Namun, sorot matanya tetap tajam, seakan ingin mencari celah

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 60

    BRAK!!Suara pintu yang terbanting membuat Naina sedikit tersentak, setelah mereka kembali ke apartemen amarah Jake masih belum mereda.Naina menghela nafasnya kemudian masuk ke dalam kamar, lalu mulai melepaskan semua perhiasan yang dia pakai.Dan pada saat itu juga Jake ikut masuk ke dalam kamar, namun hal yang tak Naina duga, pria itu langsung mencekiknya.Naina terkejut, tangannya secara refleks mencengkram pergelangan tangan Jake, mencoba melepaskan cekikannya. Matanya membelalak, dada terasa sesak, sementara napasnya mulai tersengal. "Ka—kau gila...!" desisnya dengan suara tercekik, berusaha keras untuk melepaskan diri. Mata Jake merah penuh amarah. "Kau mempermalukanku, Naina! Di depan semua orang! Kau menamparku demi pria lain!" suaranya dipenuhi kebencian, cengkeramannya semakin erat. Naina mulai kehilangan tenaga. Kepalanya terasa pusing, pandangannya mulai buram. Jika ini terus berlanjut, dia bisa kehabisan napas. Namun, di saat kesadarannya hampir hilang, tiba-tiba

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 59

    “Selamat datang tuan Marven Tuner!”Semua orang membungkuk dengan hormat kecuali Jake yang terpaku pada sosok yang berjalan dengan langkah tegas memasuki ballroom.Tuan Dasman yang melihat itu buru-buru menarik tangan Jake untuk segera membungkuk, Jake yang masih linglung langsung membungkuk namun tatapannya masih tetap berada pada pria itu.“Marven Tuner?” Gumamnya bingung.Bukankah pria itu….Jake langsung menatap ke arah Naina yang ikut membungkuk disana, namun raut wajah istrinya itu tampak biasa seolah sudah mengetahui hal ini.Jake masih tidak ingin menerima hal ini, apa mungkin dia palsu? Tidak mungkin pria sepertinya adalah Marven Tuner yang merupakan elite di ibukota.Jake merasa dadanya sesak. Matanya terus menatap ke arah Marven, mencari-cari sesuatu yang bisa membuktikan bahwa ini semua hanya kesalahpahaman. Namun, semakin lama dia memperhatikan, semakin jelas baginya bahwa pria yang berdiri dengan penuh wibawa di tengah ballroom itu memang benar Marven Tuner—tokoh berpeng

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 58

    “Sudah siap?” Tanya Jake dengan lembut kala menghampiri Naina di kamarnya yang tengah bersiap.Naina yang selesai berdandan langsung berbalik, “sebentar aku ingin memakai anting.” Katanya dengan tenang.Jake mengangguk kemudian menunggu di ruang tamu.Naina yang melihat Jake keluar langsung mengeluarkan anting berlian yang diberikan oleh Marven kemarin.“Sangat indah, cocok dengan gaun ini.” Gumam Naina dan memutuskan untuk mengenakan anting itu hari ini.Begitu Naina keluar dari kamar, langkahnya anggun dengan gaun yang membalut tubuhnya sempurna. Setiap detail dari penampilannya terlihat memukau, membuat siapapun yang melihatnya terpikat, termasuk Jake. Jake yang tengah menyesap minuman di ruang tamu refleks berhenti. Matanya membesar sedikit, terpesona oleh sosok istrinya yang begitu memesona malam itu. Gaun itu memang indah, tapi yang lebih mencuri perhatiannya adalah aura percaya diri yang terpancar dari Naina. Ditambah dengan kilauan anting berlian di telinganya, wanita itu ta

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 57

    “Kamu ingin pulang, Naina?” Suara Marven mengejutkan Naina yang tengah merapikan barang-barangnya. “Eh, benar, Tuan. Apakah Anda ada perlu dengan saya?” tanyanya sopan. Marven menggeleng. “Kita searah, ayo saya antar pulang,” katanya dengan tenang. Namun, Naina tersenyum sopan dan menolak. “Saya tidak langsung pergi ke apartemen, Tuan, tapi ke butik. Suami saya meminta saya untuk ke sana hari ini,” ujarnya halus. “Butik?” Marven mengernyit. Naina mengangguk. “Katanya besok ada acara penting, jadi saya harus ikut.” Mendengar itu, Marven langsung menyadari acara penting yang dimaksud Naina. Sudah pasti itu adalah makan malam pebisnis ibu kota yang akan diadakan besok. “Baiklah kalau begitu,” katanya dengan senyum ramah, tak memaksa Naina untuk pulang bersamanya. Naina mengangguk, tersenyum sopan, lalu meminta izin pergi. Marven hanya bisa menatap punggung kecil itu dengan tatapan dalam, seolah memikirkan sesuatu. Sesampainya di butik, Naina tampak menghela nafas kala

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 56

    “Kopi anda, tuan.” Kata Naina sambil menyajikan kopi hitam untuk Marven.“Hm.” Jawab Marven sambil mengangguk kemudian fokus pada pekerjaannya.Naina hanya diam berdiri disana sambil menunggu instruksi selanjutnya, meskipun dia bingung kenapa tuannya kembali begitu cepat saat pekerjaannya menumpuk.“Nyonya Naina, boleh saya minta kopi juga?” Tanya Ben yang sebelumnya tidak ada di ruangan itu, namun saat Naina kembali ternyata Ben sudah duduk disana.Naina langsung mengangguk, “Baik.”Namun Marven langsung menatap Ben dengan tajam, “Kamu punya kaki untuk membuatnya sendiri.” Katanya dengan datar.Ben langsung terdiam, lalu tertawa kecil sambil mengangkat kedua tangannya. “Tuan, saya hanya bercanda. Tidak perlu menatap saya seperti ingin membunuh.” Naina menahan senyum, sedikit bingung dengan suasana ini. Biasanya, Marven selalu tenang dan serius, tapi kali ini dia terlihat lebih... protektif? Marven kembali menyesap kopinya tanpa menanggapi lebih lanjut. Namun, sesekali matanya mel

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 55

    “Aku mengijinkan kau bekerja, terserah kau mau bekerja apa. Ini ijazahmu yang aku bawa.” Kata Jake dengan datar pada Naina yang tengah sibuk menata buku di rak.Tangan Naina berhenti di udara, lalu menatap ijazah sarjananya yang ada di tangan Jake.Lalu dengan wajah datar dia kembali menyusun buku yang ada di tangannya, “Kenapa tiba-tiba?” Katanya dengan datar seolah tak peduli.Jake menghela napas, meletakkan ijazah itu di meja. “Aku hanya berpikir ini yang terbaik untuk kita berdua,” katanya, berusaha terdengar tenang. Naina hanya tersenyum sinis tanpa menoleh ke arah Jake. “Terbaik untuk siapa? Untukku, atau untukmu?” Jake terdiam, tidak langsung menjawab. Naina akhirnya menatapnya, tatapannya tajam. “Kenapa? Apakah uangmu sudah habis membiayai seseorang sampai akhirnya kau sadar aku bisa menghasilkan uang sendiri?” Jake menggeram pelan. “Naina, aku memberimu kebebasan. Kenapa kau malah mencurigai niatku?” Naina tertawa kecil, tapi dingin. “Kebebasan?” Dia berjalan mende

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 54

    “Bulan ini kebutuhan rumah hanya ada sepuluh juta.” Kata Jake dengan santai saat mereka makan malam bersama.Naina yang mendengar itu langsung menghentikan sendoknya di udara dan kembali menaruhnya di piring, “Apa kau tahu listrik bulanan kita berapa? biaya makan kita berapa? Bahkan mobil ibumu masih belum lunas dan harus dibayar bulan ini. Kau pikir sepuluh juta cukup?” Kata Naina.Jake menghela napas panjang, meletakkan sendoknya dengan sedikit kesal. “Naina, aku bukan mesin pencetak uang. Aku sudah berusaha sekeras mungkin, dan aku rasa sepuluh juta cukup kalau kau bisa mengatur pengeluaran dengan lebih baik.”Naina tertawa kecil, tapi tawanya penuh dengan sindiran. “Oh, jadi sekarang aku yang harus belajar mengatur keuangan, ya? Sementara kau dengan mudahnya menghamburkan uang entah ke mana? Mungkin untuk membelikan seseorang dress merah, ya?”Jake langsung menegang, ekspresinya berubah. “Naina, jangan mulai,” katanya dengan nada memperingatkan. “Ibu sudah menghabiskan uang hampir

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 53

    “Terima kasih untuk hari ini,” Kata Marven dengan lembut pada Naina.Naina tersenyum tipis, “Sama-sama, tuan. Senang bisa membantu anda. Apa anda langsung kembali ke ibukota?” Tanya Naina basa-basi.Marven melihat ke arah jam di tangannya, kemudian kembali menatap Naina. “Sepertinya saya menginap di hotel saja. Besok juga tak ada rapat pagi.” Katanya dengan tenang.Naina hanya mengangguk, “Jika begitu saya akan masuk ke dalam.” Kata Naina dengan sopan.“Tunggu Naina.” Tiba-tiba Marven mencegah Naina.Naina akhirnya berhenti dan menatap Marven yang seperti mengambil sesuatu dari sakunya.Marven mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dari sakunya. Dengan perlahan, dia membukanya, memperlihatkan sepasang anting berlian yang berkilauan di bawah cahaya lampu jalan. "Ini untukmu," kata Marven, suaranya tenang namun dalam. Naina terkejut, matanya membesar saat melihat hadiah itu. "Tuan... ini terlalu berlebihan. Saya tidak bisa menerimanya," katanya dengan ragu, menatap Marven de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status