Semua Bab Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Bab 131 - Bab 140

153 Bab

Bab 131. Acara Syukuran

"Mama sakit hati sama mereka semua!" pekik Santi ketika mereka sudah sampai di rumah. Santi terpaksa tidak mengikuti serangkaian acara karena tadi sempat disinggung oleh Nenek Laksmi. Dia tidak diperbolehkan ke sana nanti lantaran hanya membuat malu saja. Perkataan si tua itu memang sangat keterlaluan. Santi bahkan sudah kapok jika berada satu ruangan bersama dengan Neneknya Respati itu. "Ma, sudahlah. Tidak usah ke sana lagi. Abi janji, sebentar lagi akan mendapatkan Hanifa kembali. Jika dengan cara baik-baik, dia tidak bisa didapatkan. Maka saatnya kita menggunakan cara kotor!"Santi mengerjap beberapa kali. Dia masih belum paham dengan apa yang sedang dikatakan oleh sang anak. Menoleh ke sana kemari dan tidak ada sosok Banu, pada akhirnya Santi mendekati Abimana. "Maksud kamu gimana, Bi? Cara kotor seperti apa yang kamu maksud?" Santi mendesak Abimana supaya segera berbicara. "Secepatnya aku akan menculik Hanifa dan menodainya. Persetan jika dia sedang hamil. Aku tidak peduli.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

132. Keguguran

Sudah satu minggu lamanya Abimana hilang kabar dan tak pernah lagi menemui Widya. Sang empu merasa kesal lantaran di saat-saat seperti ini, dia hanya butuh perhatian dari Abimana. Sayangnya, sampai sekarang pun batang hidung lelaki itu sama sekali tak terlihat. Dalam satu minggu ini Widya sudah mengumpulkan banyak uang. Tentu saja dari hasil melayani Bapak kost tua bangka itu. Widya tidak bisa terus menerus seperti ini. Kemarin saja dia sempat drop dan kandungannya sedikit bermasalah. Hanya saja, wanita itu tetap melakukan hal keji itu supaya bisa menjatuhkan apa yang sedang bersemayam di perutnya."Aku nggak mau tau, pokoknya harus cari Mas Abi sampai dapat!" keluh wanita itu seraya mengambil tas selempang.Seminggu belakangan ini bahkan dia tidak diperbolehkan keluar. Inilah yang membuatnya sangat frustasi lantaran tak bisa menemui kekasih hati. "Mau ke mana kamu? Kenapa bawa tas? Kan saya sudah bilang, tidak usah keluar!" tegas Bapak kost dengan garangnya. Widya terlonjak kag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 133. Penculikan Hanifa

Sejak pagi tadi hingga siang, Hanifa terus menerus menempeli suaminya. Dia tak mau bila berjauhan dengan Respati. Sayangnya, pada pukul satu siang, Respati dengan tiba-tiba mendapatkan telepon dari karyawan tempat fitness jika ada kecelakaan kecil yang menimpa salah satu pelanggan. Mau tak mau, Respati harus ke sana. Melihat secara langsung musibah tersebut. Namun, sejak tadi Hanifa terus menerus merengek dan tak mau ditinggal. Wanita hamil itu sedang manja."Mas. Hari ini saja nggak usah keluar, ya!" mohon Hanifa pada sang suami."Nggak bisa, Sayang. Bagaimana pun juga, itu tempat milik Mas. Mas yang sepenuhnya bertanggung jawab sama semua pelanggan di tempat fitness itu!" Respati berusaha keras untuk memberi pengertian pada sang istri.Hanifa tetap tak mau ditinggal. Tubuhnya langsung memeluk erat tubuh kekar Respati. Untungnya, sang empu sama sekali tak keberatan. "Pokoknya aku nggak mau ditinggal, Mas." Hanifa memelas dan berusaha keras untuk tetap menahan suami tercinta."Mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 134. Melabrak Santi

Keluarga besar Respati kalang kabut sendiri. Mereka semua sudah berkumpul di rumah baru itu demi meminta penjelasan pada Respati bAnisa dan Nenek Laksmi sudah menangis sesenggukan lantaran sibuk memikirkan bagaimana keadaan Hanifa di luar sana. "Harusnya kamu sebagai suami menuruti apa keinginannya Hanifa!" sentak Handoko merasa marah ketika mendengar penuturan dari sang anak. "Sudah. Kalian jangan saling menyalahkan. Lebih baik cek saja cctv!"Detik itu juga, Respati langsung menepuk jidat. Dia tak kepikiran jika rumah mewahnya ini sudah terpasang dengan cctv. "Di mana layar komputernya?" sentak Handoko yang selalu tak sabar dengan semuanya. "Pakai ponsel saja, Pa. Sudah tersambung di ponselku!" ujar Respati.Bugh!"Harusnya dari tadi kamu bilang ke Papa, dasar bodoh!" Satu pukulan sudah melayang di kepala Respati. Pelakunya tentu saja Handoko yang terlampau kesal bukan main. Mereka pun mulai memantau tayangan cctv. Awalnya biasa saja. Namun, ketika kedatangan Abimana, semuany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

135. Upaya Menyelamatkan Hanifa

Hanifa mengerjapkan mata beberapa kali. Ia menatap sekeliling dan merasa asing dengan semuanya. Wanita itu baru bangun dari pingsannya dan tak menyangka bangun-bangun, kini justru berada di tempat asing. "Mas Pati," lirih Hanifa yang sudah bergetar ketakutan. Ia kebingungan. Apalagi, tangannya sudah diikat di belakang kursi. Posisinya sangat membuatnya kelelahan dan berusaha untuk membuka ikatan. Sayangnya, bukannya terbuka, tapi kini justru tangannya lecet dan terasa sangat sakit. "Sudah bangun, Sayang?"Deg!Jantung Hanifa mencelos ketika mendengar suara serak dari Abimana. Ia menoleh ke samping kanan dan mendapati sosok Abimana yang sudah duduk santai di atas kursi yang letaknya tak begitu jauh. "M-mas Abi. T-tolong bukakan ikatannya!" pinta Hanifa memelas. Abimana tersenyum miring. Lelaki itu terlihat sangat menakutkan di mata Hanifa. Ia mulai berjalan mendekat dengan langkah lebarnya. Badannya ia condongkan ke depan. Alhasil, wajah Hanifa dan Abimana sangat dekat dan ham
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Bab 136. Kegilaan Abimana

"Sekali lagi Mas tanya. Kamu mau balikan sama Mas atau tidak?" tanya Abimana seraya menatap tajam ke arah Hanifa."Aku nggak mau mengkhianati Mas Pati. Dia cinta sejatiku—"PlakWajah Hanifa tertoleh ke samping ketika mendapati tamparan yang sangat kuat dari tangan Abimana. Bahkan, sudut bibirnya sampai terluka saking kuatnya tamparan tersebutHanifa kembali menangis sesenggukan. Sayangnya, Abimana sama sekali tak memiliki rasa iba. Lelaki itu mulai mencengkram kuat dagu sang mantan."Kurang baik apalagi aku, Nifa? Kenapa kamu berubah, hah? Mana Hanifa yang dulu mengemis cintaku? Giliran aku sudah cinta sama kamu, kamu justru menolaknya!" teriak Abimana kepalang frustasi dan sudah gelap mata. Seharusnya lelaki itu sadar. Hanifa berubah drastis seperti ini pun juga karena pernah tersakiti oleh lelaki itu. Tidak ada wanita yang mau kembali bersama lelaki kasar dan suka menyakiti batin dan fisiknya. Walaupun sudah diiming imingi dengan cinta, tapi jika sudah trauma, maka ia tak akan per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 137. Berpulangnya Abimana dan Widya

Bugh!Ketika Abimana lengah, satu bogeman mendarat manis di tengkuk leher bagian belakangnya. Alhasil, Abimana sontak saja melepaskan dekapan dari Hanifa.Sang empu langsung luruh ke lantai dan sudah tak sadarkan diri. "Hanifa!" teriak Respati. Lelaki itu gegas menghampiri sang istri dan memeluknya dengan erat. "Pak Pati, tolong bawa istri Bapak menepi. Kami akan meringkus tersangka!" tegas salah satu polisi dan langsung diiyakan oleh Respati. Setelah Respati menepi dengan membawa Hanifa ke dalam gendongannya, pihak polisi langsung saja mendekati Abimana yang mulai memberontak ingin berlari.Sayangnya, ia sudah terkepung. Lelaki itu merasa sangat frustasi dan tak mau bila harus berakhir di jeruji besi. Membayangkan saja sudah membuat pikirannya ngeri sendiri. Jangan sampai dia mendekam di penjara dan meninggalkan segala harta benda yang belum sempat dia nikmati. "Lepaskan saya. Minggir kalian. Saya akan pergi dari sini!" teriak Abimana nyaring. Di sisi lain, Widya tak terima deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 138. Hanifa Keguguran

Abimana dan Widya sudah dikebumikan. Bahkan, makam keduanya berdampingan satu sama lain. Sungguh, mungkin di dunia mereka tidak bisa bersatu, tetapi di kehidupan selanjutnya barulah mereka bersatu. Santi sangat terpuruk. Ia dan sang suami sudah berada di dalam rumah. Sudah tak berselera makan maupun minum. Hanya ada tangisan tanpa suara saja yang terlihat sangat pilu. "Jeng, makan dulu, ya. Dari pagi loh Jeng Santi belum makan!" ujar tetangga Santi yang merasa sangat prihatin dengan apa yang menimpa keluarga itu.Santi hanya bisa menggeleng pelan. Sudah tidak berdaya bila harus mengeluarkan suara selain tangisan. Air matanya terus menerus mengalir. Merasa sangat frustasi pada dunia, tapi sayangnya sang anak sudah tidak akan bisa bangun lagi. "Jeng, ayolah—""Mana bisa saya makan? Setelah kehilangan anak satu-satunya!" keluh Santi sedih bukan main.Semua orang terdiam dan tidak lagi memaksa Santi makan. Apalagi ketika melihat Banu yang sedang memejamkan mata. Pria paruh baya itu te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 139. Dua Bulan Tanpa Jatah Batin

Hanifa dan Respati sedang berada di makam Abimana setelah kejadian mengerikan itu sudah berlalu dua bulan lamanya. Perlahan-lahan, Hanifa sudah belajar ikhlas atas kehilangan yang menimpa dirinya. Dia sudah tidak lagi merasa sedih yang begitu mendalam, karena bagaimana pun juga, mau menangis darah seperti apapun, calon anak mereka tidak akan pernah bisa kembali. "Mas Abi. Nggak nyangka, ya, kamu pergi secepat ini," keluh Hanifa seraya mengusap nisan yang bertuliskan nama Abimana bin Banu.Ada rasa sesak yang menyerang dada Hanifa. Bagaimana pun juga, Abimana merupakan cinta pertamanya, walau endingnya sangat menyakitkan. "Aku pengen marah sama kamu, Mas. Gara-gara kamu, aku kehilangan calon anakku, Mas." Suara Hanifa mulai bergetar. Demi apapun, dia ini calon ibu yang anaknya di rampas begitu saja karena kekejaman Abimana. Respati langsung mengusap bahu sang istri untuk menenangkan. Hatinya juga terasa tak karuan, walau begitu, dia berusaha keras untuk menanamkan rasa ikhlas atas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 140. Harta Warisan Untuk Hanifa

Hanifa menyerah. Baru satu ronde memimpin permainan pun dia sudah lelah bukan main. Wanita itu tak sanggup lagi dan memilih untuk berbaring pasrah.Respati menyeringai. Kali ini dia yang mengambil alih permainan lantaran istrinya sudah tidak berdaya. "Katanya mau kalahin Mas, hm? Mana?" bisiknya seraya tersenyum mengejek. Hanifa merem melek menikmati pergerakan suaminya yang mulai membara. Wanita itu sudah tidak bisa membalas ejekan sang suami dan justru sibuk mengeluarkan suara merdu. "Kamu kalah, Sayang. Pokoknya Mas mau minta hadiah!"Terserah. Hanifa sudah tidak peduli lagi. Mau suaminya minta ini dan itu, akan dia turuti asal dia mampu dan permintaan lelaki itu tidak terlalu nyeleneh. Itu saja sudah lebih dari cukup. "Kita bergadang sampai pagi, ya! Supaya dedek bayinya cepat jadi!"Mengangguk. Hanya itu yang bisa Hanifa lakukan. Ia sama sekali tak bisa berpikir jernih. Mau menolak pun juga tidak bisa. Terlebih lagi, kegiatan panas ini bermula padanya yang terus menerus meman
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status