Semua Bab Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Bab 111 - Bab 120

153 Bab

Bab 111. Gagal Menggoda Juragan Kontrakan

Respati telah sampai di area kontrakan miliknya bersama dengan Pak tukang. Delina yang memang sejak tadi menunggu kedatangan pemilik kontrakan pun sontak saja langsung memasang wajah sedih seraya mendekat ke arah Respati."Mas Pati. Aku mau bilang sesuatu sama kamu, Mas!" lirih Delina hingga membuat Respati menyerngit keheranan. "Mau bilang apa, Mbak?" tanya lelaki itu sembari mempersilakan Pak tukang masuk ke dalam rumah kontrakan yang di huni oleh Delina.Respati terlalu fokus pada tukang yang dia bawa ketimbang memperhatikan wajah sendu Delina. Hal ini tentu saja membuat sang empu kesal bukan main, tapi masih berusaha keras untuk mempertahankan raut wajah sendu. "Neneknya Mas Pati labrak aku, Mas. Aku takut sekali. Aku di ancam ini dan itu sama Neneknya Mas!" Ketika mendengar penuturan Delina yang satu ini, barulah Respati menatap terkejut ke arah wanita itu. "Maksudnya bagaimana?" tanya lelaki itu penasaran."Neneknya Mas Pati loh ke sini bikin ulah. Ngatain aku ini dan itu sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 112. Mendiami Suami

Sudah dua hari ini Hanifa mendiami Respati. Tidur pun dia mengungsi di kamar Nenek Laksmi. Bukannya kekanakan, tapi dia hanya ingin memberi pelajaran pada sang suami yang seolah terlalu menyepelekan perasaannya. Walau begitu, Hanifa masih tetap melayani Respati dengan baik. Seperti pagi ini, dia masih mengisi piring sang suami walau tanpa mengucap sepatah dua patah kata pada lelaki itu. "Dek. Habis sarapan, Mas mau bicara sama kamu!" ujar Respati memelas, tapi sayangnya sama sekali tak digubris oleh sang empu. "Mampus kamu!" sinis Nenek Laksmi yang seperti memiliki dendam kesumat pada Respati. Handoko maupun Anisa sama sekali tak menegur kelakuan sang mantu maupun Nenek Laksmi. Keduanya pun juga sama jengkelnya pada sang anak."Sini, duduk samping Nenek saja!" pinta Nenek Laksmi seraya menepuk kursi di sampingnya.Ketika Hanifa hendak beranjak pergi, Respati pun lekas menahan tangan sang istri hingga membuat sang empu menoleh seraya menatap penuh keheranan kepada sang suami."Dudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 113. Bibit Pelakor Lagi

Widya telah sampai di kediaman keluarga Handoko dengan tampilan luar biasa yang begitu ngejreng. Bahkan, untuk penampilan saja sudah di atur oleh Abimana. Wanita itu hanya tinggal menurut saja. Persis seperti menjadi boneka Abimana yang mau di atur sana sini. "Maaf, Mbak. Ada keperluan apa, ya?" tanya Pak Satpam yang seketika membuat langkah Widya terhenti."Ini saya mau bertamu. Masa Bapak lupa sama saya? Saya sering ke sini loh, temannya Hanifa!" ujar Widya meyakinkan.Pak satpam menyerngit keheranan. Dia ingin tidak percaya, tapi melihat tampilan wanita di hadapannya ini sedang hamil, alhasil, Pak satpam itu membuka pintu gerbang. Widya tersenyum sumringah dan bahkan mengerlingkan mata dengan genit pada satpam rumah mewah itu. Sang empu hanya bisa menghela napas. Semoga saja si wanita hamil ini tidak membuat ulah hingga mengakibatkan dirinya ditegur oleh sang tuan rumah.Widya berjalan lenggak lenggok menuju teras rumah mewah itu. Ia mengetuk pintu dan beberapa saat kemudian pi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 114. Aku Capek, Mas

Di berbagai percobaan ketika mendekati Respati selalu gagal. Widya sampai stress sendiri dan ingin menyerah. Namun, ketika hendak menyerah, tapi Abimana akan selalu menyemangati dirinya. .Seperti malam ini, Widya menangis di pangkuan Abimana seraya memeluk erat tubuh lelaki itu. ."Aku capek, Mas Abi. Semua orang anggap aku sebagai pelakor!" rengek Widya seolah mengadukan keluh kesalnya kepada Abimana. Sang empu hanya menghela napas. Sedikit menggelikan juga ketika mendengar rengekan dari Widya. Bukannya wanita satu ini memang seorang pelakor?"Kamu yang sabar, dong, Wid. Kita ini lagi berjuang. Masa begitu saja langsung nyerah, sih?" kompor Respati yang seketika membuat tangisan Widya semakin menjadi. "Tapi, aku capek. Mau nyerah saja apa boleh?""Aku bakal coba temui pengacaranya Almarhum Kakek. Kalau memang syaratnya harus balikan sama Hanifa bagaimana? Kalau kamu nyerah bikin rumah tangga mereka bubar, berarti kita putus, dong? Kamu juga nggak akan mau nikah sama lelaki kere se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 115. Ngidam Masakan Suami

Respati memasuki kamar dan mendapati keberadaan sang istri yang sudah mengenakan baju dinas. Padahal siang tadi, Hanifa kemvali merajuk ketika mendapati suaminya pergi ke kontrakan karena Delina lagi dan lagi membuat ulah. "Kamu dari mana saja, Mas? Lama banget masuk kamarnya! Sini, aku pengen manja-manja sama kamu!"Mood wanita hamil memang berubah-ubah. Tadi marah, sekarang justru ingin terus menempel. Walau begitu, Respati tidak menolak dan justru senang dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengendusi aroma segar dari tubuh sang istri. Ia bahkan sampai ketagihan dengan wangi tubuh Hanifa yang tiada duanya. "Dari depan. Bicara sama Papa. Ini Mas mau bicara sama kamu. Ada hal penting yang mau Mas sampaikan! Mau?"Hanifa menghela napas. Perasaannya jadi tak enak. Malas sekali bila nantinya sang suami ujung-ujungnya akan membahas soal Delina. Dia kesal sekali, tapi mau tak mau ia pun mengangguk. "Mau bicara apa? Aku dengerin, tapi janji jangan lama-lama. Aku lagi pengen manja sama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 116. Gara-gara Keluar di Dalam

Sesuai permintaan sang istri, Respati rela mendapatkan omelan pedas dari Nenek Laksmi yang selalu mengatakan ini dan itu ketika keduanya sedang memasak sup ayam keinginan Hanifa. "Kamu potong wortel kok jelek sekali, sih? Yang makan nanti nggak bakal selera kalau kayak gini. Jangan besar-besar!" omel wanita tua itu tanpa mau menatap ke arah wajah Respati yang sudah kusut.Lelaki itu berusaha untuk terlihat biasa saja, walau sebenarnya ingin berteriak kesal. Semua ini demi istri tercinta dan juga calon anaknya. "Ya sudah, aku kecilkan dulu!" balasnya dengan nelangsa. Nenek Laksmi yang melihatnya pun sontak saja melotot horor. "Kalau ini kekecilan, astaga. Kamu ini kok nggak punya bakat sama sekali di dapur. Mentang-mentang lelaki mau seenaknya begitu."Kepala Respati rasanya mau pecah. Apalagi ketika mendengar suara cekikikan dari Anisa dan juga Hanifa yang sedang menertawakan dirinya. Ingin marah pun juga tidak bisa. Dia ini serba salah. "Terus, maunya Nenek bagaimana? Perkara wor
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 117. Minggat

Respati merasa kesal sekali ketika dokter Rama kerap kali mencuri kesempatan untuk memandangi wajah damai Hanifa yang kini sedang tertidur. Dia tak suka jika istrinya menjadi pusat perhatian seperti ini. "Dokter. Sepertinya istri saya baik-baik saja, tidak perlu lagi ditunggu seperti ini." Respati memberi kode pada dokter Rama supaya segera meninggalkan kediaman orang tuanya ini. Sayangnya, Nenek Laksmi justru langsung memukul lengannya hingga membuat sang empu meringis kesakitan."Kamu itu sudah buat Hanifa seperti ini, setidaknya biarkan Hanifa dipantau sama yang ahlinya, yaitu dokter Rama!" tegas sang Nenek yang seketika membuat Respati menghela napas. "Terserah Nenek!" balas Respati yang langsung keluar dari kamar. Dokter Rama merasa tak enak hati pada si tuan rumah yang sepertinya terlihat sekali jika dia sedang cemburu. Alhasil, dokter tersebut memilih untuk undur diri."Kalau begitu, saya permisi dulu. Sepertinya ucapan Mas tadi benar, jika istrinya sudah baik-baik saja. S
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 118. Bertemu Santi

Keduanya sudah menetap di kontrakan selama seminggu. Bahkan, sama sekali tak ada tanda-tanda keluarganya menyambangi mereka berdua. Terlebih lagi Nenek Laksmi yang entah bagaimana kabarnya. Hanifa jadi merasa bersalah. Hanya saja, dia tak mau membuat sang suami banyak pikiran. Terlebih lagi, akhir-akhir ini Respati disibukkan dengan kegiatannya di tempat fitness.Berangkat pagi, maka akan pulang di sore hari. Begitu terus selama seminggu belakangan ini. Hanifa jadi tak punya teman bercerita. Apalagi, beberapa penghuni kontrakan sudah pulang kampung.Sekitar pukul lima sore, Respati baru pulang dengan membawa banyak sekali kantong kresek yang terisi oleh makanan."Sayang. Baik-baik saja, kan, di rumah?" tanya Respati ketika pintu kontrakan sudah di buka oleh Hanifa. Sang empu tersenyum seraya mengangguk. Tak lupa juga menyalami tangan sang suami sebagai tanda bakti seorang istri. Respati puh bahkan langsung mengecup kening Hanifa sebagai balasan. "Mas bawa apa?" tanya Hanifa dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 119. Janji Temu dengan Abimana

Wajah Santi masam bukan main ketika mengingat ucapan dari Hanifa. Dia kesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Penyesalan memang datang di akhir. Andai saja dulu dia tidak gegabah membawa Widya di antara Abimana dan Hanifa, mungkin saja sekarang ini hidupnya akan tentram dan damai lantaran anak semata wayangnya mendapatkan warisan besar. Sayang beribu sayang, semuanya sudah berakhir begitu saja. Dia kesal, karena sampai sekarang anaknya justru luntang lantung tak jelas. Sementara kandidat mantu terbaiknya justru melakukan hal brengsek yang sangat dia benci. "Mama kenapa?" tanya Abimana seraya duduk di sofa seberang dan menatap lekat ke arah Santi berada. Widya yang memang berada di rumah itu pun juga ikut bergabung dan kini justru menempeli Abimana. Mata Santi langsung sepat ketika melihat hal tersebut. "Mama pengen cepat gendong cucu, Abi. Kapan sih kamu nikah?" gerutu Santi kesal bukan main. "Sabar, Tan. Aku masih hamil, kalau aku sudah lahiran, baru bisa dinikahi sama Mas Abi." B
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 120. Pertikaian Sengit Pasutri

"Darimana?" tanya Respati dengan nada dingin ketika sang istri baru tiba di kontrakan. Lelaki itu sejak tadi sudah menunggu di rumah kontrakan ketika tadi sempat membaca pesan yang dikirim oleh Hanifa. Ia bahkan beberapa kali mencoba untuk menghubungi balik sang istri, tapi hasilnya nihil Alhasil, lantaran terlalu panik, Respati bahkan langsung pulang ke rumah kontrakan dan tidak mendapati keberadaan sang istri. Sudah sekitar satu jam menunggu, pada akhirnya yang ditunggu pulang juga. "Kan aku sudah kabari Mas," balas Hanifa seraya mendudukkan diri di kursi kayu."Mas ada kasih izin ke kamu, Dek?"Gleg!Hanifa meneguk ludah dengan susah payah. Dia bahkan baru sadar jika suaminya sekarang ini sedang marah pada dirinya. Astaga. "Yang penting, kan, aku sudah izin, Mas!" Hanifa berusaha bersikap santai, tapi dia justru semakin takut ketika mendengar decakan kesal yang keluar dari mulut sang suami. Jika sudah begini, wanita hamil itu harus berusaha keras untuk membujuk supaya sang sua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status